|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 26 Oktober 2016

Sentuhan Kehidupan : Belajar Menghargai

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Ada satu kisah yang masih terbayang dalam benak saya seperti ini : Dahulu kala ada seorang anak tunggal, luntang lantung, bermalas-malasan tidak bekerja. Melihat itu, sang Ayah pun cemas, takut kelak di kemudian hari, putra tunggalnya itu tidak punya kemampuan hidup mandiri, kemudian sang ayah menyuruhnya kerja satu hari di luar. 

Ibu yang sayang anak itu diam-diam menyelipkan uang untuknya. Putra semata wayang itu telah berkeliling sepanjang hari di luar, tapi tidak kerja apa pun, malamnya saat pulang ke rumah ia menyerahkan uang kepada ayahnya. Melihat itu, sang ayah langsung tahu, lalu melemparkan tumpukan uang logam itu ke dalam tungku api, melihat itu, sang anak pun acuh tak acuh.

Hari berganti hari, sang ibu pun sudah tidak memiliki uang lagi untuk putranya, lalu menyuruhnya mencari uang sendiri. Mau tidak mau sang anak harus bekerja dan malamnya menyerahkan uang kepada ayahnya. 

Namun, lagi-lagi sang Ayah melemparkan uang logam pemberiannya itu ke dalam tungku api, tapi kali ini, putra semata wayang itu mencoba mengambil kembali uang itu dari perapian, ia gali satu persatu uang itu dari dalam tungku api yang panas, dan sambil terisak ia berkata : “Kenapa ayah, kenapa harus begitu !Demi mendapatkan imbalan uang itu, saya telah bekerja dari pagi sampai malam selama satu minggu, tapi ayah sedikit pun tidak menghargainya, langsung dilempar ke dalam tungku.” Mendengar keluhan anaknya, wajah sang ayah tampak tersenyum.

Cerita ini memberitahu kita, bahwa hanya sesuatu yang didapatkan melalui kerja keras, orang-orang baru akan menghargainya ; sementara sesuatu yang didapatkan dengan mudah tanpa kerja, kita sendiri bahkan sulit untuk menghargainya. Cerita ini juga sekaligus memberitahu kepada kita, ketika kita menghargai diri kita, kita juga harus belajar menghargai orang lain, hargai hasil kerja keras orang lain dan pengorbanannya yang tulus.

Tidak mudah memang menghargai diri sendiri, berapa banyak manusia yang bisa benar-benar menghargai indahnya hidup? Sebait puisi mengatakan :
Kita tidak takut mati, karena kita tidak tahu betapa berharganya hidup !

Kita tidak tahu kampung halaman (tempat sesudah tiada) kita yang sesungguhnya.

Dari mana kita berasal ? Dan mau kembali kemana setelah berpulang (meninggal) ?

Berapa banyak orang yang bisa berpikiran jernih untuk hidupnya sendiri !

Tidak dibelenggu oleh nama dan perasaan, lepas bebas tanpa belenggu.
Meskipun orang-orang zaman dahulu mengatakan : “Kelahiran saya di dunia ini pasti ada gunanya,” tapi berapa banyak orang yang benar-benar tahu apa sebenarnya yang mereka inginkan, tidak menyia-nyiakan hidupnya ?

Secara historis, Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei dalam kisah “Tiga Negara”, menjadi saudara angkat sehidup semati, berjiwa ksatria dan pejuang sejati. Suatu ketika, tiga bersaudara angkat ini dikalahkan oleh pasukan Cao Cao, saat itu Liu Bei dan Zhang Fei hilang entah kemana, sementara Guan Yu, saudara angkat keduanya itu, dimana demi melindungi anak isteri Liu Bei, terpaksa menyerah pada Cao Cao. 

Sekedar diketahui, Cao Cao adalah seorang tokoh yang sangat menghargai Guan Yu, orang yang berbakat, ia bersikap santun pada Guan Yu, kagum dengan kesetiaan Guan Yu, hingga akhirnya tanpa diduga Cao Cao membiarkan Guan Yu pergi. Dan ketika terjadi pertempuran yang tak terelakkan di Hua Rong Dao, Guan Yu melepaskan Cao Cao, sama seperti Cao Cao, Guan Yu juga seorang pejuang yang menjunjung tinggi keadilan, kesetiaan dan berjiwa ksatria.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari yang sesungguhnya, lebih sulit rasanya menghargai orang lain selama kita hidup di dunia. Ada pepatah yang berbunyi : “Menghargai orang lain berarti menghargai diri sendiri. Wujud dari menghargai orang lain itu adalah hubungan baik dan harmonis antar manusia. Berapa banyak orang yang bisa memikirkan kepentingan orang lain, menghargai orang lain melampaui dirinya sendiri ? 

Pepatah Barat mengatakan : “Membuang-buang waktu orang lain sama dengan membunuhnya”. Setidaknya, kita harus menghargai waktu orang lain, menghargai pekerjaan orang lain dan dedikasinya. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar