|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 29 September 2016

Berawal dari Kejujuran

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Pada suatu siang yang terik, seorang pemuda yang alim dan jujur, bernama Zuki sedang berendam di sungai yang berair jernih. Tampak dari kejauhan sekumpulan buah kelapa yang hanyut terbawa oleh arus sungai. 

Karena merasa haus dan lapar, Zuki memungut beberapa buah kelapa. Dengan sebilah parang tajam, Zuki membolongi pucuk buah kelapa dan meminum airnya. Lantas buah kelapa itu dibelahnya dan dengan lahap Zuki menghabiskan seluruh daging kelapa muda tersebut. 

Kemudian Zuki mengambil buah kelapa yang kedua. Saat hendak membelahnya, tiba-tiba Zuki menghentikan aksinya. Termenung sejenak. Zuki baru menyadari telah melakukan kesalahan karena mengambil buah kelapa yang bukan miliknya. 

Zuki bergumam : "Saat ini saya telah mencuri buah kelapa. Saya harus menemui pemiliknya dan meminta maaf atas kelancanganku mengambil dan memakan buah ini tanpa permisi..." 

Lalu, Zuki berjalan menyusuri pinggiran sungai dan akhirnya menemukan pohon kelapa yang sedang berbuah banyak. Zuki melangkahkan kakinya menuju ke sebuah rumah sederhana yang berada tidak jauh dari pohon kelapa tersebut. Seorang kakek tua, bernama Opung Toba menyapanya : "Ada apa gerangan kamu menemuiku, wahai anak muda?" 

Zuki : "Sebelumnya saya memohon maaf atas kelancanganku memakan buah kelapa milik kakek...." Zuki menceritakan detil kejadian sehingga dia tidak sadar telah menghabiskan buah kelapa yang hanyut terbawa sungai. 

Opung Toba tersenyum mendengar cerita Zuki. Beliau merasa sangat kagum dengan kepolosan dan kejujuran Zuki. Terbersit keinginannya untuk merawat dan mendidik Zuki, pemuda yang hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya sudah lama meninggal. 

Opung Toba : "Untuk menebus kesalahanmu, kamu harus membantu saya mengurus lahan pertanian ini, membersihkan rumah dan melayani kebutuhanku selama dua tahun..." 

Tanpa banyak bertanya, Zuki menyanggupi permintaan Opung Toba. Dia bersyukur diberi kesempatan menempati rumah yang layak, jauh lebih baik dari waktu sebelumnya, saat dia harus tidur di sembarang tempat dengan beratapkan langit. 

Sementara itu, Opung Toba tinggal sendirian, sejak anak satu-satunya pergi melanglang buana ke negeri seberang dan tiada berkabar selama puluhan tahun. Hanya seorang cucu perempuan satu-satunya yang saat ini bekerja di kota, selalu menjenguk dirinya, setahun dua kali. 

Namun, sejak keberadaan Zuki di rumahnya, Opung Toba melarang cucu kesayangannya menjenguk dirinya. Sang cucu merasa heran, namun tidak berani membantah perintah sang kakek tercinta. 

Selama dua tahun, Zuki mendapat banyak ilmu dari Opung Toba, baik tentang ilmu agama, ilmu tentang kehidupan dan cara bercocok tanam yang baik. Opung Toba merasa sangat berbahagia "menemukan" Zuki, pemuda cerdas, santun dan jujur. Dia berencana untuk mewariskan semua yang dimilikinya kepada Zuki. 

Setelah dua tahun "mengabdi", Zuki menanyakan kepada Opung Toba, apakah permintaan maafnya sudah diterima. Zuki hanya ingin memastikan bahwa kesalahannya sudah termaafkan, tanpa berniat sedikitpun meninggalkan rumah Opung Toba. Sebab selama ini, dia merasa sangat betah dan senang menikmati kehidupannya bersama Opung Toba. 

Opung Toba menjawab : "Sebagian sudah saya terima, namun masih ada satu lagi tugas yang harus kamu laksanakan untuk menghapuskan semua kesalahanmu..." 

Zuki : "Apapun yang kakek perintahkan pasti akan saya laksanakan..." 

Opung Toba : "Kamu harus menikah dengan cucu kesayanganku, seorang wanita yang buta, tuli, bisu dan lumpuh..." 

Sedikit terkejut, namun seperti biasanya, Zuki tidak membantah sepatah katapun. Dia menerima amanah yang diberikan oleh Opung Toba. Seminggu kemudian, berlangsunglah akad nikah yang sederhana antara Zuki dan Suci, cucu semata wayang Opung Toba. 

Saat hendak memasuki kamar pengantin, Zuki teringat dengan penjelasan Opung Toba tentang kondisi fisik isterinya, lantas Zuki berdiam diri sejenak dan mulai berdoa : "Ya Tuhan, saya berserah kepada-Mu. Berilah hamba petunjuk. Kuatkanlah jiwaku dalam menghadapi semua kenyataan yang ada. Semua hidupku akan kuserahkan kepada-Mu.." 

Saat membuka pintu kamar, Zuki merasa sangat terkejut. Ada seorang wanita berparas cantik rupawan sedang duduk di atas ranjang. Zuki merasa heran. Kepalanya melongok kesana kemari seperti mencari seseorang. Tidak ada orang lain lagi selain wanita cantik tadi. 

Seketika Zuki melangkah keluar sambil mengucapkan permohonan maaf karena masuk ke kamar yang salah. Lantas Zuki mencoba mencari ke kamar sebelah, namun sosok isterinya yang cacat, tidak juga diketemukan. 

Akhirnya Zuki mendatangi Opung Toba dan menanyakan dimanakah keberadaan isterinya saat ini. 

Zuki : "Kek, dimanakah isteriku berada? Mengapa saya tidak berhasil menemukannya?" 

Opung Toba tersenyum : "Tentu saja, isterimu berada di dalam kamar pengantin... Masak ada di dapur...? Hehehe..." 

Zuki : "Kek, wanita yang berada di kamar pengantin itu tidak sesuai dengan apa yang kakek katakan dulu. Yang di kamar, hanya ada seorang wanita cantik dan anggun dengan bentuk tubuh sempurna..." 

Opung Toba : "Nak Zuki... Kamu salah menduga... Cucuku Suci itu tidak buta, bisu, tuli dan lumpuh. Dia adalah wanita cantik, anggun dan berbudi luhur..." 

Zuki masih merasa kebingungan melihat kenyataan yang ada, lantas bertanya : "Mengapa kakek mengatakan isteriku Suci adalah wanita yang buta, bisu, tuli dan lumpuh...?" 

Opung Toba : "Saya mengatakan Suci buta, karena dia tidak ingin melihat sesuatu hal yang dapat merusak pikirannya. Mata Suci hanya digunakan untuk melihat sisi kebaikan orang lain. Saya mengatakan Suci itu bisu karena Suci tidak ingin bertutur kata tidak sopan dan dapat menyakiti hati orang lain. Cucuku Suci tuli karena dia selalu menutup kedua telinganya dari berita yang mengandung fitnah dan menjelek-jelekkan keburukan orang lain..." 

Zuki mendengarkan dengan seksama penuturan Opung Toba. Mengangguk dan mulai dapat tersenyum lega. 

Opung Toba melanjutkan : "Suci lumpuh karena kakinya tidak ingin melangkah ke tempat-tempat maksiat dan yang dilarang oleh Tuhan.... Sudah mengertikah dirimu, wahai anak muda yang baik...?" 

Akhirnya Zuki mengerti semua maksud ucapan Opung Toba. Setelah Opung Toba menceritakan maksud dan tujuannya memberi hukuman kepadanya dua tahun lalu, Zuki merasa sangat bersyukur. 

Berkat ketulusan, sopan santun dan kejujuran yang selalu dipegangnya, maka semua kesulitan hidup yang dialaminya selama ini berbuah menjadi kemudahan dan kebahagiaan. 

Sobatku yang budiman... Sosok Zuki sudah jarang dijumpai di masa kini. Manusia yang mau berlaku jujur dan bersedia menerima hukuman dan menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Bukan justru melarikan diri meninggalkan jejak kejahatan di mata orang lain. Zuki juga bersedia menerima amanah untuk menikahi wanita yang "buta, bisu, tuli dan lumpuh", namun akhirnya semua "cacat fisik" tersebut hanyalah makna kiasan yang justru bernilai positif. 

Karena kesabaran dan ketulusannya kepada orang lain dan bersedia menerima amanah dari Opung Toba, akhirnya Tuhan memberikan "hadiah" kepada Zuki berupa kenikmatan dan kebahagiaan hidup. 

Sesungguhnya, semua perbuatan baik yang bersumber dari lubuk hati terdalam, pasti akan mendapat imbalan sepadan dari Tuhan, baik secara langsung maupun melalui tangan orang lain. 

Di saat beberapa orang berusaha menjaga amanah (kepercayaan), namun ada segelintir dari kita, justru gemar "bermain-main" dengan amanah. Bertindak culas dan berperilaku tidak jujur. 

Di saat beberapa orang merasa jabatan dan kekayaan merupakan amanah, namun ada segelintir dari kita, justru menganggap amanah adalah peluang terbaik untuk menaikkan status sosial dengan memperkaya diri sendiri. Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar