Kebajikan ( De 德 ) - Menjadi orang haruslah dapat dipercaya. Dapat memegang perkataan adalah prinsip dasar sebagai manusia. Melakukan hal apapun kepercayaan memegang peranan penting.
Seseorang yang telah kehilangan kepercayaan, maka tidak dapat diterima oleh masyarakat, melangkah satu langkah pun sulit. Kepercayaan lebih penting daripada nyawa, karena itu dalam pergaulan sehari-hari seseorang itu harus dapat dipercaya.
Ji Zha, dari Negara Wu dikenal juga sebagai Ji Zi karena dia mendapat gelar mulia di kotapraja Yan Ling. Suatu saat ketika dalam perjalanannya menuju Negara Lu untuk melaksanakan tugas sebagai duta negara, Ji Zha dari Negara Wu singgah di ibukota negara Xu untuk menemui sahabat baiknya yaitu Raja Xu.
Pertemuan mereka berlangsung akrab. Raja Xu menyambut tamunya dengan pelayanan sempurna. Mereka menghabiskan malam sambil bercerita banyak hal. Dalam pertemuan itu, Raja Xu melihat pedang Ji Zha yang sangat bagus. Pedang itu menarik perhatiannya dan dalam hati ingin punya pedang seperti itu.
Ji Zha, dari Negara Wu dikenal juga sebagai Ji Zi karena dia mendapat gelar mulia di kotapraja Yan Ling. Suatu saat ketika dalam perjalanannya menuju Negara Lu untuk melaksanakan tugas sebagai duta negara, Ji Zha dari Negara Wu singgah di ibukota negara Xu untuk menemui sahabat baiknya yaitu Raja Xu.
Pertemuan mereka berlangsung akrab. Raja Xu menyambut tamunya dengan pelayanan sempurna. Mereka menghabiskan malam sambil bercerita banyak hal. Dalam pertemuan itu, Raja Xu melihat pedang Ji Zha yang sangat bagus. Pedang itu menarik perhatiannya dan dalam hati ingin punya pedang seperti itu.
Negara Wu memang terkenal sebagai pembuat pedang yang bagus dan negeri itu telah berhasil "menguasai dunia" dengan kehebatan pedang mereka. Melihat bagaimana kagumnya Raja Xu akan pedangnya, Ji Zha berjanji suatu saat akan menghadiahkan pedang itu kepada sahabatnya tersebut.
Pada kunjungannya kali ini hal itu tak mungkin ia lakukan karena pedang itu masih ia perlukan untuk tugasnya ke Negara Lu, karena pedang adalah sebagai lambang resmi yang harus dipakai sebagai duta negara.
Ji Zha berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya ke beberapa negara lainnya dan berterima kasih kepada Raja Xu. Ji Zha mengatakan bahwa setelah dia nanti merampungkan tugasnya, maka ia akan kembali lagi ke Negara Xu dan berjanji akan memberikan pedang pusakanya kepada Raja Xu. Akhirnya Tuan rumah pun melepasnya dengan senang hati.
Setelah beberapa bulan lamanya, Ji Zha selesai merampungkan tugasnya di Negara Lu dan beberapa negara lainnya. Dalam perjalanan pulang, ia singgah lagi di negara Xu. Tetapi alangkah terkejutnya ia ketika tidak lagi menemukan sahabatnya.
Raja Wu wafat mendadak karena serangan jantung, setelah kepergian Ji Zha beberapa lama. Sebelum wafat, dia terus merindukan kedatangan sahabatnya yang sudah berjanji padanya untuk memberikan pedang pusakanya.
Pada kunjungannya kali ini hal itu tak mungkin ia lakukan karena pedang itu masih ia perlukan untuk tugasnya ke Negara Lu, karena pedang adalah sebagai lambang resmi yang harus dipakai sebagai duta negara.
Ji Zha berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya ke beberapa negara lainnya dan berterima kasih kepada Raja Xu. Ji Zha mengatakan bahwa setelah dia nanti merampungkan tugasnya, maka ia akan kembali lagi ke Negara Xu dan berjanji akan memberikan pedang pusakanya kepada Raja Xu. Akhirnya Tuan rumah pun melepasnya dengan senang hati.
Setelah beberapa bulan lamanya, Ji Zha selesai merampungkan tugasnya di Negara Lu dan beberapa negara lainnya. Dalam perjalanan pulang, ia singgah lagi di negara Xu. Tetapi alangkah terkejutnya ia ketika tidak lagi menemukan sahabatnya.
Raja Wu wafat mendadak karena serangan jantung, setelah kepergian Ji Zha beberapa lama. Sebelum wafat, dia terus merindukan kedatangan sahabatnya yang sudah berjanji padanya untuk memberikan pedang pusakanya.
Ji Zha merasa sangat sedih dan segera memacu kudanya untuk pergi ke kuburan Raja Wu. Setibanya di makam Raja Wu, dia berlutut dan menundukkan kepalanya sebagai tanda berdukacita yang dalam.
Semakin lama dia semakin sedih karena janjinya untuk memberikan pedangnya kepada sahabatnya tidak dapat terlaksana. Sebagai gantinya, ia memberikan pedang itu kepada putra Raja Xu.
Namun, anak itu menolak, "Ayah tidak meninggalkan wasiat bahwa saya harus menerima pedang pusaka. Oleh karena itu saya tidak berani menerimanya. Mohon maaf."
Semakin lama dia semakin sedih karena janjinya untuk memberikan pedangnya kepada sahabatnya tidak dapat terlaksana. Sebagai gantinya, ia memberikan pedang itu kepada putra Raja Xu.
Namun, anak itu menolak, "Ayah tidak meninggalkan wasiat bahwa saya harus menerima pedang pusaka. Oleh karena itu saya tidak berani menerimanya. Mohon maaf."
Di sisi makam Raja Wu, ada tumbuh sebuah pohon. "Melihat pohon ini, saya seperti melihat Raja Xu. Karena itu, saya gantung di sini saja pedang ini. Walaupun Raja Xu telah wafat, tetapi di hati saya masih ada janji. Semoga ia yang sudah di surga bisa melihat pedang ini dan mengingat janji saya padanya," kata Ji Zha.
Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut terbengong-bengong dan menanyakan kepada Ji Zha apa maksudnya. Ji Zha menjawab, "Dulu, waktu berkunjung kemari saya telah berjanji untuk memberikan pedang ini kepada Raja Xu, tapi oleh karena sekarang Raja Xu sudah mangkat, maka saya tetap harus menepati janji saya padanya dan tidak boleh tidak dapat dipercaya.
Kisah Ji Zha yang menggantungkan pedangnya di pohon dekat makam sahabatnya segera menyebar ke seantero Negeri Tiongkok. Hal itu kemudian dijadikan orang sebagai perlambang janji yang harus ditepati. Salam kebajikan
Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut terbengong-bengong dan menanyakan kepada Ji Zha apa maksudnya. Ji Zha menjawab, "Dulu, waktu berkunjung kemari saya telah berjanji untuk memberikan pedang ini kepada Raja Xu, tapi oleh karena sekarang Raja Xu sudah mangkat, maka saya tetap harus menepati janji saya padanya dan tidak boleh tidak dapat dipercaya.
Kisah Ji Zha yang menggantungkan pedangnya di pohon dekat makam sahabatnya segera menyebar ke seantero Negeri Tiongkok. Hal itu kemudian dijadikan orang sebagai perlambang janji yang harus ditepati. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar