|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 13 Maret 2015

Kitab Liezi (列子) Bag. 6

 

  
KEBAJIKAN ( De 德 ) Kitab Liezi atau Lieh Tzu merupakan buku filsafat Tao yang menjelaskan mengenai Tao dan perubahan-perubahannya sepanjang sejarah, serta menjelaskan tentang penciptaan alam ini. Kitab Liezi atau Lieh Tzu, juga dianggap sebagai kumpulan cerita dan hiburan-hiburan dalam filsafat. Kitab ini juga berisikan bahan-bahan yang ditulis selama 600 tahun (berkisar antara 300 SM sampai dengan 300 M).

Dalam karya yang aslinya, kitab ini terdiri dari 20 bagian. Dari ke-20 bagian ini kemudian dipadatkan menjadi 8 bagian seperti yang dapat dijumpai saat ini. Lebih kurang 100 tahun, kitab ini tidak mendapat perhatian banyak oleh para pengikut Agama Tao, sebagaimana layaknya Kitab Tao Te Cing dan Kitab Chuang-tzu.

Ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab ini dianggap hanya untuk memahami Agama Tao pada masa negeri-negeri yang berperang dan kebudayaan-kebudayaan yang berkembang pada awal kekuasaan dinasti Han.

Kitab ini sampai ke generasi kita sekarang ini karena jasa besar seorang Cendekiawan dari dinasti Chin Timur, yang hidup pada tahun 317 sampai dengan 420. Dialah yang berjasa menyunting dan memberi komentar kitab ini sehingga menarik untuk dibaca orang banyak. Jika tidak ada usaha keras dari dia, maka barangkali kita sudah tidak akan menemukan kitab ini dan selamanya tidak akan tahu isinya.

Liezi Ching


Bab 5 :

Ayat 5 .

Ketika hu ba memainkan kecapi, burung-burung menari dan ikan-ikan meloncat. Wen dari Zheng mendengar kisah itu, lalu meninggalkan keluarganya untuk belajar musik pada guru xiang.

Wen dari Zheng bertemu dengan guru xiang dan berkata : Guru, ajarilah aku seni bermain kecapi.

Guru Xiang berkata : Coba kulihat bakatmu. Kemudian ia meletakan jari-jarinya di senar dan akan memainkannya, tapi selama tiga tahun ia tidak bisa menyelesaikan satu nadapun.

Guru Xiang berkata : Lebih baik kamu pulang.

Wen berkata : Bukannya senar yang tidak dapat kumainkan, juga bukan lagu yang tidak dapat aku selesaikan, pikiran ku tidak di senar, perhatian ku belum pada not. Jika tidak ku batinkan, ia tidak akan membalas melalui alat di luar diri ku. Itulah sebabnya aku takut menarik tangan ku memetik senar.

Kemudian Wen minta ijin untuk meninggalkan gurunya. Beberapa waktu kemudian ia kembali .

Guru Xiang bertanya : Bagaimana kemajuanmu .

Wen berkata : Aku sudah bisa akan ku perlihatkan.

Wen memainkan kecapinya. Saat musim semi, ia memilih senar musim gugur dan memanggil not bulan kedelapan, angin dingin tiba-tiba datang dan buah-buahan masak di pohon serta semak-semak. Ketika musim gugur tiba, ia memilih senar musim semi dan menggetrakan not bulan kedua, Angin hangat bertiup lembut, semak-semak dan pepohonan berkembang.

Sepanjang musim panas, ia memetik senar bulan ke tujuh, embun dan salju turun bersamaan dan sungai dan danau membeku. Ketika musim dingin tiba ia menyentuh senar musim panas dan menggetarkan not, bulan kelima, sinar matahari membakar ganas dan es mencair seketika.

Wen bertanya : Bagaimana pendapatmu guru ?

Guru Xiang berkata : Permainan mu indah,  walaupun guru musik Guan menampilkan musik Qing Jiao ( permainan kecapi ) dan Shou You meniup seruling, mereka tidak dapat dibandingkan dengan mu. Permainan Qing Jiao ( permainan kecapi ) dari guru Guan menyebabkan kemarau selama tiga tahun.

Shou You dengan tiupan serulingnya telah memanaskan udara di negara ujung utara. Masing-masing harus mengapit kecapi dan menenteng seruling untuk mengikutimu.

Orang yang ahli tidak memikirkan kejadian luar yang sudah lewat, tapi apa yang dipikirkannya kesadaran murni yang mungkinkannya menembus inti benda atau ilmu. Jadi seorang ahli mungkin ia tidak perduli apa yang dikatakan orang lain, asal apa yang dikerjakan, pelajari, perbuat tidak pernah setengah-setengah.

Apa yang dipikirkan akan dilakukan dan bukan egois atau sesuka hati, tetapi memang hal yang sudah diperhitungkan dan dapat menyelesaikan masalah.

Ada pepatah yang berkata : Bahwa ketulusan sangat berbeda dengan tipuan, meskipun hampir mirip tetapi bila ketulusan di balas dengan tipuan, maka ketulusanpun akan hilang dengan sendirinya.

Ada orang yang menganggap ketulusan sebagai tipuan dan tipuan sebagai ketulusan adalah kesalahan penilaian. Ada orang yang membalas ketulusan dengan tipuan dan tipuan dengan ketulusan adalah kesalahan yang disengaja. Jadi orang yang suka bermain-main dan mempermainkan orang lain, itu sama saja dengan orang yang ingin hidup sengasara di lain waktu.

Ayat 6 :


Xue Tan belajar bernyanyi pada Qin Qing, sebelum menguasai seluruhnya, ia berpikir tidak ada lagi yang harus di pelajari lagi. Lalu ia minta diri dan berkata kepada Qin Qing : Guru, aku merasa cukup belajar, aku mohon pamit.

Xue Tan berkata : Baiklah, akan ku nyanyikan sebuah lagu perpisahan buat mu. Nyanyian Qin Qing sangat melankolis menggetarkan pepohonan di hutan. Awan yang di tiup angin pun tidak mau bergerak.

Xue Tan langsung minta maaf dan menarik kembali keinginannya untuk pergi. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah berani berbicara tentang pulang kampung.

Suatu ketika Qin Qing bercerita : Dahulu kala tinggallah di Han seorang wanita bernama Han Er. Ketika menuju Qi, ia kehabisan bekal perjalanan. Lalu ia memasuki ibu kota melalui pintu gerbang utama dan berrnyanyi untuk mendapatkan makanan. Ketika ia pergi nada-nadanya tetap mengalun di sekitar gapura selama tiga hari. Para pejalan kaki menganggap bahwa ia masih tetap di tempatnya.

Ketika ia melewati sebuah penginapan dan pelayannya memakinya. Ia meratap pilu dengan nada-nada yang sangat menyedihkan. Ketika itu semua orang di alun-alun, tua dan muda melihat satu sama lain dengan sedih dan air mata berlinang. Mereka begitu tertekan sehingga tidak dapat makan selama tiga hari. Bergegas mereka menjemputnya dan membawanya kembali.

Ketika ia datang ia menyanyikan belada, setiap orang tua-muda tidak mampu menahan diri.
Semua menari dengan begitu gembira, lupa bahwa mereka baru saja sedih sebelumnya.
Kemudian mereka mengantarkannya pergi dengan hadiah yang berharga. Itulah sebabnya penduduk gerbang utama adalah penyanyi dan peratap kematian yang baik. Mereka mencontoh nyanyian Han Er.

Sesuatu yang berasal dari kedalaman diri seseorang, akan mempengaruhi orang lain. Waktu tidak dapat menghapuskan pengaruhnya yang kuat. Ada yang menggunakannya sebagai pengungkapan isi hati, tetapi ada juga yang menggunakannya sebagai cara untuk menghibur orang lain. Ada juga yang menggunakannya sebagai alat untuk menipu orang lain dan membuat orang lain menurutinya. 
Jadi berhati-hatilah dengan orang yang mangungkapkan isi hatinya, karena ia hampir sama dengan seorang penipu yang ahli. Kalau ingin membuktikan ia benar-benar atau hanya pura-pura, maka perhatikan terus-menerus, kamu akan mengetahuinya.

Ayat 7 :

Bo Ya adalah pemain kecapi ulung dan Zhang Zi Qi merupakan penyanyi dan pendengar yang baik. Bo Ya memetik kecapinya dengan pikirannya tinggi di atas gunung.

Zhang Zi Qi berkata : Mengagumkan menjulang seperti Tai Shan.

Ketika batin Bo Ya berada di air bergelombang. Zhang Zi Qi berkata : Luar biasa ! Tanpa batas seperti sungai kuning dan Chang Jiang.

Suatu hari mereka terperangkap hujan badai ketika sedang mengembara di sisi utara gunung Tai Shan. Terdorong suasana melankolis Bu Ya, lalu memetik kecapi. Mula-mula ia menciptakan lagu tentang hujan.

Zhang Zi Qi berkata : Bukan main ! Nada kecapimu mencerminkan bunyi alam ! Sekarang seperti batu-batuan runtuh.

Bo Ya berkata : Alangkah baiknya pendengaranmu ! Imajinasi mu sama dengan apa yang ada dalam pikiranku. Semua dapat kamu tangkap dengan baik.

Zhang Zi Qi berkata : Begitukah ?

Perasaan adalah komunitas non verbal. Walaupun tanpa kata yang diucapkan, pengertian akan tercipta. Sahabat sejati sulit di temukan. Jika kamu mempunyai sahabat seperti itu kurang apa lagi ?

Jika kamu mempunyai orang yang mau mengerti dirimu dan kamu juga ingin bersamanya . mengapa kamu membuat persoalan atau masalah yang tidak perlu ? Apa gunanya begitu ? Apakah kamu ingin berbuat sesuka hati ?

Ada pepatah yang berkata : Mencari sahabat sejati sama seperti mencari pasangan hidup, tidak mudah di temukan seperti jarum dalam pasir.

Sahabat sejati tidak perlu berkata-kata ia akan beraksi sendiri. Dari pendekatan, perkataan, kecocokan dan pengertian. Tidak saling menguasai, tidak ada yang dipaksa dan terpaksa.

Tidak ada kepalsuan dan tipuan, tidak ada mempermainkan dan dipermainkan. Tidak ada yang dirugikan dan merasa rugi, tidak ada saling mencari keuntungan dan di untungkan.

Saling terbuka dan mengerti sifat masing-masing, tidak ada rasa balas budi dan rasa kasihan, tidak ada tuntutan dan tidak ada yang menuntut, tidak ada yang merasa tinggi dan yang merasa rendah.

Bila kamu menemukan sahabat sejati mu kamu tidak akan merasa kesepian, meskipun kamu tidak mempunyai apa-apa. Satu sahabat sejati saja sudah cukup, tetapi bila kamu masih merasa dan mengatakan sahabatmu bukan sahabatmu, maka kamu akan membuang hadiah dari Tuhan.

Lebih baik tidak punya teman dari pada berteman dengan orang yang sesuka hati, tidak mau tahu, arogansi, sok kuasa, sombong, tidak tahu apa maunya dan ia hidup hanya untuk dirinya sendiri dan tidak mau perduli orang lain serta merasa dirinya paling.

Bila kamu bertemu orang seperti itu, apapun yang kamu lakukan tidak akan dihargai, meskipun nyawamu dan kamu menjadi budaknya paling-paling ia berkata : " Itu seharusnya yang kamu lakukan " dan tidak akan menghargaimu.

Biarkan orang seperti itu, jangan didekati, tidak perlu diurus dan carilah teman yang lain.
Di dunia ini karma dan jodoh sudah diatur, sebab- akibat akan berjalan sesuai keputusan, perkataan dan tingkah laku kita sendiri.

Suatu kejadian akan menjadi awal dari sebab, akibat merupakan dampak kejadian. Dari dampak kejadian menjadi suatu kejadian yang lain dan menjadikan sebab yang baru. Itulah sebab-akibat akan terus-menerus terjadi dan berakhir. Karma -jodoh adalah hasil dari tingkah laku dan perkataan serta pikiran kita. Berakhir menjadi sahabat / musuh itu adalah akibat perbuatan kita sendiri.

Ada pepatah yang berkata : Langit tidak mempunyai jalan, bumi terdapat banyak jalan yang berliku-liku, naik -turun, kita mau berjalan lewat mana kita yang menentukan.

Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa jalan ini benar dan yang itu tidak benar, hanya dirimu sendiri yang akan merasakannya. Bila suatu waktu telah terlewati tidak bisa di ulangi kembali, biarpun kamu mau berjalan atau tidak, lurus atau berbelok.

Bila kita mengambil keputusan berarti kita harus menjalankan keputusan itu, meskipun ragu-ragu atau tetap pada prinsip lama kita, maka itu adalah keputusan, tidak ada yang bisa menghentikan waktu dan tidak ada yang dapat mengajari seseorang untuk berbuat demi kebahagannya, yang ada hanya menasehati agar ia tidak mengambil jalan yang itu.

Bila ia tetap atau bergerak, berubah atau bersikeras, bermimpi atau menerima kenyataan, maka kita akan tetap di dorong maju dan waktu tetap berjalan. Tidak ada orang yang bahagia dengan keputusan yang terburu -buru dan tidak ada orang yang bahagia dengan mengulur-gulur waktu. Kedua orang itu akan menyesal, tetapi ia akan tetap di dorong oleh waktu yang terus berjalan.

Jadi bila kamu ingin atau merasa cocok dan tidak mau di tinggalkan, maka usahakan untuk mendekatinya, bagaimanapun hasilnya dengan bukti dan kenyataan kamu dapat mengambil keputusan untuk melanjutkan atau tidak. Meskipun hubungan terjalin dari dua orang, tetapi keputusan di ambil oleh kedua orang itu masing-masing. Jika satu orang saja yang berpura-pura dan tidak tulus, maka yang lainnya malah akan waspada dan berhati-hati, bila ini terjadi maka persahabatan akan berubah menjadi hanya sekedar teman atau mengenal.

Ayat 8 :

Pada masa negara-negara berperang ada seorang pemuda bernama Ji Chang yang bercita-cita menjadi pemanah terhebat di dunia. Suatu ketika seorang tua memberi saran dan berkata : Fei Wei adalah pemanah ulung, kamu perlu berguru padanya.

Ji Chang kemudian melintasi gunung-gunung menyeberangi sungai-sungai, menghadapi berbagai rintangan untuk menemui Fei Wei. Kearifan Fei Wei sungguh luar biasa, ia mampu memanah daun Willow dari jarak seratus langkah, tentu ia tidak langsung mengajari Ji Chang.

Fei Wei berkata : Kau harus belajar untuk tidak berkedip sebelum berbicara tentang panahan.

Ji Chang pulang dan berbaring di bawah alat tenun istrinya dengan mata menghadap pedal.

Setelah dua tahun ia tidak berkedip walaupun ujung pisau mendekati matanya.

Ketika bertemu Fei Wei dan minta diajari memanah Fei Wei berkata : Selanjutnya kamu harus belajar cara melihat dan datanglah bila kamu mampu melihat benda kecil seolah-olah itu besar, jauh seperti dekat.

Ji Chang kemudian mengantung kutu di jendela dengan seutas bulu ekor Yak dan menatapnya sambil menantang matahari. Dalam tiga bulan ia mampu melihat kutu tersebut menjadi sebesar tawon. Setelah setahun menjadi sebesar babi. Pada akhir tahun ketiga telah sebesar sapi. Ketika ia melihat benda lain dengan cara itu, seekor kuda tampak sebesar gunung.

Ji Chang pergi ke tempat Fei Wei dan berkata : Aku telah memenuhi permintaanmu.

Fei Wei berkata : Bagus ! kau memiliki keteguhan hati dan sejak saat itu Fei Wei mulai mengajari Ji Chang memanah.

Tembakan Ji Chang sangat tepat, ia mengenai sebuah koin dari jarak seratus langkah, setiap anak panah yang di lepaskannya mengenai sasaran. Ia dapat menjaga semangkuk penuh air di lengannya sambil memanah dan tetap mengenai sasaran. Ia juga mampu memanah ujung anak panah yang baru saja di lepaskannya sehingga membentuk rantai anak panah.

Ketika ia kembali ke rumah, istrinya sangat marah melihatnya dan berkata : Kamu tidak melakukan hal lain selain mencari sasaran untuk di panah, suami macam apa kamu ini ?

Ji Chang melepaskan anak panah dengan cepat sampai istrinya tidak menyadari bulu matanya tersambar putus oleh anak panah.

Ji Chang menganggap dirinya sebagai pemanah tanpa tanding, ia menetapkan hanya seorang yang dapat mengunggulinya. Suatu hari ia melihat Fei Wei di gurun dan memutuskan untuk menantangnya. Mereka beradu memanah dan ujung anak panah mereka bertabrakan di udara dan jatuh ke bumi.

Dengan mudah semua anak panah yang di lepaskan Ji Chang di patahkan oleh Fei Wei, tetapi Fei Wei kehabisan anak panah dan pada saat itu Ji Chang masih mempunyai satu anak panah dan berkata : Terimalah ajalmu.

Fei Wei menangkap mata anak panah dengan giginya.

Alkisah keduanya melempar busur dan saling memeluk. Mereka meneteskan darah dari lengan masing-masing dan bersumpah mengangkat keluarga sebagai bapak dan anak dan juga berjanji tidak akan menggunakan kemampuan mereka untuk melukai orang lain.

Fei Wei berkata : Aku telah menurunkan semua kepandaian memanah ku padamu. Jika kamu hendak mencapai puncak keahlian, pergilah belajar pada guru ku, Gan Ying. Di bandingkan dengan keahliannya, kemampuan kita seperti permainan anak-anak, ia tinggal di puncak gunung.

Ji Chang berangkat mencari guru Ying. Setelah menempuh berbagai kesukaran, tibalah ia di tempat kediaman Gan Yin.

Ji Chang berkata : Anda guru Gan Ying ?

Guru Gan Ying berkata : Begitulah .

Ji Chang mengambil anak panah dan berkata : Katakanlah bahwa aku adalah pemanah ulung, bagaimana ?

Guru Ying berkata : Lumayan, tapi kamu masih membutuhkan anak panah untuk menembak burung itu bukan keahlian tertinggi.. Apakah kamu sudah belajar memanah tanpa anak panah ?

Ji Chang berkata : Apa ? Bisahkah orang menembak tanpa anak panah ?

Guru Ying berkata : Ikut aku.

Guru Ying melompat di atas batu yang bisa bergerak dan Ji Chang mengikutinya.

Guru Ying berkata : Sekarang tunjukan kemampuanmu.

Ji Chang berdiri saja tak mampu apalagi memanah.

Fei Zi berkata : Berjalan tanpa gerakan, berbicara tanpa suara, memanah tanpa anak panah, mengapa aku harus menembak ?

Setelah itu ia menunjuk seekor burung dan burung itu jatuh. Setelah belajar dari Fei Zi. Ji Chang hidup damai selama empat puluh tahun kemudian. Konon di atas rumahnya ada busur dan anak panah yang tidsak terlihat. Burung-burung pun tidak berani mendekatinya.

Pemanah agung tidak membedakan dirinya dengan orang lain, juga busur dengan panah. Ia telah sempurna dalam dirinya. Puncak dari semua ilmu bela diri adalah melatih satu gerakan.

Menyatukan gerakan dan napas, menyatu dengan alam.
Mengenal, mengendalikan, mengoreksi dan memperbaruhi diri sendiri.

Bergerak tanpa gerakan, berbicara tanpa suara.
Menyerang dan bertahan tanpa jurus, berkonsentrasi tapi waspada.

Berpikir tanpa teori dan bentuk adalah gerakan, gerakan adalah bentuk.
Jadi buanglah jurusmu bergeraklah mengikuti keadaan.

Bila kamu ingin menang menyeranglah, bila kamu tak ingin kalah bertahanlah.
Hal ini juga berlaku pada kehidupan. Salam kebajikan

Bersambung ke : Bagian 7

Tidak ada komentar:
Write komentar