|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 24 Maret 2017

Bukan Orang Baik

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Uvewe, seorang pria muda ganteng, dikenal sebagai orang yang baik, dermawan, santun bertutur kata, suka membantu orang lain. Semua orang yang meminta pertolongan kepadanya, selalu dibantu dengan ikhlas. Namanya menjadi populer di lingkungan pergaulan karena kebaikan hatinya.

Suatu hari, sahabat kentalnya, Opekiu berkunjung ke rumah Uvewe. Dari balik pintu, samar-samar Opekiu mendengar suara teriakan, menjurus kepada kalimat makian yang kasar.

Terdengar suara Uvewe yang tidak asing lagi di telinganya, sedang berteriak kuat : "Dasar pembantu bodoh... Mengapa kamu tidak hati-hati. Baju saya yang begitu mahal menjadi luntur gara-gara ketololan dirimu. Sungguh kamu ini manusia tidak berguna... Saya sangat menyesal sudah mengambil dirimu dari kampung. Seharusnya saya biarkan saja kamu hidup merana di sana...."

Bukan itu saja, beberapa saat kemudian terdengar suara keras, seperti barang yang dibanting ke lantai. Opekiu dapat membayangkan begitu dahsyatnya suara bantingan tersebut akan mengejutkan orang yang berada di dalam rumah. Sebab dirinya yang berada di luar rumah saja, sampai melompat terjungkal ke belakang mendengar suara benturan benda dengan lantai.

Karena takut terjadi apa-apa di dalam rumah, Opekiu segera mengetuk pintu dan menekan bel sekencang-kencangnya. Tidak berapa lama kemudian, Uvewe sendiri yang membuka pintu. Sempat terlihat wajahnya yang merah padam, namun seketika berubah menjadi normal, dengan wajah tersenyum menyambut kehadiran Opekiu.

Uvewe : "Apa kabar sahabatku...? Tumben sore-sore datang berkunjung ke rumahku..."

Opekiu tidak mempedulikan ucapan Uvewe, langsung masuk ke dalam rumah. Matanya melihat ke sekeliling ruangan. Yang terlihat di atas lantai, kepingan pecahan piring yang sedang dibersihkan oleh seorang perempuan muda, yang belakangan diketahui sebagai pembantu rumah Uvewe.

Sambil menangis terisak, pembantu tersebut memungut satu persatu pecahan beling dengan hati-hati. Matanya membengkak seperti sedang menangis. Dia segera menyingkir ke belakang dengan terburu-buru, saat melihat kehadiran Opekiu.

Opekiu melihat ke arah Uvewe sambil berkata : "Ada apa gerangan bro? Rumah ini berantakan seperti habis perang dunia ketiga..."

Uvewe menjawab dengan santai : "Ah... gak papa bro... Biasalah, tadi pembantu saya kurang hati-hati sehingga menjatuhkan piring ke lantai..."

Opekiu pura-pura tidak tahu : "Kamu memarahi dia...?"

Uvewe : "Ya gak dong... Walaupun kurang teliti, namun yang rusak hanyalah piring yang harganya tidak seberapa..."

Akhirnya Opekiu berkata : "Kamu adalah sahabatku, bukankah begitu bro...?"

Uvewe mengangguk : "Tentu saja... Selama ini kita sudah berteman begitu lama... sudah saling mengenal satu sama lain..."

Opekiu : "Sorry bro, selama ini saya pikir sudah mengenal pribadimu sedalam-dalamnya. Namun baru hari ini, mata dan pikiranku terbuka, ternyata kamu bukanlah orang baik seperti yang sering dibicarakan orang lain...."

Uvewe terperanjat dan berkata perlahan : "Mengapa kamu berkata demikian...?"

Opekiu : "Saya sudah mendengar semuanya dari luar, sebelum mengetuk pintu. Betapa terkejutnya diriku saat mendengar kalimat caci maki penuh hinaan kepada pembantumu gara-gara dia merusak baju mahalmu. Ntah berapa kali kamu sudah merendahkannya selama ini. Kamu sungguh berbeda. Di luar kamu terlihat santun dan baik, namun terhadap pembantumu, kamu bagaikan serigala yang siap menghabisi hidupnya, kapan saja..."

Uvewe terdiam seribu bahasa. Kepalanya menunduk dan merasa malu karena ketahuan memiliki perangai yang kasar.

Opekiu : "Sudahlah bro... Masalah ini cuma saya yang tahu. Saya berharap kamu dapat menyamakan perlakuanmu kepada orang lain dan kepada pembantumu. Jangan hanya mau berbuat baik kepada orang yang selevel atau di atasmu dengan tujuan pencitraan. Sesungguhnya Tuhan akan menilai setiap tingkah laku kita kepada siapapun, tanpa pandang bulu..."

Uvewe : "Terima kasih sahabatku. Saya berjanji untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik lagi..."

Sobatku yang budiman...

Berbuat kebaikan kepada orang lain yang sederajat atau yang lebih terhormat itu sudah biasa. Namun kesanggupan melakukan kebaikan dan menaruh penghormatan kepada orang yang status sosialnya berada di bawah kita adalah perbuatan luar biasa.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar