|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 04 Oktober 2016

Mengungkit- Ungkit Kebaikan

 


KEBAJIKAN ( De 德 )Seorang pemuda bernama Uvewe baru saja diberhentikan dari perusahaan tempatnya bekerja. Jiwanya galau karena mengalami kesulitan ekonomi dan berharap adanya bantuan orang lain.

Yang pertama diingatnya adalah Opekiu, teman sepermainannya waktu kecil, yang pernah ditolong saat rumah tangganya sedang bermasalah. Uvewe berencana mendatangi Opekiu dan meminta bantuan. Dia yakin bahwa Opekiu pasti akan menolongnya.

Mereka menetapkan janji pertemuan di sebuah rumah makan sembari menikmati santap siang bersama.

Uvewe : "Bagaimana kabar kamu? Usahamu lancar-lancar bukan?"

Opekiu : "Baik-baik saja bro... Usaha yang baru kurintis, mudah-mudahan dapat berjalan baik. Cukup-cukup makanlah..."

Uvewe : "Begini bro... Saat ini saya sedang mengalami kesulitan ekonomi... Saya baru saja dipecat. Dapatkah kamu membantuku?"

Opekiu : "Saya baru saja merintis usaha. Belum sepenuhnya berjalan lancar. Kayaknya saya masih belum dapat membantumu. Kebutuhanku lagi meningkat setelah kelahiran puteraku. Ayahku juga sedang sakit-sakitan."

Uvewe : "Oh begitu yah... Tidak bisakah kamu membantu saya sekali ini saja...?"

Opekiu : "Bukannya saya tidak mau membantu, tapi penghasilanku masih pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga... Sorry yah bro..."

Setelah pertemuan tersebut, Uvewe masih menaruh harapan bahwa Opekiu akan membantunya.

Selang beberapa hari kemudian Uvewe mendatangi tempat usaha Opekiu.

Uvewe : "Bro, kali bantulah diriku... Saya sangat memerlukan pertolonganmu..."

Opekiu : "Kamu lihat saja sendiri usahaku. Masih sepi pelanggan... Nanti kalau sudah berjalan lancar, saya pasti akan membantumu..."

Opekiu menyerahkan dua lembar uang seratus ribu kepada Uvewe, lalu berkata : "Hanya ini yang sanggup saya berikan..."

Uvewe mulai meradang : "Masak cuma segini? Kamu sudah seperti kacang lupa pada kulitnya. Sudah lupakah kamu waktu dulu saya membantumu? Begitu besar jasaku menyelamatkan kehidupan keluargamu. Masak cuma kamu hargai dua lembar uang seratus ribu?"

Opekiu : "Saya tentu masih ingat jasamu... Tapi saya cuma sanggup segini saja. Sorry bro..,"

Uvewe masih terus mengungkit-ungkit bantuannya dulu sembari memaksa Opekiu untuk memberikan bantuan lebih. Namun Opekiu menolaknya. Mulailah Uvewe mengeluarkan kata-kata yang kurang elok didengar.

Opekiu sedikit tersulut emosinya akibat tekanan Uvewe : "Sorry bro, cuma begini batas kemampuanmu... Terserah apa pendapatmu... Yang penting saya ikhlas membantumu..."

Akhirnya, setelah terlibat cekcok, hubungan pertemanan mereka berakhir sampai di sini....

Sobatku yang budiman..

Sepenggal cerita di atas sangat sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak orang yang suka mengungkit-ungkit bantuan yang pernah diperbuatnya dan berharap imbalan setimpal atas jasanya tersebut. Di saat orang yang pernah ditolong memberikan tanggapan yang mengecewakan dan tidak sesuai dengan keinginan, seringkali muncul kalimat yang tidak mengenakkan hati, memaksa dan seperti meminta imbalan atas pertolongan sebelumnya.

Jika demikian halnya, berarti kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain, tidak lagi didasari oleh ketulusan dan keikhlasan. Berharap adanya kompensasi atas kebaikan yang pernah diperbuat.

Sesungguhnya, inilah ujian keikhlasan bagi orang-orang yang berniat berbuat baik. Mengaku ikhlas itu sangat mudah, namun teramat sulit dijalani ketika dihadapkan pada realita seperti cerita di atas.

Marilah kita mencoba belajar untuk berbuat baik atas dasar keikhlasan, tanpa pamrih, tanpa imbalan dan tanpa mengungkit-ungkit setiap kebaikan yang pernah kita lakukan.

Ingatlah semua kesalahan yang pernah kita lakukan kepada orang lain, seperti kita menggoreskannya di atas batu karang.

Lupakanlah semua kebaikan yang pernah kita perbuat kepada orang lain, seperti kita menuliskannya di atas pasir.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar