|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 06 Mei 2011

Pemimpin Harus Bisa Membentuk Moral Rakyat

 

Mensius (Hanzi: 孟子, hanyu pinyin: Mengzi/Bingcu) (sekitar 372 SM - 289 SM) adalah seorang filsuf Tiongkok. Ia adalah penerus ajaran Khonghucu / Kongzi yang hidup sekitar 300 tahun setelah wafatnya Khonghucu. Ia telah banyak belajar dari cucu Khonghucu yang bernama Zi Si/Cu Su yang membukukan Kitab Zhong Yong/Tengah Sempurna salah satu bagian dari Kitab Shi Shu yang merupakan tuntunan Keimanan bagi para penganut agama ‘Ru’ atau Khonghucu.
Meng Zi adalah filsuf ulung yang mewakili sisi pendalaman filsafat di Cina. Memiliki ajaran dan pandangan dalam berbagai hal termasuk tentang leadership yang sebenarnya bersumber pada pengamatan terhadap objek yaitu “sifat dasar manusia”.
Membicarakan Meng Zi, identik dengan membicarakan moralitas. Hampir semua ajaran Meng Zi berisi mengenai moral dan kemanusiaan yang disebutnya dengan Wu Chang ( Lima Kebajikan ) yaitu Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Li (Susila), Bijaksana (Ti) dan Dapat dipercaya (Xin). Mencius menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki perasaan atau hati nurani yang sama, tetapi karena pengaruh lingkungan maka sifat-sifat yang bersifat baik tadi bisa dirusak oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Mengenai kepemimpinan, tentu bisa diduga bahwa dasar pandangan Mencius tentang leadership adalah “moral”. Dalam dialognya dengan raja-raja dinasti Zhou, mencius mengatakan bahwa mencari keuntungan dan mengutamakan kinerja bagi seorang pemimpin adalah suatu kesalahan.

Proiritas utama yang harusnya dikejar oleh seorang pemimpin seharusnya adalah mengajarkan kebaikan, menanamkan kebaikan, membentuk kebaikan dalam diri rakyat dan dalam dirinya sendiri.

”Orang yang baik tidak akan mengabaikan keluarganya, orang yang baik tidak akan melanggar peraturan yang telah ditetapkan raja selama peraturan itu juga bersifat baik, orang yang baik tidak akan mengabaikan kewajibannya membayar pajak, orang yang baik tidak akan mengabaikan rajanya.”

Karena itu satu-satunya yang perlu diutamakan adalah moral rakyat. ” orang yang baik tidak akan meninggalkan tanggung jawabnya, dia tidak akan menelantarkan pekerjaannya, dia tidak akan menimbulkan kekacauan walaupun tidak dijaga. Rakyat yang berada di bawah todongan senjata akan bekerja keras, tapi begitu senjata itu diturunkan mereka akan lari. Rakyat yang berada di bawah todongan hati nuraninya sendiri, tidak bisa lari. Dia akan terus bekerja dengan baik selama tubuhnya bisa bergerak.”

Membentuk moral adalah usaha untuk membuat seseorang mau belajar. Dan kemauan belajar itulah yang harus dibentuk oleh seorang raja atau pemimpin. Belajar untuk apa? Seperti kata mencius dalam bukunya , Zhong Yong / Tengah Sempurna : ” tujuan belajar adalah menemukan hati yang hilang.”

Belajar menemukan hati mula-mula manusia. Hati yang dipenuhi kebaikan. Adalah tugas seorang leader untuk menemukannya dalam dirinya sendiri dan dalam diri orang-orang yang dipimpinnya yang akhirnya akan berdampak untuk kemajuan negara atau organisasi.

Keduanya mempunyai dasar pemikiran yang sangat berbeda, hidup dalam kondisi masyarakat yang berbeda, tapi sebenarnya Machiaveli dan Mencius menyimpulkan sesuatu yang sama bahwa sifat dasar seseorang dengan berbagai hasrat dan karakter yang terbentuk dari itu adalah dasar dari semua kecenderungan tindakan yang akan diambilnya. 

Hal itu juga berlaku bagi masyarakat, negara, atau sebuah organisasi, karena pola perilaku dan budaya masyarakat, negara dan organisasi terbentuk juga oleh kecenderungan umum individu di dalamnya. Karena itu seorang pemimpin yang ideal harus memahami sifat dasar manusia untuk mengarahkannya pada sebuah visi.

Tidak ada komentar:
Write komentar