|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 16 Oktober 2016

Melihat Karakter Seseorang dari Sepasang Sumpit

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Makan malam dengan seorang teman di rumah, kebetulan ayah datang menjenguk saya. Ayah adalah seorang pendiam, ketika kami sedang makan ayah diam-diam mendengarkan kami mengobrol. Ketika teman tersebut sudah pulang, ayah berkata: “Teman ini tidak boleh menjadi teman dekat.” Aku tertegun, saya dengan teman ini telah beberapa kali bekerja sama, kesannya tidak buruk.

Ayah saya mengatakan: “Dari cara makan, dapat melihat karakter dia adalah tipe orang yang bagaimana. Tindakan kebiasaan mengambil lauk, selalu menggunakan sumpit untuk mengaduk keluar makanan di bagian bawah piring, lalu memilih kemudian baru mengambil makanan tersebut, seolah-olah sumpit di tangannya adalah spatula, dan piring adalah kuali tempat dia menumis makanan tersebut. “

Saya merasa itu adalah hal biasa dan berkata: “Semua orang mempunyai kebiasaan sendiri, beberapa orang suka makan perlahan-lahan, beberapa orang suka makan dengan cepat, hal tersebut adalah hal yang biasa.”

Ayah menggeleng kepala dan mengatakan: “Jika seseorang hidup dengan susah menghadapi sepiring makanan lezat, makan dengan lahap bisa dimengerti, tetapi teman Anda adalah seorang pebisnis, hidup tidak kesulitan material, jika makan dengan cara demikian, hanya menunjukkan bahwa dia egois, berpikiran sempit. Menghadapi sepiring lauk, dia tidak menghargai perasaan orang lain, di piring dengan sumpit mengaduk berulang-ulang, seolah-olah menyingkirkan yang lain untuk orang lain dan mencari-cari bagian yang paling enak untuk dirinya sendiri, jika dihadapkan dengan godaan dan keuntungan, dia akan melakukan apa saja demi dirinya sendiri. “

Kemudian ayahnya menceritakan kisah tentang masa kecilnya. Ketika ayah berusia 5 tahun, kakek saya telah meninggal, janda dan anak yatim kehidupan demikian dilalui dengan kesusahan, sering kelaparan terkadang bertamu ke tempat kerabat, nenek akan berulang kali mengatakan kepada ayah: “Nak, ketika makan kita harus memperhatikan tata cara makan, tidak boleh menguasai makanan kesukaan kita, jika tidak pasti akan diejek orang lain. Walaupun keluarga kita miskin, tetapi tidak boleh kehilangan kesopanan.” Nenek juga mengajarkan kalau kita diajak makan di rumah kerabat, jangan lupa untuk berterima kasih dan harus menawarkan diri membantu membereskan piring gelas setelah makan dan bila tuan rumah memperbolehkan, mencuci piring dan gelas bekas makan kita.

Nasehat nenek tersimpan dalam hati ayah, bahkan jika dihadapkan dengan meja yang penuh dengan makanan lezat, dia tidak akan berlaku sembrono, selalu dapat mengontrol diri dengan baik.

Ayah berkata : “Jangan memandang rendah sepasang sumpit, dari hal-hal kecil dengan melihat orang yang memegang sumpit dapat melihat karakter dan sifat orang tersebut.”

Kemudian terjadi satu hal, membuktikan perkataan ayah adalah benar, karena sesuatu keuntungan kecil, teman saya benar-benar meninggalkan saya.

Sejak itu, saya selalu ingat kata-kata ayahku, kehidupan seseorang, godaan begitu besar, tetapi kita harus selalu dapat mengontrol keinginan diri sendiri, jika ada hal-hal baik, kita tidak boleh menguasai seluruhnya, harus berbagi dengan orang lain. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar