澤海真人Ze Hai Zhen Ren {Hok Kian: Tek Hai Cin Jin} nama aslinya adalah Guo Liu Guan {Hok Kian = Kwee Lak Kwa}, adalah salah satu Dewata Lokal yang Khas Indonesia (lahir di Indonesia). Kekuasaannya meliputi jalur laut sepanjang Pantura Jawa. Menurut catatan yang ada di Kong Kwan (Dewan Opsir Tionghoa) Semarang, Guo Liu Guan berasal dari Semarang. Beliau adalah orang Hok Kian bermarga Kwee, bernama Lak, sedangkan Kwa adalah panggilan kehormatan.
Guo Liu Guan {Kwee Lak Kwa} lahir tahun 1695, waktu Kaisar Khong Hie memerintah tahun ke-34, berdagang antar pulau dari Palembang sampai Semarang dengan kapal.
Waktu itu di Jakarta (saat itu bernama Batavia) tanggal 9 – 12 Oktober 1740 terjadi suatu tragedi yang amat memilukan, di mana + 10.000 jiwa dibantai oleh penjajah Belanda (VOC). Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Tragedi Pembantaian Angke.
Asal mula kata Kali Angke juga berasal dari peristiwa ini. 紅溪 Hong Xi dalam bahasa Mandarin berarti sungai kecil (kali) yang berwarna merah. Dari mana warna merah dalam sungai ini? Berasal dari darah orang-orang Tionghoa yang dibantai tersebut. Hong Xi ini dalam dialek Hok Kian disebut Ang Ke. Demikian sekilas asal mula kata Kali Angke.
Peristiwa ini menyulut kemarahan beberapa pemimpin Tionghoa, antara lain : Kwee Lak Kwa, Kwee An Say, Oey Ing Kiat, Tan Pan Jiang, dan lain-lain. Kwee Lak Kwa bergerilya di Jakarta. Karena Belanda lebih kuat akhirnya Kwee Lak Kwa mundur sampai Cirebon, lalu ke Tegal.
Tahun 1742 perlawanan ini berhenti setelah semua pihak kehabisan tenaga, Kwee Lak Kwa di Tegal menghilang, Kwee An Say tertangkap, Tan Pan Jiang & Oey Ing Kiat gugur di Welahan. Peristiwa ini dalam Babad Tanah Jawa terkenal sebagai Geger Petjinan. Kwee Lak Kwa setelah menghilang di Tegal sering menampakkan diri di beberapa tempat yang berjauhan pada waktu bersamaan. Beliau sering pula menampakkan dirinya kepada nelayan-nelayan di Tegal untuk memberi berbagai petunjuk. Karena hal-hal tersebut mereka percaya bahwa Kwe Lak Kwa sesungguhnya adalah seorang yang sakti.
Oleh Kaisar Dinasti Qing, Kwee Lak Kwa dianugerahi gelar 澤海真人Ze Hai Zhen Ren {Hok Kian: Tek Hay Cin Jin}. Beliau dihormati tidak hanya sebagai pahlawan, namun juga sebagai Dewata Pelindung Perdagangan Di Laut.
Tek Hai Cin Jin ditampilkan sebagai seorang Pejabat Tinggi yang berpakaian ala Dinasti Han disertai 2 orang pengiringnya. Salah satu dari 2 pengiring tersebut, dilihat dari corak pakaian & ikat kepalanya, jelas adalah seorang pribumi Jawa.
Arca Tek Hai Cin Jin terdapat di 6 buah kelenteng di Pulau Jawa, antara lain: di Kelenteng金德院 Jin De Yuan {Kim Tek Ie} – Jakarta, Kelenteng澤海廟 Ze Hai Miao {Tek Hay Bio = Kuil Penenang Samudra} – Semarang, Kelenteng澤海宮 Ze Hai Gong {Tek Hay Kong} – Tegal, Kelenteng寶安殿 Bao An Dian {Po An Tiam} – Pekalongan.
Guo Liu Guan {Kwee Lak Kwa} lahir tahun 1695, waktu Kaisar Khong Hie memerintah tahun ke-34, berdagang antar pulau dari Palembang sampai Semarang dengan kapal.
Waktu itu di Jakarta (saat itu bernama Batavia) tanggal 9 – 12 Oktober 1740 terjadi suatu tragedi yang amat memilukan, di mana + 10.000 jiwa dibantai oleh penjajah Belanda (VOC). Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Tragedi Pembantaian Angke.
Asal mula kata Kali Angke juga berasal dari peristiwa ini. 紅溪 Hong Xi dalam bahasa Mandarin berarti sungai kecil (kali) yang berwarna merah. Dari mana warna merah dalam sungai ini? Berasal dari darah orang-orang Tionghoa yang dibantai tersebut. Hong Xi ini dalam dialek Hok Kian disebut Ang Ke. Demikian sekilas asal mula kata Kali Angke.
Peristiwa ini menyulut kemarahan beberapa pemimpin Tionghoa, antara lain : Kwee Lak Kwa, Kwee An Say, Oey Ing Kiat, Tan Pan Jiang, dan lain-lain. Kwee Lak Kwa bergerilya di Jakarta. Karena Belanda lebih kuat akhirnya Kwee Lak Kwa mundur sampai Cirebon, lalu ke Tegal.
Tahun 1742 perlawanan ini berhenti setelah semua pihak kehabisan tenaga, Kwee Lak Kwa di Tegal menghilang, Kwee An Say tertangkap, Tan Pan Jiang & Oey Ing Kiat gugur di Welahan. Peristiwa ini dalam Babad Tanah Jawa terkenal sebagai Geger Petjinan. Kwee Lak Kwa setelah menghilang di Tegal sering menampakkan diri di beberapa tempat yang berjauhan pada waktu bersamaan. Beliau sering pula menampakkan dirinya kepada nelayan-nelayan di Tegal untuk memberi berbagai petunjuk. Karena hal-hal tersebut mereka percaya bahwa Kwe Lak Kwa sesungguhnya adalah seorang yang sakti.
Oleh Kaisar Dinasti Qing, Kwee Lak Kwa dianugerahi gelar 澤海真人Ze Hai Zhen Ren {Hok Kian: Tek Hay Cin Jin}. Beliau dihormati tidak hanya sebagai pahlawan, namun juga sebagai Dewata Pelindung Perdagangan Di Laut.
Tek Hai Cin Jin ditampilkan sebagai seorang Pejabat Tinggi yang berpakaian ala Dinasti Han disertai 2 orang pengiringnya. Salah satu dari 2 pengiring tersebut, dilihat dari corak pakaian & ikat kepalanya, jelas adalah seorang pribumi Jawa.
Arca Tek Hai Cin Jin terdapat di 6 buah kelenteng di Pulau Jawa, antara lain: di Kelenteng金德院 Jin De Yuan {Kim Tek Ie} – Jakarta, Kelenteng澤海廟 Ze Hai Miao {Tek Hay Bio = Kuil Penenang Samudra} – Semarang, Kelenteng澤海宮 Ze Hai Gong {Tek Hay Kong} – Tegal, Kelenteng寶安殿 Bao An Dian {Po An Tiam} – Pekalongan.
Tidak ada komentar:
Write komentar