KEBAJIKAN ( De 德 ) - Kisah ini terjadi di daerah Hong Yang, dimana hidup seorang pelajar yang bernama Cu Wei Cheng. Dirumahnya terdapat sebuah kolam bunga lotus yang belum berbunga. Hong Yang hidup pada masa pemerintahan Khang Si.
Pada saat Hong Yang akan pergi mengikuti ujian tingkat propinsi, mendadak di kolam itu tumbuh sekuntum bunga teratai yang indah dan harum semerbak. Dalam hatinya berpikir, pasti ini pertanda bahwa dia akan lulus ujian.
Sehingga disaat senja hari, dia duduk santai dipinggir kolam sambil menikmati arak. Setelah minum beberapa teguk, dia melihat pelayan yang menemaninya memiliki paras yang cantik, sehingga timbullah niat untuk menggodanya. Kemudian dia memberinya minum arak, sehingga membuat pelayan itu menjadi mabuk, lalu dinodainya.
Keesokan harinya, bunga teratai itu menjadi layu karena hal itu. Malamnya dia bermimpi bahwa Dewa Kwan Kong datang kepadanya dengan memperlihatkan buku jasa pahala. Barulah dia menyadari bahwa sebenarnya namanya ada tertulis di buku itu, namun telah terhapus.
Dengan sedih, dia berlutut dan memohon agar Dewa Kwan Kong mengampuninya, tapi sampai 3 kali, dia ditendang keluar.
Setelah sadar dari mimpinya, dia tahu bahwa dirinya telah melakukan kesalahan besar, lalu dengan hati yang gelisah, dia tetap pergi mengikuti ujian. Hasilnya dia memang gagal, lalu dengan menangis dia pulang ke rumah.
Dikemudian hari, dia selalu gagal dalam setiap ujian, malahan hartanya habis dan hidup dalam kemiskinan.
Mencius berkata, “Orang yang miskin, cita-citanya tidak boleh berubah, orang kaya janganlah melanggar pantangan berzinah”.
Cu Wei Cheng lupa diri dengan melakukan tindakan yang tidak bermoral yang menyebabkan kejayaan dan hartanya habis. Memang akibat dari berzinah ini sangat menakutkan.
Wu Ik Ce membuat syair,
“Bunga teratai sedang mekar ditengah kolam,
Pertanda yang baik berubah menjadi buruk,
Satu niat yang salah, nama akan terhapuskan,
Berzinah, lebih tajam dari sebilah pisau yang sadis”.
Kisah diatas adalah kisah nyata, yang dapat dilihat bahwa orang jaman dulu sangat menjaga sopan santun dan tata krama. Berbeda dengan hati manusia di jaman modern ini.
Kita harus mempercayai hukum karma, menjaga kesucian, kesetiaan, kearifan dan sopan santun haruslah lebih dalam dipelajari dan diterapkan dengan sepenuh hati dalam kehidupan sehari-hari. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar