|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 28 Januari 2014

Tradisi Menggantungkan Lentera Merah

 


Kebajikan ( De 德 )Sejak zaman Dinasti Han hingga Tang, lentera atau lampion telah disahkan sebagai simbol penyambutan hari raya imlek. Saat dinasti Ming Zhu Yuan Chang (tahun 1368–1644 M), ribuan lampion sengaja dibiarkan mengambang di atas air ketika memproklamirkan ibu kota negara Nanjing.

Berikut adalah cerita rakyat tentang asal mula menggantungkan lentera merah. Menjelang akhir Dinasti Ming, perampok “Da shing King (闖王)” yaitu Li Zi cheng (李自成) dan anak buahnya berencana menyerang dan menguasai kota Kaifeng (開封), salah satu Kota yang sangat besar waktu itu.

Da Shing King berdiskusi dengan para penasehatnya, “ Da Shing King (闖王), jika kita tidak segera menyerbu kota, maka kita akan segera kehabisan perbekalan,” Kata penasehatnya kepada Da Shing King (闖王).

“ Kota Kai Feng (開封) adalah kota besar. Jika kita menyerang maka akan banyak orang yang terbunuh..” Kata Da Shing King (闖王).

“Aku ada ide, aku akan menyelinap ke kota untuk melihat situasi sebelum kita bertindak” Usul Li Zi Cheng (李自成) .

Beberapa hari setelah itu, Li Zi Cheng (李自成) masuk ke dalam kota Kota Kai Feng (開封) dengan menyamar sebagai penjual beras untuk memantau situasi di dalam kota. Ternyata para prajurit Kota Kai Feng (開封) sudah mempersiapkan diri untuk pertempuran. 

Li Zi Cheng (李自成) terus berjalan masuk ke dalam kota dan ia mulai mendengar isu–isu buruk tentang Da Shing King (闖王) dari percakapan rakyat setempat.

“ Aku mendengar bahwa Da Shing King (闖王) punya alis merah dan bermata hijau. Bila dia lewat, rumput pun tidak akan tumbuh.....Dia membunuh orang tanpa pandang bulu, seperti menghancurkan kacang dan mengiris labu saja, “ kata masyarakat di daerah sana.

Li Zi Cheng (李自成) pun berfikir bagaimana caranya untuk menghilangkan isu – isu buruk yang telah beredar di masyarakat tersebut.  Lalu akhirnya dia ikut dalam perbincangan dengan segerombolan orang di daerah tersebut. Li Zi Cheng (李自成) beramah tamah dan mengaku bahwa ia pernah melihat Da Shing King. Ia menjelaskan bahwa Da Shing King adalah manusia biasa, beliau selalu memikirkan orang miskin, dan selalu membagikan uang kepada orang-orang miskin.
 
Ternyata segerombolan orang tersebut menanggapinya dengan antusias. Tetapi mereka ketakutan seandainya Da Shi King (闖王) masuk kota pada malam hari dan salah membunuh orang.

Lalu Li Zi cheng (李自成) mengatakan kepada mereka, “ Letakkan lentera merah pada rumah kalian siang dan malam, jika komplotan Da Shing King melihat lentera merah, maka dia akan tahu kalau itu rumah orang miskin dan tidak akan mengganggunya.”

Setelah menjelaskan semuanya itu, Li Zi Cheng (李自成) kembali ke markas untuk merencanakan strategi penyerangan yang akan digunakan.

Para penjaga kota Kaifeng mulai mendapat serangan gencar dari tentara Li sehingga membuat mereka kewalahan dan tidak berdaya. Melihat hal ini maka pasukan penjaga kota Kaifeng mengambil jalan pintas dengan membuka bendungan air sungai untuk menyingkirkan pasukan Da Shing King.

Tetapi tindakan tersebut justru ikut menghancurkan rumah-rumah orang di sekitar sana, baik rumah orang kaya maupun orang miskin tergenang oleh air. Rakyat kecil yang masih percaya bahwa Da Shing King (闖王) akan menyelamatkan mereka, naik ke atap rumahnya dengan membawa lentara merah, sedangkan kaum bangsawan dan pejabat berusaha menyelamatkan harta bendanya.  

Banjir terus meninggi dan membuat orang-orang mulai putus asa. Melihat penderitaan yang dialami oleh banyak rakyat jelata, maka  Li Zi Cheng (李自成) memerintahkan anak buahnya untuk menyelamatkan rakyat dengan rakit dan perahu. Tidak lama setelah itu para pasukan Da Shing King datang untuk menyelamatkan masyarakat yang membawa lentera merah bersama dengannya.

Untuk memperingati kebaikan hati Li dalam menyelamatkan rakyat jelata, maka bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, seperti Perayaan Tahun Baru Imlek. Salam kebajikan.


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar