|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 29 September 2016

Tukang Beca Mendidik Anaknya

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Pada suatu Sabtu pagi, sebuah sekolah favorit berencana akan mengadakan pertemuan antara pihak sekolah dengan orang tua dan wali murid. 
Di halaman sekolah telah berkumpul beberapa orang tua dan wali murid. Sebagian dari mereka sengaja datang dengan menggunakan mobil terbaik dan paling mewah. Acara pertemuan ini dimanfaatkan mereka sebagai ajang untuk pamer dan menunjukkan kehebatan masing-masing. 

Pakaian yang digunakan juga serba bermerek dan sangat mahal, lengkap dengan aksesoris emas berlian, jam tangan dan tas branded. 

Dari kejauhan, muncul seorang pria separuh baya sedang mengayuh becak memasuki halaman sekolah. Penumpangnya adalah salah seorang murid di sekolah ini. Tukang becak yang berkulit hitam legam, segera memarkirkan becaknya di antara barisan mobil-mobil mewah. 

Seketika pandangan para orang tua murid tertuju kepada pengemudi becak yang dianggap mereka sosok yang kurang ajar dan tidak tahu malu. Ada yang beteriak mengusirnya, namun pria ini tidak menghiraukan teriakan tersebut. 

Bersama Dora, sang buah hati tercinta, pengemudi becak ini turun dan berjalan melangkah menuju ke ruangan pertemuan. Dora menggandeng tangan ayahnya yang sedikit pincang karena memiliki bentuk kaki yang tidak simetris. 

Sebagian dari orang tua menunjukkan muka mengejek, menghina dan ada yang berbisik-bisik mencibir keberadaan tukang becak beserta anaknya yang juga menuntut ilmu di sekolah ini. 

Di depan ruangan, ayah Dora menanyakan lokasi kamar kecil kepada anaknya. Sebenarnya Dora ingin menuntun ayahnya menuju kamar kecil, namun ditolak sang ayah. 

Ayah Dora : "Kamu masuk duluan ke dalam ruangan, nanti kamu bisa terlambat. Waktunya sudah hampir tiba... Pokoknya kamu tidak boleh terlambat..." 

Seperti biasa, Dora tidak pernah membantah apa yang dikatakan ayahnya. Dia menunggu ayahnya di depan pintu ruangan aula. 

Tidak berapa lama kemudian, terdengar pengumuman agar semua murid dan para orang tua segera masuk ke dalam aula pertemuan. Semua orang berlomba-lomba masuk ke dalam ruangan untuk mendapatkan tempat duduk paling depan. 

Dora masih menunggu ayahnya keluar dari kamar kecil. Namun seorang guru menyuruhnya masuk ke dalam, karena acara akan segera dimulai. Dora yakin ayahnya tidak apa-apa dan bersedia mengikuti arahan sang guru untuk masuk ke dalam ruangan. 

Pada saat guru mulai menutup pintu ruangan dan akan memulai acara, tiba-tiba pintu yang baru saja ditutup terbuka kembali perlahan-lahan. Seorang pria paruh baya, yang tidak lain adalah ayah Dora muncul dari balik pintu. Pakaiannya kumal, ada bekas jahitan dan sebagian warnanya sudah luntur. 

Dengan menganggukkan kepala dan tersenyum, ayah Dora berkata : "Maaf, saya terlambat karena tadi terpaksa pergi ke kamar kecil... Saya mohon maaf atas keterlambatan ini..." 

Kemunculan ayah Dora, cukup menarik perhatian para orang tua murid. Penampilannya yang kumal dan tidak rapi sangat kontras dengan gaya dan penampilan orang tua murid lainnya. 

Guru berkata : "Permisi, Bapak ini siapa yah...?" 

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang becak itu berkata : "Saya adalah ayahnya Dora..." 

Guru muda itu terlihat kaget, wajahnya seperti menunjukkan ketidakpercayaan. Sang guru segera meminta ayah Dora menandatangani buku tamu atau buku kehadiran orang tua murid. Seketika ayah Dora menggelengkan kepalanya, lalu berkata: "Mohon maaf, Bu... Saya buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis..." 

Sebagian orang tua murid mulai menunjukkan sikap mengejek dan yang lainnya ikut-ikutan tertawa mendengar ketidakmampuan ayah Dora untuk menulis di buku tamu. 

Sang guru berkata dengan ramah : "Tidak apa-apa, saya akan membantu Bapak menulis nama dan pekerjaan Bapak. Nanti Bapak tinggal tanda tangan saja." 

Setelah selesai, ayah Dora segera mencari keberadaan Dora di dalam ruangan. Wajah lugunya terlihat kebingungan melihat banyaknya orang tua murid yang menatap ke arahnya. Akhirnya dia menemukan sosok Dora, sedang duduk di bagian belakang ruangan. Sesaat kemudian, beberapa orang guru lainnya menyusul masuk ke dalam ruangan. Salah seorang di antaranya adalah kepala sekolah. 

Sang kepala sekolah menjelaskan maksud pertemuan ini. Acara yang berlangsung di akhir semester, bertepatan dengan pembagian rapor ini bertujuan untuk lebih mengakrabkan hubungan antara pihak sekolah dengan orang tua murid. Agar murid di sekolah ini dapat bertumbuh lebih bagus lagi dengan melibatkan peran orang tua, ketika para murid berada di luar lingkungan sekolah. 

Pihak sekolah ingin mendengarkan pengalaman orang tua murid dalam mendidik anak-anaknya di rumah, sekaligus dapat berbagi dengan orang tua yang lain. Beberapa orang dipanggil untuk maju ke depan ruangan. Sebagian lagi menunjukkan tangan ke atas agar diperbolehkan maju ke depan untuk berbagi pengalaman. Ada yang menceritakan bagaimana mereka mengawasi anak-anaknya dengan sangat ketat, tidak membiarkan anak-anaknya bermain di luar rumah, memaksa mereka mengikuti les pelajaran sekolah dan bahasa asing serta les piano. 

Seorang ibu yang menunjuk tangan agar dapat bercerita, mengungkapkan bagaimana dia sangat menjaga pendidikan anaknya. Memberikan tambahan les private di beberapa tempat walaupun uang lesnya senilai jutaan. 

Ada juga yang membanggakan kemampuannya membelikan buku-buku dari penerbit terkenal dan alat bantu pelajaran yang berharga mahal agar anaknya menjadi pintar dan melek ilmu pengetahuan. Kelihatan sekali, semua orang tua murid berusaha menonjolkan kemampuan masing-masing dengan menyediakan guru les tambahan maupun buku dan peralatan yang mendukung kemajuan pendidikan anaknya. 

Setelah mendengarkan penuturan dari para orang tua murid, lantas kepala sekolah mulai berbicara lagi : "Terima kasih atas sharing pengalamannya. Dalam kesempatan ini saya ingin memperkenalkan orang tua dari murid teladan dan memperoleh juara umum. Hampir semua pelajaran bernilai sempurna. Selain memiliki prestasi akademik yang bagus, murid teladan ini juga memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, tidak pernah melanggar peraturan sekolah dan senang membantu teman-temannya yang kesulitan. Dan satu lagi, dia tidak pernah absen atau terlambat masuk sekolah. Mari kita sambut orang tua Dora, sang murid teladan..!!!" 

Ayah Dora terkejut mendengar namanya dipanggil oleh kepala sekolah, apalagi dipersilakan maju ke depan untuk menceritakan pengalaman dalam mendidik Dora. 

Dengan sedikit kikuk, ayah Dora bangkit dari tempat duduk. Kepalanya sedikit tertunduk, seperti tidak sanggup melihat tatapan mata mereka yang hadir ke dalam ruangan. Berjalan dengan perlahan, sedikit pincang namun tetap melangkah hingga ke depan. 

Seluruh mata tertuju kepadanya. Sebagian merasa tidak percaya, bagaimana seorang tukang becak mampu mendidik anaknya menjadi juara umum dan murid teladan di sekolah ini. Apalagi melihat dengan jelas, bahwa ayah Dora ternyata seorang buta huruf. 

Sebagian lagi, justru merasa malu karena sempat mencibir dan mengejek ayah Dora saat beliau memarkirkan becak bututnya di halaman sekolah. Beberapa orang tua murid yang lain, ada yang berdiri dan memberikan tepukan tangan dan menunjukkan jari jempol ke arah ayah Dora. 

Kepala sekolah menjabat tangan ayah Dora dengan hangat, mengucapkan selamat, lalu berkata : "Mohon kesediaan bapak untuk menceritakan pengalaman mendidik Dora sehingga menjadi murid teladan di sekolah ini...." 

Ayah Dora sudah berani melihat ke depan setelah mendapat jabatan penyemangat dari kepala sekolah. 

Ayah Dora mulai bercerita : "Sebenarnya saya malu menceritakan kondisi keluarga kami. Saya takut Dora merasa berkecil hati dan tidak percaya diri karena kami berasal dari keluarga miskin. Saya hanyalah seorang penarik becak. Dengan kondisi kaki yang sedikit pincang, saya berusaha untuk menghidupi kami berdua, terutama mendukung pendidikan Dora hingga ke jenjang paling tinggi..." 

Ayah Dora menarik nafas, lalu berkata lagi : "Sepeninggal ibunda Dora, saya bertindak sebagai ayah sekaligus ibu Dora. Saya sangat suka melihat Dora belajar dan mengerjakan PR. Sepulangnya saya menarik becak, saya pasti akan duduk di samping Dora, menemaninya mengerjakan PR, walaupun kadang badan ini terasa amat lelah. Saya ingin Dora dapat merasakan kehadiran ayahnya, tidak merasa kesepian...." 

Semua orang mendengarkan dengan seksama cerita yang amat menggugah perasaan itu. Seorang orang tua murid menyeletuk : "Bukankah bapak buta huruf? Apakah bapak mengerti jika Dora bertanya tentang pelajaran yang tidak dimengertinya?" Ayah Dora : "Saya tidak mengerti..." Ibu yang berpakaian mewah itu bertanya lagi : "Jika bapak tidak mengerti, bagaimana bapak tahu kalau Dora mengerjakan PR-nya dengan benar?" 

Ayah Dora : "Jika Dora mengerjakan tugasnya dengan cepat, berarti dia pasti bisa mengerjakan dengan benar. Jika tiba-tiba Dora meninggalkan PR-nya dan berjalan ke belakang, membuat teh manis untuk kami berdua, lalu membuka daun jendela, maka saya tahu, pasti tugasnya susah dan kemungkinan Dora tidak sanggup mengerjakannya. Saya hanya dapat menghiburnya, kerjakan semampu kamu saja. Besok sepulang dari sekolah, ayah akan membawa kamu ke tempat Bang Udin..." 

Sejenak mengelap peluh yang jatuh di dahinya, lalu berkata : "Saya berterima kasih kepada Bang Udin, seorang penjual buku bekas, yang bersedia mencarikan buku yang diperlukan Dora saat kesulitan mengerjakan PR-nya. Dan lagi, sebagian besar buku pelajaran Dora saat ini, dipinjamkan oleh beliau. Nanti setelah tidak digunakan lagi saat naik kelas, baru akan dikembalikan kepada Bang Udin untuk dijual kepada orang lain..." 

Ayah Dora melihat ke arah Dora, ingin memastikan bahwa apa yang diceritakannya tidak sampai membuat puteri semata wayangnya merasa malu. Dora tersenyum. 

Ayah Dora melanjutkan : "Saya hanya seorang tukang becak, tidak sanggup memberikan uang jajan yang banyak. Dora mengerti dengan kesulitan ayahnya. Dora tidak pernah pergi ke warnet, tidak pernah berbelanja atau jajan yang macam-macam. Dora sering membantu mengepel, mencuci piring dan baju, serta rajin membersihkan rumah kami yang sederhana. Setiap hari libur, saya selalu mengajaknya ke taman atau ke daerah pedesaan. Saat inilah, saya merasakan amat bahagia melihat Dora bermain dengan gembira..." 

Ayah Dora : "Hingga suatu ketika, kami melewati kompleks perumahan mewah. Saya menanyakan kepada Dora, apakah dia ingin tinggal di rumah itu dan ingin mengendarai mobil kemana-mana, bukan melulu dengan becak butut ayahnya? Dora mengangguk dengan cepat. Saya tersenyum dan berkata kepada Dora, kamu pasti akan meraih impianmu jika kamu rajin dan tekun belajar tanpa mengenal lelah. Kamu harus berusaha menjadi yang terbaik di sekolahmu, walaupun saat ini kamu bukanlah anak orang kaya...." 

Tiba-tiba setetes air mata bergulir dari pelupuk mata ayah Dora. Dia tidak sanggup lagi melanjutkan cerita ini. Lalu ayah Dora membungkukkan badannya untuk memberikan hormat kepada guru dan para orang tua murid. 

Diawali oleh beberapa orang tua murid yang sejak awal memberi dukungan kepada ayah Dora, akhirnya seluruh orang tua murid dan guru memberikan aplaus dan tepuk tangan meriah kepada ayah Dora. Mereka merasa sangat tersentuh dengan pengalaman ayah Dora mendidik anaknya hingga menjadi murid kebanggaan sekolah. 

Sobatku yang budiman... Tidak selamanya, dengan menyediakan fasilitas dan segala kemewahan akan mampu mendidik seorang anak menjadi anak teladan. Bukan juga dengan menyediakan guru les atau kakak pengasuh yang banyak untuk mereka. Atau menyekolahkan mereka ke sekolah terbaik dan bertarif mahal. 

Banyak orang tua salah dalam mendidik anak, menyerahkan seluruh kegiatan mendidik anaknya kepada pihak lain, tanpa mau ikut campur sedikitpun. Mereka hanya ingin mendengar saat anak mereka berhasil meraih prestasi, tanpa pernah mau ikut serta bersama sang anak dalam mengarungi kesulitan, yang merupakan proses alami menuju ke gerbang kesuksesan. 

Sesungguhnya yang paling dibutuhkan seorang anak adalah keberadaan, kedekatan dan perhatian orang tua di saat mereka sedang mengerjakan sesuatu hal, terutama di saat mereka sedang mengalami kesulitan. Salam kebajikan  #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar