|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 27 Desember 2012

Mereka Yang Melecehkan dan Merusak Keyakinan Lurus Akan Mendapatkan Ganjaran

 

Ada banyak cerita dalam sejarah yang berfungsi untuk memberi pelajaran bahwa mereka yang tidak menghormati keyakinan lurus akan memperoleh ganjaran.

Seorang penganut agama Buddha awam bernama Zhou Siren.

Yang juga dikenal sebagai Zhou Anshi dari Dinasti Qing menulis sebuah buku yang baik berjudul "Koleksi Anshi" untuk menguraikan prinsip ini. Di bawah ini kami berbagi beberapa contoh dari buku ini yang berhubungan dengan kaisar dan kerabat istana dari berbagai dinasti di Tiongkok kuno. 

Selama Dinasti Wei Utara (386-534 M), Kaisar Taiwu memiliki kepercayaan yang besar pada salah satu pejabat tingginya bernama Cui Hao. Cui adalah orang yang memiliki pengetahuan sangat luas dengan ingatan luar biasa dan kebijaksanaan besar. Namun, dia tidak percaya pada agama Buddha dan suatu kali ketika marah, ia membakar buku-buku agama Buddha milik istrinya ketika ia menemukan istrinya melafal kitab suci. 


Kedua adiknya, Cui Yi dan Cui Mo, adalah pengikut taat agama Buddha. Kemana pun mereka pergi dan melihat patung Buddha, mereka akan memberikan penghormatan. Cui Hao sering mengganggu dan memperingatkan mereka karena keyakinan mereka.

Sekitar tiga tahun setelah Cui Hao membujuk Kaisar Taiwu melarang agama Buddha dan membunuh para biksu, ia membuat kaisar tersinggung,  kemudian dia dipenjara dan disiksa secara kejam. Untuk lebih melecehkannya, puluhan penjaga juga menuangkan kotoran manusia pada tubuh Cui. Erangan kesakitan terdengar hingga jauh. Seluruh keluarga besar Cui, kecuali Cui Mo dan Cui Yi, terkena akibatnya dan turut dibunuh. Tubuh mereka ditebar di jalan-jalan agar orang-orang melihat.

Setelah Kaisar Taiwu membasmi agama Buddha di negerinya, suatu hari seorang biksu bernama Tanshi secara misterius muncul di istana kekaisaran. Sosok yang mengesankan, biksu itu memegang khakkara di tangannya dan tampil tanpa rasa takut dan kokoh. 


Merasa terkejut, Kaisar Taiwu memerintahkan pengawalnya untuk membunuh biksu itu, namun tak seorang pun dapat mendekati Tanshi. Taiwu marah dan menarik pisaunya sendiri untuk membunuh Tanshi. Setelah gagal menyentuh Tanshi, Taiwu melemparkannya ke dalam kandang harimau. Harimau tampaknya sangat ketakutan saat melihat biksu itu. Taiwu kemudian memasukkan tukang sihirnya, Kou Qianzhi, dan kali ini harimau itu meraung dan mencoba memangsanya. 

Kaisar Taiwu tiba-tiba menyadari bahwa biksu itu bukan orang biasa. Dia segera membebaskan biksu dan memintanya untuk mengunjungi istananya. Dia bersujud kepada biksu tanpa henti, memohon pengampunan dan berjanji untuk memulihkan agama Buddha. Kenyataannya, setelah tujuh tahun pelarangan, agama Buddha kembali menjadi bagian kehidupan rakyat Wei Utara.

Kita melihat sekali lagi dan sekali lagi  - bahkan kaisar dan para pejabat tinggi pun tak luput dari pembalasan ketika mereka melakukan kejahatan terhadap keyakinan lurus.

Kaisar pertama Dinasti Qin (221-207 SM), juga dikenal sebagai Qin Shihuang, mendengarkan saran penasehat Li Si untuk membakar buku dan menganiaya para sarjana antara 213 dan 206 SM. Selama kampanye, Seratus Sekolah Pemikiran dihancurkan. Apa yang menunggu keduanya adalah pembunuhan seluruh anggota keluarga Li Si dan kematian menyedihkan Qin Shihuang tidak lama sesudahnya.

Kaisar Lingdi dan Huandi dari Dinasti Han Timur (25-220 M), serta kaisar Zhaozong dan Xuanzong dari Dinasti Tang (618-907 M), sangat tunduk pada kecantikan ratu dan selir mereka yang memungkinkan mereka campur tangan dalam urusan negara. Atas sarannya, mereka memerintahkan pembunuhan banyak sarjana dan orang lurus. Akibatnya masing-masing dinasti mereka tidak berlangsung lama.

Kaisar Wudi dari Dinasti Zhou Utara (557-581 M) menjadi korban saran buruk dari penasehat Wei Yuansong dan memutuskan untuk membasmi agama Buddha. Hanya empat tahun kemudian, Wei dijatuhkan dan meninggal tak lama sesudahnya. Wudi kemudian tiba-tiba menderita sebuah penyakit aneh, dan seluruh tubuhnya membusuk. Dia segera meninggal pada usia 36 tahun.

Kaisar Wuzong dari Dinasti Tang (618-907 M) sangat dipengaruhi oleh Zhao Guizhen dan Li Deyu, yang menyarankan agar ia menghancurkan semua kuil agama Buddha di seluruh negeri. Dalam waktu kurang dari satu tahun, Zhao tewas dan Li meninggal di pengasingan. Wuzong meninggal pada usia 32, bahkan sebelum ia memiliki keturunan.

Di antara banyak kaisar selama masa Lima Dinasti (907-960 M) dan Sepuluh Kerajaan (907-979 M) – (era pergolakan politik di Tiongkok, antara jatuhnya Dinasti Tang dan berdirinya Dinasti Song), tidak ada satu pun pemimpin yang punya kemampuan memerintah seperti Kaisar Shizong dari Dinasti Zhou akhir. Namun Shizong tak menghargai agama Buddha dan bertanggung jawab atas perusakan meluas terhadap patung-patung Buddha di bawah pemerintahannya. Dalam waktu kurang dari satu tahun ia kehilangan kekuasaannya.

Meskipun mengalami cobaan dan penderitaan, keyakinan lurus tampaknya selalu dapat kembali menemukan jalan ke hati orang-orang. Tidak lebih dari tiga puluh tahun setelah gerakan "Pembakaran Buku dan Mengubur Cendikiawan" Dinasti Qin, agama Buddha terlahir kembali di negeri ini. 


Beberapa tahun setelah Dinasti Han dan Tang meninggalkan agama Buddha, agama Buddha berkembang lagi. Pada Dinasti Wei Utara, agama Buddha menemukan jalannya kembali hanya tujuh tahun setelah  dilarang. Pada Dinasti Zhou Utara, agama Buddha kembali hanya dalam waktu enam tahun. Pada Dinasti Tang, agama Buddha bersemi kembali dalam waktu kurang dari satu tahun.

Li Si dan Cui Hao adalah pelaku kejahatan pertama yang melarang agama Buddha, sehingga mereka menerima pembalasan yang paling cepat dan parah dalam hidup mereka.

Kaisar Huizong dari Dinasti Song Utara (960-1127 M) mengubah kuil Buddha menjadi kuil Tao. Meskipun ia tidak mempromosikan agama Buddha, dia mempromosikan Taoisme. Dengan demikian, nasibnya tidak seburuk beberapa kaisar lainnya.

Singkatnya, tidak peduli siapa Anda (kaisar, pejabat atau rakyat jelata), jika Anda tidak hormat dan menfitnah keyakinan lurus, Anda sedang melakukan kejahatan serius dan akhirnya akan menerima ganjaran.



Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel. 

Tidak ada komentar:
Write komentar