Fan Zhongyan (989-1052), sejak kecil lagi sudah merasakan hidup susah dan dibesarkan oleh ibu tiritnya. Menyadari kepahitan hidupnya, beliau bertungkus lumus belajar di sekolah.
Karena keluarganya tidak mampu menanggung biaya sekolah, Fan Zhongyan
sering melanjutkan pembelajarannya di kuil yang terletak di atas gunung
dekat rumahnya.
Penderitaan keluarganya karena cengkeraman kemiskinan memaksa Zhongyan
makan ala kadarnya setiap hari, yaitu memasak seperiuk bubur kental,
kemudian memotongnya jadi empat keping setelah bubur itu menjadi dingin.
Beliau terlebih dahulu mengambil dua keping untuk makan siang dan dua keping lagi untuk makan malam dengan dicampur sedikit sayur asin dan cuka.
Fan Zhongyan tidak menghiraukan kehidupan yang serba kekurangan itu dan memusatkan segala perhatiannya untuk menimba ilmu pengetahuan.
Setelah sungguh-sungguh fokus sepenuhnya dalam pendidikannya, Fan Zhongyan berhasil lulus dalam tes tingkat provinsi saat berumur 26 tahun. Beliau ditunjuk untuk menyandang jabatan pemerintah. Namun, sepanjang bertugas, ia tiga kali diturunkan pangkat karena menyuarakan hal benar yang tidak disenangi oleh Perdana Menteri ketika itu.
Dalam bidang politik, Fan Zhongyan yang telah dipromosikan sebagai Wakil Perdana Menteri amat membenci korupsi yang merajalela saat itu. Ia menyarankan bahwa sistem pengangkatan pegawai yang bersih perlu diwujudkan dan pertanian harus diutamakan dalam pembangunan sosioekonomi. Ia juga mendorong pelaksanaan sistem hukum dan mengurangi pajak yang bermacam-macam.
Banyak usahanya yang gagal tercapai karena ditentang oleh golongan konservatif. Kemudian, Fan Zhongyan diturunkan pangkat oleh raja tanpa dukungan dari rekan kerjanya. Ia meninggal dunia setelah mengidap sejenis penyakit ketika dalam perjalanan ke satu pekan untuk menyandang jabatan yang lebih rendah.
Fan Zhongyan mencapai kesuksesan yang cemerlang dalam bidang puisi dan prosa. Karangan-karangan yang dihasilkannya penuh dengan pemikiran politik yang mendalam, kata-katanya yang berpuitis sedap dilafazkan dan merekam pendapat penulis yang berpandangan jauh terhadap hal-hal yang diceritakan.
"Catatan Menara Yueyang" dilihat mewakili antara karya-karya besar Fan Zhongyan. Karangan itu juga mencerminkan cita-cita penulis yang mencintai tanah air sepanjang hidupnya.
Menara Yueyang dipulihkan ketika Fan Zhongyan diturunkan pangkat dan bertugas sebagai pegawai lokal yang biasa. Seorang rekannya mengajak Fan Zhongyan menulis satu catatan mengenai hal itu, yaitu proses pemulihan Menara Yueyang.
Kata-kata yang halus dan pemikiran yang mendalam terkandung dalam "CatatanMenara Yueyang”, dia menulis kalimat yang terkenal, "Seseorang seharusnya memikirkan negara dahulu dan terakhir baru menuntut kebahagiaan dirinya." Dan menyebut bahwa pemandangan yang indah di Yueyang tidak terlepas dari Danau Dongting yang luas. Pemandangan Danau Dongting itu sering berubah-ubah ketika siang dan malam silih berganti dengan diselubungi pemandangan indah pegunungan dan Sungai Yangtzer yang dekat.
Setiap insan akan terasa betah dan hiba saat berdiri di Menara Yueyang
untuk melihat pemandangan berlama-lama dalam cuaca yang suram dan mendung,
tetapi akan terasa ceria dan nyaman saat mendaki balai itu dalam cuaca
yang cerah.
Para geniusnya sewajarnya berbeda dengan orang biasa, karena mereka
tidak sombong dan lupa diri ketika dipromosikan atau mendapat imbalan
yang lumayan, dan juga tidak kesal saat jatuh miskin atau ditimpa musibah.
Akhirnya, Fan Zhongyan menyuarakan cita-citanya yang mulia, yaitu
mendahulukan usaha untuk memikir dan mengatasi kesulitan rakyat sebelum
memikirkan masalah pribadi dan mendahulukan rakyat untuk
menikmati kehidupan yang bahagia sebelum tiba giliran diri sendiri.
Beliau terlebih dahulu mengambil dua keping untuk makan siang dan dua keping lagi untuk makan malam dengan dicampur sedikit sayur asin dan cuka.
Fan Zhongyan tidak menghiraukan kehidupan yang serba kekurangan itu dan memusatkan segala perhatiannya untuk menimba ilmu pengetahuan.
Setelah sungguh-sungguh fokus sepenuhnya dalam pendidikannya, Fan Zhongyan berhasil lulus dalam tes tingkat provinsi saat berumur 26 tahun. Beliau ditunjuk untuk menyandang jabatan pemerintah. Namun, sepanjang bertugas, ia tiga kali diturunkan pangkat karena menyuarakan hal benar yang tidak disenangi oleh Perdana Menteri ketika itu.
Dalam bidang politik, Fan Zhongyan yang telah dipromosikan sebagai Wakil Perdana Menteri amat membenci korupsi yang merajalela saat itu. Ia menyarankan bahwa sistem pengangkatan pegawai yang bersih perlu diwujudkan dan pertanian harus diutamakan dalam pembangunan sosioekonomi. Ia juga mendorong pelaksanaan sistem hukum dan mengurangi pajak yang bermacam-macam.
Banyak usahanya yang gagal tercapai karena ditentang oleh golongan konservatif. Kemudian, Fan Zhongyan diturunkan pangkat oleh raja tanpa dukungan dari rekan kerjanya. Ia meninggal dunia setelah mengidap sejenis penyakit ketika dalam perjalanan ke satu pekan untuk menyandang jabatan yang lebih rendah.
Fan Zhongyan mencapai kesuksesan yang cemerlang dalam bidang puisi dan prosa. Karangan-karangan yang dihasilkannya penuh dengan pemikiran politik yang mendalam, kata-katanya yang berpuitis sedap dilafazkan dan merekam pendapat penulis yang berpandangan jauh terhadap hal-hal yang diceritakan.
"Catatan Menara Yueyang" dilihat mewakili antara karya-karya besar Fan Zhongyan. Karangan itu juga mencerminkan cita-cita penulis yang mencintai tanah air sepanjang hidupnya.
Kata-kata yang halus dan pemikiran yang mendalam terkandung dalam "CatatanMenara Yueyang”, dia menulis kalimat yang terkenal, "Seseorang seharusnya memikirkan negara dahulu dan terakhir baru menuntut kebahagiaan dirinya." Dan menyebut bahwa pemandangan yang indah di Yueyang tidak terlepas dari Danau Dongting yang luas. Pemandangan Danau Dongting itu sering berubah-ubah ketika siang dan malam silih berganti dengan diselubungi pemandangan indah pegunungan dan Sungai Yangtzer yang dekat.
Tidak ada komentar:
Write komentar