|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 08 Oktober 2016

Sepuluh Menit Lagi

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Seorang pria muda, bernama Zuki membawa ibunya yang sedang duduk di atas kursi dorong, berjalan-jalan di sebuah taman, pada suatu Minggu pagi yang cerah.

Zuki : "Ibu, sudah waktunya kita pulang ke rumah... Ibu harus makan obat dulu..."

Ibunda Zuki : "Sebentar ya... Ibu sedang menikmati keindahan pemandangan taman bunga ini... Lagi pula, udaranya segar sekali...."

Zuki : "Baiklah Bu..."

Ibunda Zuki : "Sepuluh menit lagi yah nak..."

Zuki : "Oke gak papa... Saya akan menunggu ibu sepuluh menit lagi..."

Ibunda Zuki begitu menikmat suasana di dalam taman. Matanya terus menerus menoleh ke segala penjuru. Ada bunga-bunga indah yang sedang bermekaran dengan aneka warna yang menarik, kupu-kupu beterbangan dengan kepakan sayap yang menakjubkan dan burung-burung merpati berjalan bebas sambil mematuk-matuk sisa-sisa makanan yang berada di atas tanah.

Setelah sepuluh menit, Zuki berkata : "Sudah sepuluh menit, Bu... Dapatkah kita pergi meninggalkan taman ini...?"

Ibunda Zuki : "Wah... Saya masih belum puas berada di sini... Bolehkah ibu menikmatinya sepuluh menit lagi...? Kamu duduk saja di kursi taman itu, biar ibu berjalan sendiri dengan kursi roda ini..."

Zuki : "Baiklah Bu..."

Seorang pengunjung taman, wanita berusia paruh baya, melihat dan mendengar percakapan antara Zuki dan ibunya, lalu berujar : "Kamu sungguh seorang yang sabar. Begitu berbakti kepada ibumu. Pastilah ibumu sangat senang dan bangga memiliki anak sebaik dirimu..."

Zuki tersenyum mendengarnya, lalu berkata : "Kami baru saja pulang berziarah dari kuburan ayahku. Beliau meninggal tepat satu tahun yang lalu..."

Zuki menghela nafas, matanya sedikit berkaca-kaca : "Saya pernah melakukan kesalahan fatal yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidupku. Setahun lalu, ayahku meninggal di dekat sini, akibat kekurangsabaran diriku. Saat itu, saya sedang membawa ayah berjalan-jalan di taman ini. Hingga waktunya, saya memaksa ayah untuk pulang, karena beliau sudah menghabiskan banyak waktu di sini. Sementara itu, saya sedang sibuk karena ada janji dengan teman mendiskusikan pekerjaan..."

Ibu paruh baya ini mendengarkan dengan seksama cerita Zuki. Sesekali pandangan matanya tertuju ke arah ibunda Zuki yang berada di dekat air mancur, sedang menikmati gemericik suara air yang syahdu.

Zuki melanjutkan : "Ayahku meminta waktu tambahan sepuluh menit. Awalnya saya mengiyakan, namun ketika permintaannya diulang untuk kedua kali, serta merta saya menolaknya. Saya langsung meninggalkan dirinya seorang diri di dalam taman. Pergi ke mobil, menghidupkan mesin dan menunggu beliau di dalam mobil, sambil bermain smartphone..."

Tiba-tiba dari kejauhan, ibunda Zuki berteriak : "Anakku, bolehkah saya meminta tambahan waktu sepuluh menit lagi...?"

Zuki tersenyum dan mengganggukkan kepala tanda memperbolehkan sambil menunjukkan jari jempol ke atas.

Zuki melanjutkan ceritanya : "Saat sedang asyik berselancar di dunia maya, tiba-tiba saya mendengar suara dentuman yang begitu keras. Dengan tergeraa-gesa saya turun dari mobil. Sesosok tubuh yang amat kukenal, tergeletak di atas aspal. Dialah ayahku. Dari kepalanya mengalir darah segar. Kayu tongkat penyangga tubuh ayah, masih tetap berada di genggaman beliau. Saya berteriak histeris. Dengan cekatan segera membopong tubuh ayah dan membawanya ke rumah sakit. Namun malang, nyawa ayah tidak dapat diselamatkan..."

Setetes air mata mengalir turun ke pipi Zuki. Walaupun sudah diseka, namun tetesan kedua dan seterusnya kembali muncul di pelupuk matanya. Tidak terasa, suara sesegukan terdengar dari mulut Zuki.

Sang ibu, sosok yang belum dikenalnya, membelai rambut Zuki sambil berkata : "Saya turut bersedih mendengar cerita ini. Bersabarlah, semua kejadian ini tentu ada hikmahnya. Ayahmu sekarang pasti sangat senang melihat kamu begitu sabar kepada ibumu..."

Zuki : "Penyesalan yang amat menyesakkan dada, selalu menghantui hidupku selama ini karena saya tidak pernah memberikan cukup waktu untuk ayah. Jika waktu dapat diputar ulang kembali, apapun ingin kuberikan demi ayah, asal saja bisa bersamanya biarpun hanya untuk sepuluh menit saja. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama terhadap ibu..."

Ibu itu berkata : "Wahai anak muda, lupakanlah masa lalu yang kelam. Jangan biarkan kejadian ini menghalangi dirimu untuk lebih bersabar lagi kepada ibumu. Saya tahu, kamu memang anak yang baik..."

Zuki : "Saat ini, berulangkali ibuku meminta tambahan waktu untuk bersantai di taman ini dan saya tidak akan pernah menolak beliau. Saya tidak akan mempedulikan orang lain lagi, termasuk urusan bisnis. Mungkin ibu berpikir bahwa dirinya mendapat tambahan waktu sepuluh menit untuk bersantai dan dapat terus bergembira. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan sepuluh menit untuk memandangi beliau bersenang-senang, menikmati kebersamaan dan senyum tawa bahagia bersama ibu...."

Sobatku yang budiman...

Hidup ini bukanlah perlombaan adu cepat yang pemenangnya ditentukan oleh mereka yang mencapai garis finish terlebih dahulu. Jadi, kita tidak perlu terburu-buru ketika sedang bersama orang-orang tersayang. Jangan mengusik kegembiraan mereka dengan alasan kita sedang dikejar waktu. Sebab waktu itu tidak pernah mengejar siapapun.

Sesungguhnya hidup ini adalah mengenai prioritas. Prioritas apa yang ada dalam pikiran kita saat ini? Apakah memprioritaskan materi atau kasih sayang, rekan bisnis atau keluarga, boss atau orang tua?

Jangan salah pilih...!

Sesibuk dan secapek apapun, kita harus berupaya memberikan waktu terbaik untuk mereka yang kita cintai, walau hanya meluangkan waktu sepuluh menit agar tidak ada penyesalan di kemudian hari jika sampai terjadi sesuatu hal buruk terhadap mereka.

Barangkali kita masih belum sempat menyediakan waktu untuk menemani mereka atau kita bahkan masih mencari-cari waktu yang tepat untuk bercengkerama bersama mereka atau terus menerus menunda waktu untuk membahagiakan mereka, padahal mungkin saja waktu mereka tinggal sedikit lagi.

Jangan mengeluh atau menolak, jika suatu saat mereka memohon waktu kita sejenak. Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar