|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 27 Oktober 2016

Jangan Memaksa Anak Seperti yang Kita Mau

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Seorang ibu memiliki anak yang duduk di bangku sekolah menengah, merasa cemas dengan perkembangan pendidikan anaknya, Sinchan. Beliau merasa Sinchan kurang memiliki konsentrasi saat belajar. Alhasil beberapa mata pelajaran tidak berhasil dikuasainya dengan baik.

Lantas, beliau berkunjung ke rumah Opung Toba, guru spiritual yang terkenal memiliki kebijaksanaan yang luar biasa.

Ibunda Sinchan : "Guru, saya mohon petunjuk bagaimana cara mendidik anakku supaya menjadi pintar..."

Opung Toba : "Menurut ibu, anak pintar itu yang seperti apa?"

Ibunda Sinchan : "Anak pintar itu yang berhasil menjadi rangking satu dan menjadi teladan di sekolahnya..."

Opung Toba menggelengkan kepalanya, lalu berkata : "Banyak orang tua salah kaprah dengan berpatokan pada nilai ujian saat mendidik anak-anaknya. Mereka ingin sang buah hati menjadi nomor satu di segala bidang, termasuk menjadi juara pertama di kelasnya. Memaksa anaknya belajar mati-matian siang dan malam, ditambah dengan beragam les yang membuat sang anak menjadi stress. Kasihanilah anak-anak kita... Mereka pasti akan kehilangan waktu bermain dan bersosialisasi dengan orang lain. Tidak semua anak pintar itu suka belajar. Jadi, ibu jangan memaksa anak ibu sesuai dengan kemauan ibu...."

Ibunda Sinchan : "Kalau mereka tidak belajar, bagaimana mereka bisa pintar...?"

Opung Toba : "Apakah kepintaran itu menjadi jaminan untuk meraih kesuksesan?"

Ibunda Sinchan terdiam sejenak mendengar pertanyaan Opung Toba.

Opung Toba : "Begini loh bu... Saya tidak bermaksud menyuruh ibu membiarkan anak ibu tidak belajar. Jika anak ibu memang suka belajar, dorong dan semangati dia untuk belajar. Sediakan semua fasilitas pendukung untuknya. Nah, jika ternyata anak ibu hanya menggemari satu pelajaran tertentu, maka ibu harus berupaya menajamkan kemampuannya di bidang tersebut. Jangan memaksa dia untuk menguasai semua bidang. Apalagi mendikte anak ibu untuk mengikuti semua impian ibu..."

Ibunda Sinchan : "Saya cemas, sebentar lagi ujian akan berlangsung..."

Opung Toba : "Saya mengerti bahwa ibu merasa amat khawatir dan berharap anak ibu berhasil melewati ujian tersebut dengan nilai bagus...."

Ibunda Sinchan : "Benar sekali guru..."

Opung Toba : "Namun, yang harus ibu ketahui, di antara para pelajar yang sedang mengikuti ujian, ada calon pengusaha yang tidak membutuhkan pelajaran sejarah, ada calon musisi yang tidak memerlukan rumus Einstain di pelajaran fisika, ada calon sejarawan yang tidak perlu mengerti sin, cos dan tan di pelajaran matematika, ada calon seniman atau artis yang tidak perlu menghafal tabel periodik pada pelajaran kimia, ada calon penulis hebat yang tidak perlu memiliki fisik yang kuat dan menguasai bidang pelajaran pendidikan jasmani atau olahraga..."

Opung Toba tersenyum melihat perubahan wajah ibunda Sinchan, yang mulai terlihat lebih tenang.

Opung Toba melanjutkan : "Satu lagi, apakah para atlit Indonesia peraih medali emas olimpiade adalah juara satu di kelasnya? Bahkan untuk meraih rangking sepuluh besar pun, saya rasa mereka tidak akan sanggup. Mengapa? Karena minat mereka bukan di pelajaran, hati mereka hanya ada di bulutangkis. Sukseskah mereka? Jelas dong... Setelah berhasil meraih medali emas, hidup mereka tidak lagi kekurangan karena pemerintah menghadiahi mereka gaji dua puluh juta per bulan seumur hidupnya. Bandingkan saja, begitu banyak ilmuwan maupun orang pintar yang masih terus bergelut sepanjang hidup mereka demi meraih gaji sebesar itu..."

Ibu Sinchan mengangguk. Sebuah senyuman tersungging dari bibirnya. Matanya tidak lagi menampakkan kegelisahan, jauh lebih tenang dan santai.

Opung Toba : "Seandainya anak ibu nanti lulus menjadi yang terbaik, berilah tepuk tangan yang kuat dan pelukan yang erat. Ibu boleh bangga dengan kemampuan anak ibu. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, saya mohon ibu jangan memarahi dan menghina mereka. Jangan rampas kepercayaan diri, harga diri dan kehormatan mereka...."

Ibu Sinchan melanjutkan kalimat Opung Toba : "Dan saya akan mengatakan kepada anakku tercinta, tidak apa-apa sayang, semua ini hanyalah ujian. Lain kali kamu pasti berhasil. Jangan menyerah dan patah semangat. Ibu akan selalu mendampingimu..."

Opung Toba tersenyum : "Tepat sekali ucapan ibu. Anak-anak terlahir untuk membuat sesuatu yang lebih besar dan lebih hebat lagi di dunia ini. Mereka hanya perlu dukungan kita, bukan cibiran yang meruntuhkan moral mereka."

Sobatku yang budiman...

Saat anak kita gagal dalam ujian di sekolah, jangan sekali-kali melepaskan genggaman tangan mereka, apalagi mengambil rotan lalu menghujamkannya ke tubuh mereka.

Kesalahan fatal yang paling sering diperbuat orang tua adalah saat mereka secara tidak sadar telah menjatuhkan mental sang buah hati, berusaha membandingkan kemampuan anaknya dengan anak lain yang menjadi juara.

Hindarilah kalimat negatif seperti ini : "Lihat si Anu bisa juara satu, padahal kalian sama-sama makan nasi, mengapa kamu tidak bisa juara satu? Ayah dan ibu orang pintar, masak anaknya bodoh...?"

Seharusnya : "Ibu tidak peduli dengan nilai kamu, berapapun nilai ujianmu, tidak penting bagi ibu karena kamu telah berusaha semampumu. Ibu tetap bangga dan mencintaimu, anakku tersayang..."

Jangan berpikir bahwa nilai rendah dalam ujian di sekolah pasti akan mengubur impian dan bakat yang dimiliki anak-anak kita.

Berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang memonopoli kebahagiaan di dunia ini. Semua orang juga berhak bahagia, sesuai dengan pengembangan minat atau bakat yang dimiliki.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar