|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 06 Januari 2012

Terinspirasi Penilaian Yue Fei Tentang Kuda

 

Pemanah mencintai busurnya, jenderal mencintai kuda tejinya, ini adalah prinsip umum, semua orang mengetahuinya. Yue Fei dari dinasti Song (960-1279), seorang patriot bangsa yang gagah berani dan trampil berperang, tegas dalam kemiliteran dan mengasihi bawahannya, sangat menyayangi kuda, selain itu juga menguasai detail tentang kuda. Ia pernah membahas tentang kuda, dibaca sekarang pun, masih terasa makna mendalamnya.

Di dalam kitab kuno Jin Tuo Lei Pian – bab ke 7, tercatat obrolan Yue Fei tentang kuda.
Pada bab pembukaannya Yue Fei langsung berkata, “Menilai seekor kuda baik atau tidak, tidak bisa hanya dinilai wujud luarnya apakah bertenaga, seharusnya menitikberatkan pada kepribadian dalam kuda tersebut.”

Betul-betul sangat tepat. Betul, bukan hanya orang saja yang harus memiliki kepribadian manusia, kuda pun harus memiliki kepribadian kuda!

Selanjutnya, Yue Fei berdasarkan pengalaman pribadinya membuat kesimpulan perbandingan antara kuda baik dan kuda buruk yang pernah dinaikinya ditelaah dari kedua sisi positif dan negatifnya. Kuda baik yang ia tunggangi pada masa awal : Bahan makan dan minumannya, selalu diseleksinya dengan serius, “Apabila tidak bersih, sampai mati kelaparan pun ia tidak rela memakannya.”

Sewaktu melakukan perjalanan berangkat berperang, kelihatannya biasa-biasa saja, tidak berlagak sedikitpun, “Awal perjalanan, langkahnya tidak terlalu cepat.” Sesudah menunggu berjalan puluhan kilometer, ia baru menampilkan keunggulan seekor kuda teji / jempolan.

Berlari dari siang hingga petang, tidak minum dan tidak makan, ia masih mampu berlari 100 km. Sampai di tempat tujuan, melepas pelana dan rompi perang, ia tidak ngos-ngosan, tidak pula mandi keringat, “Sama sekali seperti tak terjadi apa pun.” Yue Fei benar-benar mengagumi kuda semacam itu.

Sayang sekali kuda jempolan tersebut kemudian mati, penerusnya ialah seekor kuda jelek : “Selain rakus, juga tak peduli makanannya baik atau buruk.” Sewaktu mau melakukan perjalanan, “Pelana belum selesai dipasang, ia sudah lari sepertinya penuh energi dan bergaya seolah kemenangan sudah ada di tangannya.”

Namun lari belum terlalu jauh : “Energinya habis, selain mandi keringat, juga nafas tersengal, bagaikan mau sekarat saja.” Terhadap kuda semacam ini, Yue Fei menilainya dengan tepat, “Karena ia tidak mampu menyerap gizi dengan maksimal agar terkumpul menjadi tenaga dalam, memperoleh sedikit saja sudah berpuas diri; suka berlagak mampu padahal tidak memiliki keuletan. Maka dari itu hanya sesuai menjadi tenaga kasar saja.”

Penilaian Yue Fei tentang kuda, memberi inspirasi cukup banyak yakni :

Pertama-tama, seseorang dalam menuntut ilmu, bekerja dan berkarir, seharusnya membangun fondasi yang baik, mengumpulkan energi dalam, menumbuhkan moralitas, singkat kata, ialah perkuat fondasi dan akhlak. Tidak mengejar wujud dan bentuk luar, harus fokus pada kultivasi moralitas. Dengan demikian barulah memiliki perkembangan masa depan yang menjanjikan.

Kedua, manusia di dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, harus pragmatis, harus tenang. Jangan ada mentalitas pamer, mentalitas bertarung, jangan belum apa-apa sudah hendak menekan orang. Harus dengan tulus melakukan persiapan, meluruskan jiwa dan raga.

Ada peribahasa : “Dari perjalanan jauh mengetahui kekuatan kuda, dari pergaulan lama mengenal hati manusia.”

Perjalanan kehidupan manusia cukup lapang, jangan khawatir tak bisa menunjukkan potensi diri, yang ditakutkan ialah tak memiliki tekad, tak memiliki keuletan, tak memiliki energi dan teknik untuk bertindak! Harus konsisten sampai akhir, harus bersikap dikala menjelang akhir masih bersemangat seperti pada awalnya!

Ketiga, harus ketat mendisiplinkan diri, harus memiliki hati maha penyabar. Dengan demikian baru bisa memikul tanggung jawab besar dan melangkah jauh.

Dana yang tidak halal, walau sesen pun jangan diambil, pangan yang tidak higienis / tercemar dan jabatan yang tidak selayaknya, walau mati kelaparan jangan diterima. Dengan demikian baru bisa menjadi tiang penyangga masyarakat, menjadi manusia dengan tanggung jawab besar dan pandangan jauh ke depan!

Tidak ada komentar:
Write komentar