|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 14 September 2014

Rasa Bersyukur Mengurangi Keluhan

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Ada sebuah cerita, seorang kakek bersama cucunya pergi bertamasya, mereka tersesat di tengah hutan, kakek dan cucunya hanya bisa makan buah-buah hutan dan minum air sungai, setelah lelah bersandar di bawah pohon besar beristirahat. 

Ketika dalam keadaan demikian, kakek akan membungkukkan badan mengucapkan terima kasih kepada sungai dan pohon besar, dengan penuh perasaan berkata, "Terima kasih!". Cucunya melihat perbuatan kakeknya dengan tidak mengerti bertanya, "Kakek, kenapa harus berterima kasih kepada mereka?"

Kakek dengan ramah berkata, "Cucuku, mereka pantas mendapat terima kasih kita, jika tidak ada mereka maka kita berdua sudah akan mati kelaparan dan kehausan, mereka adalah penolong kita dalam kesulitan ini, kita tidak hanya akan berterima kasih kepada pohon besar dan sungai, kita juga harus berterima kasih kepada seluruh burung yang bernyanyi untuk kita, kuntum-kuntum bunga yang bermekaran, sinar matahari yang membelai kita.. mereka telah menolong kita, kita pasti bisa keluar dari hutan ini."

Seperti yang dikatakan kakek ini akhirnya mereka bisa menemukan jalan keluar dan dapat keluar dari hutan. Mereka berdua ketika sudah berada diluar hutan, kembali membalikkan badan dan membungkuk mengucapkan terima kasih kepada hutan yang telah mencukupi kebutuhan hidup mereka selama mereka tersesat.

Setelah selesai membaca cerita ini saya terus berpikir, jika yang tersesat adalah saya, apa yang akan saya lakukan? Jika menuruti tabiat masa lalu saya maka saya mengeluh, mengasihani diri, tetapi apakah itu bisa menyelesaikan masalah? 


Ketika nilai pelajaran matematika saya tidak lulus, saya mengeluh guru matematika tidak pintar mengajar, bukannya mencari ke dalam mengapa diri sendiri yang tidak serius belajar atau ikut les tambahan; ketika terjadi konflik dengan teman baik saya, saya terus mengeluh teman saya tidak tahu berterima kasih, mengasihani diri sendiri mempunyai teman yang demikian.... tetapi akhirnya adalah nilai matematika saya semakin jelek, teman baik saya menjauhi saya. Kebalikannya, kakek di cerita diatas sangat bijaksana.

Rasa bersyukurnya terhadap alam dan binatang di sekelilingnya menjadi momentum ke depannya, dia selalu membiarkan dirinya merasa bahwa dia adalah orang paling beruntung, dan dilindungi. 


Kekuatan dari rasa syukur demikian besar! Dalam hati saya mengucapkan terima kasih kepada penulis cerita tersebut, karena cerita ini membelikan saya wawasan yang sangat mendalam.

Pada hari-hari ketika meninggalkan rumah pergi ke Beijing melanjutkan pendidikan, saya semakin merasakan jika didalam hati terdapat rasa bersyukur kekuatannya sangat dahsyat. 


Tiga tahun yang lalu, saya datang ke Beijing mengikuti ujian, pertama saya merasa semuanya terasa asing, sendiri dan kesepian semua rasa tersebut seperti menyerang saya, perasaan rindu rumah sangat kuat, karena masa depan yang tidak jelas membuat saya sering terbangun di tengah malam, ditambah lagi musim dingin di Beijing sangat dingin membuat saya tidak terbiasa, saya jatuh sakit, seluruh lidah saya sariawan, kerongkongan sangat sakit dan tidak bisa bersuara, memikirkan di rumah betapa mama dan papa menyayangi saya, sekarang hanya sendirian di Beijing, sangat menyedihkan, ketakutan membuat saya meneteskan air mata.

Tiba-tiba, saya merasa ada sebuah tangan hangat yang memegang kening saya, sebuah suara ramah bertanya, "Apakah engkau tidak enak badan? Saya akan membantu Anda membeli obat!" rupanya dia adalah teman sekamar di asrama. 


Teman-teman di asrama mendengar saya sakit, mereka datang menjenguk saya, ada yang membantu saya menuang air, memasak nasi, dalam sekejab, 6 gadis yang berasal dari berbagai kota di negara ini menjadi teman baik. 

Yang membuat saya terharu adalah teman sekamar saya, karena ayahnya adalah tabib sehingga dia bisa memijat untuk membuat badan saya terasa enakan, didalam hati saya merasa sangat bersyukur. 

Pada malam itu dia tidak dapat tertidur nyenyak, sebentar-bentar dia terbangun menukar kompres di kepala saya, dan memegang kening saya, melihat apakah panas badan saya sudah turun. 

Hati saya terasa sangat hangat, begitu banyak kasih sayang mengelilingi saya, saya sangat beruntung. Saya sedang berpikir, jika suatu hari ada orang yang sakit, saya juga akan berbuat demikian. Di bawah asuhan kasih mereka semua, dengan cepat saya sehat kembali .

Mulai saat itu, didalam asrama walau siapapun yang menghadapi masalah, kami semua akan dengan kasih sayang membantunya. Sampai sekarang, kami berenam masih tetap menjadi teman baik, ketika menghadapi hal-hal yang bahagia kami akan saling berkomunikasi membagi kebahagiaan tersebut, menghadapi hal-hal yang tidak bahagia, juga akan saling membagi. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar