KEBAJIKAN ( De 德 ) - Dalam dekade ini, seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, banyak sekali kita jumpai produk-produk palsu. Bukan hanya produk atau barang saja yang dipalsukan, bahkan berita atau informasi sering dipalsukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab demi kepentingan pribadi dan golongannya.
Di sekitar kita, pasti akan dijumpai beragam produk palsu, mulai dari pakaian, tas, sepatu, aksesoris, sparepart dan banyak lagi yang lain. Tujuan dipalsukan barang-barang ini, semata-mata karena faktor ekonomi.
Bagi konsumen, barang-barang palsu itu sebenarnya cukup menguntungkan karena produk tersebut dapat dibeli dengan harga yang jauh dibawah harga aslinya. Tas dan sepatu branded ditawarkan oleh para penjual dengan sangat murah.
Saat ingin mengganti sparepart kendaraan, seringkali kita diberikan alternatif sparepart palsu yang lebih murah, tentu saja dengan kualitas yang lebih buruk dari yang original. Banyak yang tergiur dan membelinya. Faktor harga adalah yang menjadi alasan satu-satunya.
Dalam perkembangannya, fenomena barang palsu ternyata sudah mewabah dan meracuni kehidupan manusia. Jika kita perhatikan dengan kasat mata, begitu banyak orang di sekeliling kita, para selebritis, politikus dan pejabat, tokoh agama dan tokoh masyarakat, seperti sudah terbiasa berlakon dan memerankan peran sebagai manusia palsu.
Banyak orang gemar berbuat kebaikan agar dikenal sebagai seorang yang berhati mulia. Mereka akan mengumbar perbuatan baiknya melalui media massa ataupun di akun sosmed miliknya. Ketulusan dan keikhlasan pun menjadi sebuah pertanyaan. Apakah ini hanya sebuah pencitraan saja? Namun, perbuatan ini tentunya lebih bagus dibandingkan mereka yang mampu berbuat sesuatu, tapi bersikap cuek dan tidak mau berbuat apa-apa.
Seringkali kita merasakan bagaimana sebagian teman kita gemar melontarkan pujian dan kata-kata indah selangit, namun dibalik ucapannya tersimpan selaksa keinginan dan kemauan. Ada udang di balik batu. Lebih parahnya lagi, ada yang tega menjelek-jelekkan kita, saat berada di belakang kita.
Semua sektor kehidupan manusia sudah disusupi oleh manusia palsu. Pemuka agama yang selalu berbicara tentang keyakinan dan ketaqwaan kepada Tuhan, menasehati umatnya untuk selalu berbuat kebaikan, namun ternyata di balik itu, sang pemuka agama palsu itu justru memperbolehkan dan bahkan menganjurkan umatnya untuk melakukan perbuatan kriminal.
Berulangkali kita disuguhi sandiwara picisan dari para politikus yang bersuara lantang mengharamkan dan menentang aksi korupsi, ternyata oh ternyata, dirinya justru adalah pelaku utamanya.
Bahkan untuk skala lebih kecil lagi, banyak sekali cinta palsu berkeliaran mencari mangsa, dengan tujuan untuk menuntaskan nafsu syahwat kebinatangannya. Berkenalan dengan seorang wanita muda yang polos di medsos, mengumbar cinta palsu, hingga akhirnya berhasil merengguk kehormatan sang gadis, dan ujung-ujungnya meninggalkan gadis tersebut dalam kenestapaan.
Ada juga yang menawarkan cinta palsu kepada mereka yang berkelebihan harta dan mulai menjalani kehidupan percintaan palsu. Setelah berhasil menguras dan bahkan menguasai harta korban, si pelaku akan segera berlalu meninggalkan si korban dalam keadaan stress.
Sobatku yang budiman...
Jika seseorang telah berubah dan bertransformasi menjadi manusia palsu maka apapun yang diperbuatnya, hanyalah kepalsuan belaka. Tidak ada lagi ketulusan dan keikhlasan.
Apa yang keluar dari mulutnya akan bertolakbelakang dengan apa yang dilakukan. Selalu ada yang diharapkan dari apa yang telah diperbuat. Membungkus kebaikan dengan berharap mendapat imbalan berkah dari Tuhan melalui tangan manusia yang telah mereka bantu.
Berkata tidak pada korupsi, ternyata dirinya adalah seorang koruptor. Berseru tidak boleh berbuat kejahatan, ternyata dirinya adalah seorang penghasut dan pelaku teror. Berteriak lantang menutup pabrik miras, ternyata seorang pecandu miras.
Jujur harus kita akui, bahwa manusia yang tidak palsu, yang tidak hidup dalam kepalsuan dan selalu berbuat dengan ketulusan dan keikhlasan, sudah jarang kita jumpai.
Saya dan mungkin sebagian dari kita, hanya akan mempercayai ketulusan perbuatan seseorang jika beliau sanggup melepaskan diri dari unsur keduniawian. Hidup dalam kesederhanaan, berperilaku santun dan selalu menebarkan virus kebaikan kepada orang lain.
Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar