|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 09 Oktober 2015

Pengobatan Tibet: Belas Kasih, Sains dan Pengalaman Bag. 2

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Ketika perasaan sedih dan kecemasan terhadap situasi keluarga yang pelik telah membawa Dr. Suzanne Soehner ke kantor seorang praktisi medis Tibet, ia berharap mendapat obat ajaib yang akan membuatnya merasa lebih baik.

Lingkaran penuh

 
Lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat, Eliot Tokar adalah salah satu dari beberapa dokter Tibet yang berasal dari Barat. Ia tertarik pada pengobatan Tibet setelah melihat kesehatan temannya pulih kembali melalui pengobatan ini.

Temannya menderita penyakit tuberkulosis, rheumatoid arthritis (radang sendi), dan demam rematik selama bertahun-tahun. Kemudian ia didiagnosis infeksi tulang yang menyakitkan, osteomyelitis.

Dokter umum mengatakan kepadanya, akan membutuhkan setidaknya sembilan bulan pengobatan dan operasi untuk pulih dari infeksi tersebut. Dia memilih untuk melupakan pengobatan konvensional tersebut dan mencoba pengobatan alternatif Tibet.

Dalam waktu enam bulan, ia dapat “memulihkan sebagian besar kesehatannya,” kata Eliot Tokar.

Ia sangat berhati-hati membedakan antara dasar-dasar Buddhis bagi kedokteran Tibet dan praktek aliran Buddhisme. Eliot mengatakan, Dalai Lama menjelaskan hubungan tersebut dengan menggunakan metafora (perumpamaan) tangan dan jari-jemari, sangat terhubung tapi tidak sama.

Dia menghubungkan sebagian dari keberhasilan pengobatan Tibet pada fakta bahwa pengobatan ini dapat membantu orang untuk lebih memahami kesehatan mereka sendiri, baik komponen fisik dan psikologis.

Eliot melihat hal ini terjadi pada seorang pasien perempuan dari salah seorang guru Eliot, pasien perempuan tersebut mendapat gejala kejiwaan yang membingungkan. Dia datang untuk mencari bantuan bagi psikoterapisnya, karena dia telah mendengar bahwa pengobatan Tibet memiliki perspektif spiritual.

“Guru saya melakukan diagnosis dan langsung memahaminya … ini bukan jenis penyakit berbasis spiritual,” kenang Eliot Tokar. Setelah melalui percakapan yang panjang, telah terungkap bahwa perempuan ini telah mengalami trauma berat pada awal kehidupannya.

“Pasien diberikan pada berbagai macam pengobatan psikiatris untuk membantu mengatasi traumanya, dan karenanya dia telah menjadi seorang pecandu obat farmasi…. Orang ingin mengidealkannya sebagai sesuatu yang sangat esoteris, namun sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang sangat mudah dan berbentuk fisik,” katanya.

Guru Eliot menjelaskan langkah apa saja yang pasien tersebut bisa lakukan untuk membalikkan kondisinya dan tidak lagi menjadi menderita kejiwaan. Pada awalnya, ide ini membingungkan dan membuat marah pasien, yang telah terbiasa dengan gagasan bahwa dia adalah psikotik. Setelah dia tenang, akhirnya dia setuju untuk mencoba saran dengan bantuan terapisnya.

Saran yang diberikan oleh dokter Tibet tersebut membuat terkejut Dr. Suzanne Soehner, yang dirinya juga seorang dokter berlisensi Pengobatan Oriental dan berpraktik di New York City.” Meskipun “terasa seperti disiram air dingin ke wajah saya”, namun itu adalah “obat terbaik yang bisa diberikan,” katanya.

Saran dari dokter Tibet tersebut adalah, “kebahagiaan adalah berpikir tentang orang lain”, telah didengungkan kebenarannya sekali dan sekali lagi, Dr. Suzanne mencatatnya, terutama ketika ia merawat pasien dalam praktek pengobatan Tiongkoknya.

“Ketika saya memeriksa seorang pasien, saya mencurahkan sepenuhnya apa yang akan saya lakukan untuk membantu pasien ini. Ini seperti saya menghilang beberapa periode waktu … karena perhatian saya benar-benar difokuskan untuk membantu pasien saya,” jelasnya.

Dia telah menemukan bahwa pekerjaan sukarela adalah obat yang sangat praktis, yang membantu pasien menemukan lebih banyak ruang dan perspektif tentang masalah mereka.

“Tidak ada yang seperti pekerjaan relawan bagi mereka yang kurang beruntung dibandingkan diri sendiri, agar benar-benar bisa mengubah persepsi seseorang tentang masalah sendiri dan untuk menumbuhkan sikap syukur, yang merupakan kondisi penyembuhan pikiran,” kata Dr. Suzanne Soehner. “Terkadang itu saja sudah cukup untuk menarik seseorang ke dalam pengalaman penyembuhan yang lebih luas.” 
Salam kebajikann (Sumber)
 
                                                                          Tamat

Tidak ada komentar:
Write komentar