|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 26 Oktober 2016

Anak yang Rendah Diri Disebabkan Orang Tua !

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Rasa rendah diri telah menjadi sejenis gangguan mental yang umum pada anak-anak. Karena perasaan minder atau merasa rendah diri, malu (takut), sensitif dan tidak percaya diri, maka anak-anak kehilangan karakternya. Dan dalam kasus rendah diri yang menimpa banyak anak-anak itu disebabkan oleh orang tua!

Bahasa ibarat sembilu yang paling langsung melukai hati anak-anak

“Kenapa sih kamu begitu bodoh ? Berapa kali sudah diajarkan masih saja lupa ?”

“Ayah-ibu tidak pernah melihat anak yang begitu bandel sepertimu !”

“Benar-benar menjengkelkan kamu ini ! Apa tidak bisa tenang sebentar ?”

Coba pikirkan, sebagai orang tua pernahkah kita mengucapkan kata-kata bernada kasar seperti itu pada anak-anak ? Kadang-kadang, tanpa memikirkan akibatnya lagi, kita selalu menggunakan kekerasan bahasa kepada mereka. Memang mungkin lega rasanya seusai melontarkan nada-nada kasar itu, tapi seiring dengan itu, luka yang menyayat hati juga langsung tertusuk di dalam sanubari mereka.

Ketahuilah, sanubari anak-anak itu sangat rapuh, saat ia belum memiliki kemampuan menghadapi lika-liku hidup yang keras, tapi mereka justru telah menghadapi badai di sekitar rumah. Anak-anak tidak tahu betapa lelahnya orang tua bekerja setiap hari, ia hanya tahu, ayahnya sendiri mengatainya bodoh dengan wajah ketus ; Anak-anak tidak tahu bagaimana sibuknya orang tua mereka setiap hari, ia hanya tahu ibunya sendiri mengatainya orang yang menyebalkan dengan wajah cemberut. Sejak itu, anak itu akan merasa dirinya memang benar-benar bodoh, ia akan memandang dirinya sebagai sesosok bocah yang menyebalkan, karena orang tuanya sendiri yang mencapnya seperti itu.

Orang tua merupakan sosok orang yang paling dipercaya oleh anak, menerima semua pesan dari orang tua tanpa syarat, termasuk pesan negatif. Anak-anak yang kerap berada di bawah tekanan kekerasan bahasa, akan meragukan kemampuan dan nilai mereka, dan akan terus memandang negatif dirinya, “Ayah-ibu saja merasa aku ini bodoh tidak bisa apa-apa, bagaimana mungkin saya bisa melakukannya dengan baik?” Lama kelamaan, anak itu pun menjadi tidak percaya diri lagi, ia merasa seperti seekor burung yang terkejut mendegar desingan anak panah (sosok orang yang penakut), selalu gemetar ketakutan, terjebak dalam lingkaran rasa rendah diri.

Terkadang luka (perasaan) yang diakibatkan oleh kekerasan bahasa dari orang tua itu jauh lebih besar daripada memukul.

Anak yang minder, nasibnya (keberuntungan) tidak akan terlalu bagus

Perasaan minder atau rendah diri adalah semacam karakter yang cacat, terutama bagi anak-anak. Rasa rendah diri dapat menimbulkan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental anak itu sendiri, tidak baik bagi pertumbuhannya, dan akan memengaruhi masa depan anak itu.

Anak-anak seharusnya memiliki masa kecil yang bahagia, tumbuh besar dengan ceria dan gembira. Namun, begitu memiliki perasaan rendah diri, si anak akan kerap gundah gulana, murung tanpa sebab yang jelas. Suasana hati labil, tidak berani berhubungan dengan orang lain, bahkan pertemanan biasa saja dengan teman-teman juga takut, memandang dirinya seperti sosok “monster “ yang menakutkan. Karena ia merasa tidak ada sisi yang baik dari dirinya, sehingga terpaksa bersembunyi seorang diri di sudut, ia akan iri terhadap orang lain, sebenarnya sangat ingin bergaul dengan teman-teman, tapi kerap terlintas dalam benaknya “saya tidak bisa apa-apa, bagaimana mungkin ada yang suka berteman sama saya ?”

Sang Anak sejak awal sudah memiliki evaluasi yang tidak benar terhadap dirinya sendiri, ia akan selalu berpikir kalau dirinya adalah sosok orang yang terburuk itu. Ia akan merasa dirinya sebagai sosok orang yang jelek dari berbagai sisi. Anak yang minder atau merasa rendah diri itu suka membelenggu dirinya, tidak berani berhubungan dengan orang-orang dan hal ihwal baru, ia takut dibanding-bandingkan, takut ditertawakan oleh orang-orang sekitar. 
Setelah tumbuh dewasa, rasa rendah diri membuatnya tidak berani menghadapi hidup seorang diri. Di depan orang lain, ia tidak berani mengangkat kepalanya, sementara saat menemui kesempatan, ia tidak berani bersaing dengan orang lain untuk mendapatkannya. Ia mempertahankan rasa rendah dirinya, hidup dengan ekstra hati-hati, benar-benar tersiksa harus hidup seperti itu sepanjang hayat.

Minder atau rasa rendah diri itu sebaiknya jangan diabaikan, sebagai orang tua, kita tentu berharap perjalanan hidup anak kita berjalan lancar, dan untuk lebih lancar lagi, kita tentu akan mengupayakan untuk dirinya, kita berharap ia menjadi lebih baik dan baik lagi ke depannya. Oleh karena itu, apabila ditemukan sang anak memiliki gangguan mental seperti rendah diri ini, dihimbau kepada orang tua sebaiknya segera bantu anak itu keluar dari lingkaran negatif atas dirinya. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar