|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 08 Januari 2015

Kisah Duka Mendalam Chiara Melihat Ibunya Indah Juliansih dan Kakaknya Nico Giovani Disemayamkan

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Indah Juliangsih (41) dan Nico Giovani (17) adalah Ibu dan anak yang menjadi korban dalam pesawat AirAsia QZ 8501 merupakan dua jenazah dari delapan jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 yang berhasil diidentifikasi tim DVI Polri, Rabu (7/1/2015) sudah disemayamkan di tempat Persemayaman Adi Jasa di Jalan Demak, Surabaya.

Chiara Natasha Tanus, gadis 15 tahun yang menjadi sebatang kara menyusul tragedi AirAsia QZ8501, kini setidaknya sudah menemukan sedikit kepastian karena dari sekian banyak jenazah yang sudah ditemukan di lautan, ternyata adalah ibunya yang bernama Indah Juliandsih (41) dan kakaknya Nico Giovanni (17).

Namun wajahnya yang bermuram selama 11 hari ini, semakin bertambah sedih setelah melihat kedatangan peti jenazah B014, Ibunya, Indah Juliansih dan peti jenazah B017, Kakaknya, Nico Giovanni masuk ke dalam ruangan VIP B, Persemayaman di Adi Jasa. Jenazah Ibu dan anak disandingkan di dalam satu ruangan.

Mata sayu gadis 15 tahun itu terus saja memandangi dua peti mati putih di depannya.Chiara sendiri lebih banyak terpekur dan terus memandangi peti jenazah keluarganya. Saat jenazah datang, tidak banyak keluarga yang datang. 


Sementara itu, semasa hidupnya Nico Giovanni (17) dikenal sebagai siswa Anglo-Chinese School, Singapura. Nico memang anak pintar yang menerima beasiswa dari Menteri Pendidikan Singapura untuk belajar di sana.

Teman Nico bernama Michael mengenang sosok tersebut sebagai pribadi pekerja keras dan sangat menghormati semua orang.

"Nico adalah seorang pekerja keras dan sangat dikagumi," ujarnya sambil menambahkan bahwa Nico juga brilian di mata pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Saat ini, Chiara adalah satu-satunya keluarga dari Hermanto Tanus yang masih ada. Ayah, ibu, kakak, dan adiknya turut menjadi korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. Dengan ditemukannya, dua anggota keluarganya yang telah berhasil diidentifikasi yakni ibunya, Indah Juliansih (41) dan kakaknya, Nico Giovani (17), maka yang belum ditemukan atau belum teridentifikasi, sang ayah, Hermanto Tanus (46) dan sang adik, Justin Giovanni (9).

Kisah Sedih Chiara yang Sebatang Kara, Kehilangan Orangtua dan 2 Saudaranya

Satu keluarga dari ratusan penumpang AirAsia QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu 28 Desember 2014 tersebut adalah keluarga Chiara Natasya Tanus (15) yang kini sebatang kara dan menanggung sedih sendirian karena Orangtua dan dua saudaranya berada dalam satu pesawat tersebut yaitu Ayahnya, Hermanto Tanus, ibunya, Indah Juliansih, kakaknya, Niko Geovani dan adiknya, Justin Geovani.

Chiara warga Perum Nirwana Eksekutif, Surabaya, Jawa Timur, mendatangi Posko Crisis Center PT Angkasa Pura I di Terminal 2 (T2) Bandara International Juanda Surabaya di Sidoarjo , Senin (29/12)

Dia datang bersama kakak orangtuanya, Linda Patrisia dan pengasuhnya sejak bayi, Nana Fariawati. Tanpa bicara, dia terus mendekap foto ayah, ibu, kakak dan adiknya, sembari meneteskan air matanya.

Raut kesedihan tampak terlihat dari wajah Ciara Natasia, gadis remaja manis dengan rambut hitam panjang, pindah ke sekolah berasrama, Methodist, khusus perempuan di Singapura sejak November lalu, seperti dikutip dari tempo.com.

Rencananya, Orang tua dan dua saudara laki-laki Chiara terbang ke Singapura untuk mengunjungi Chiara yang menimba ilmu disana selama pergantian tahun. Ia menunggu di Bandara Changi untuk menjemput mereka pada hari nahas itu, namun pesawat tak pernah tiba dan kabar tak mengenakkan itu datang, Minggu (28/12/2014). Pesawat yang membawa keluarga yang dicintainya hilang.

Linda menjelaskan jika adiknya (ayah Ciara) pergi ke Singapura untuk menjenguk anaknya yang bersekolah di sana. Pada awalnya dirinya tidak tahu jika adik dan keluarganya menjadi korban pesawat yang hilang kontak tersebut.

Kemudian Linda diberitahu oleh anaknya jika dalam pesawat yang hilang tersebut ada pamannya. Akhirnya dia mengecek kebenaran berita tersebut, dan benar jika ada adik, ipar dan keponakannya.

“Dia langsung terbang ke Surabaya begitu mendengar kabar itu,” kata tante Chiara, Linda Patricia, seperti ditulis Fox News, 31 Desember 2014.

Selama tiga hari Chiara menunggu di Bandara Juanda, berharap ada kabar baik. Namun, mendengar berita serpihan pesawat dan enam jenazah ditemukan, ia tak kuasa. Di hari keempat, hari Rabu, Chiara memilih menyendiri di rumah tantenya.

Ayah Chiara, Hermanto Tanus, 46 tahun, adalah akuntan swasta. Sementara ibunya, Indah Juliangsih, adalah ibu rumah tangga. Abangnya, Nico Giovanni, 17 tahun, tercatat sebagai mahasiswa di St. Andrews Junior College di Singapura. Nico pulang ke Surabaya lebih awal selama liburan semester dan kembali ke negeri belanja itu bersama keluarga. Sedangkan adik Chiara, Justin Giovanni, baru berusia 9 tahun.

“Kami berduka dan Chiara masih sulit menerima kenyataan bahwa ia kini sebatang kara,” kata Linda. Ia juga berharap jenazah keluarganya dapat segera ditemukan agar mereka bisa mengadakan pemakaman yang layak.

Meski terpukul, Chiara berjanji akan kembali ke Singapura untuk meneruskan studinya. “Dia yakin hal itulah yang diinginkan orang tuanya,” kata Linda.

Sementara Chiara, terus mendekap foto ayah, ibu, kakak dan adiknya yang menjadi korban hilangnya AirAsia QZ 850, dengan wajah sayu dan sedih, sembari meneteskan air matanya, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Hanya, saat para juru foto memintanya mengangkat foto keluarga yang dibawanya, dia menuruti permintaan itu, seperti dikutip dari merdeka.com.

Nana Fariawati, pengasuh ketiga anak Heru menjelaskan jika Ciara datang dari Singapura ke Surabaya saat mendapat kabar peristiwa ini. Nana juga mengaku, kalau dirinyalah yang selama ini mengasuh ketiga anak majikannya itu sejak masih bayi.

"Saya yang mengasuh mereka sejak bayi," katanya lagi sambil sesenggukan tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi ditahan.

Sebelum berangkat, lanjutnya, Hermanto sempat berpamitan pada tetangga, serta satpam perumahan jika dirinya dan tiga anggota keluarganya hendak ke Singapura pada minggu pagi hingga 4 Januari 2015 mendatang.

Sampai kemarin, Chiara masih menunggu kabar sang ayah Hermanto Tanus, ibu Indah Juliansih, serta dua saudara kandungnya, Geovani Nico (kakak) dan Geovani Justin (adik). Ia mendapat pendampingan dari psikolog agar mentalnya tidak terguncang. Salah satu psikolog yang mendampingi Chiara adalah dr Flirya SpKJ.

Pemkot Surabaya sempat kesulitan mencari keberadaan Chiara. Wali Kota Tri Rismaharini memerintahkan Camat Rungkut Ridwan Mubarun untuk menelusuri remaja putri tersebut. Akhirnya, sang Camat berhasil menemukan kerabat dan Chiara secara langsung.

"Saya ingin mengantar psikolog untuk melakukan pendampingan," ujar Ridwan yang ikut dalam rombongan psikolog, Jumat (2/1/2015), seperti dikutip dari detikcom.

"Semalam saat dia keluar kamar, saya tidak tega melihat raut mukanya. Terlihat sangat terpukul sampai akhirnya saya meminta dia untuk masuk ke dalam kamar," imbuhnya.

Dr Frilya mengatakan kondisi Chiara sedang dalam tahap penerimaan. "Saya bersyukur. Ia sedang dalam masa penerimaan atas kejadian itu ," ujarnya saat berbincang dengan detikcom

Psikolog asal Malang ini mengaku selama melakukan pendampingan sangat berhati-hati dengan tidak mengajukan banyak pertanyaan.

"Kalau shock masih tapi dia sudah ada perkembangan. Makanya kita terus melakukan pendampingan," ujarnya sambil mewanti-wanti agar tidak terlalu mengekspose kondisi Chiara.

Rumah Chiara dijaga petugas pemkot dan satpol. Sekitar pukul 10.15 WIB, sebuah mobil Toyota Avanza berhenti di depan rumah. Seorang gadis seumuran dengan Chiara masuk disusul dua orang dewasa. Tak lama berselang terdengar lolongan anjing.

Di saat bersamaan, Chiara mengenakan kaos hijau dan menggunakan topi menggandeng seekor anjing ditemani gadis seumurannya berjalan dan bermain dengan anjing warna putih. Gadis berkulit putih itu tampak tersenyum saat menenteng tali anjing keluar dari rumah kerabat ibunya.

Dr Frilya menambahkan, meski sudah bisa tersenyum dan berkomunikasi dengan saudaranya, sampai saat ini Chiara masih trauma. Maka itu, ia akan dijaga dan didampingi setiap waktu.

Kehilangan anggota keluarga yang disayangi tentunya membuat kita berduka dan merasakan kehilangan juga kesedihan yang mendalam bagi yang ditinggalkan. Marilah kita semua berdoa agar Almarhum Indah Juliansih dan Nico Giovani diterima dan tenang disisi Tuhan. Semoga masih ada harapan dan kabar baik dalam proses evakuasi yang masih berlangsung sampai sekarang, agar Dua anggota keluarga dan penumpang yang belum ditemukan mendapat kepastian mengenai peristiwa ini.

Namun jika Tuhan memiliki jawaban lain, kami percaya bahwa orang baik akan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Semoga mereka tetap diberi kekuatan untuk bertahan, tabah dan tegar juga tetap sehat dan kembali merasakan kebahagiaan dalam menghadapi cobaan hidup ini karena semuanya adalah atas kehendak yang kuasa. Sobat, selagi masih ada waktu, sayangilah orang yang Anda kasihi sebelum semuanya tinggal menjadi kenangan. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar