|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 16 April 2017

Sok Tau

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Saya memiliki seorang teman, sebut saja namanya Aming. Banyak teman-teman lain tidak menyukai karakternya yang sok tahu. Apapun yang kami bicarakan, pasti akan "disambar" dengan kalimat : "Saya tahu" atau "Saya kenal".

Padahal kami sendiri sangat paham bahwa Aming sebenarnya cuma sok tahu, sok kenal dan hanya bersikap sok pintar di hadapan teman-temannya.

Saat seorang teman bercerita : "Ketika berkunjung ke Jakarta, saya bertemu dan bersalaman dengan Presiden Jokowi. Orangnya asyik dan sangat ramah..."

Belum sempat menyelesaikan cerita pengalamannya, Aming segera menyela : "Ah, kamu ketinggalan banget. Sebelum jadi presiden, saya sudah bertemu dan makan siang bersama beliau. Bahkan saya pernah diajak berkunjung ke Solo, kampung halamannya..."

Sontak saja, semua orang merasa geli mendengar penuturan Aming yang berlebihan. Setali dua mata uang dengan seorang pembual.

Aming gemar sekali memotong pembicaraan orang, mendominasi obrolan dan tidak suka ada yang berbicara panjang lebar. Maka, dia akan berusaha mengambil alih pembicaraan dan membuat orang lain beralih mendengarkannya.

Aming tidak suka mendengarkan, karena hal ini akan membuatnya seperti digurui dan terlihat bodoh. Mulutnya terasa gatal jika harus dikatup lebih dari lima menit. Dia ingin selalu didengar dan cenderung banyak bicara agar orang lain mengakui kehebatan dan kepintarannya.

Aming akan merasa "rendah" dan amat gengsi untuk mengakui dia tidak mengetahui sesuatu hal. Baginya, merupakan pukulan berat dalam hidupnya jika sampai tidak tahu apa yang sedang diperbincangkan. Dia mempunyai seribu satu alasan untuk ngeles, sekadar menutupi ketidaktahuannya.

Satu hal yang kami pahami dari sosok seorang Aming adalah dirinya tidak memiliki pendirian yang tetap. Dia banyak mengutip kata-kata yang dibuat orang, mengambilnya sebagai sumber referensi, baik dari yang didengarnya atau yang dibacanya. Parahnya, dia sering menyampaikan kata-kata kutipan seolah-olah bersumber dari pemikirannya. Seakan-akan apa yang disampaikan adalah buatannya sendiri.

Aming adalah sosok yang tidak pernah bisa berdiam diri. Ada saja yang membuatnya terus bergerak atau berbicara. Terlihat seperti sibuk sendiri. Dia merasa begitu banyak urusan atau pekerjaan yang harus dikerjakan dan merasa hanya dia sendiri yang sanggup melakukannya. Aming tidak suka mendelegasikan pekerjaannya kepada orang lain karena dia tidak percaya hasil karya orang lain. Seperti seorang "single fighter" yang membuatnya menjadi sosok yang paling menonjol dalam lingkungannya. Padahal apa yang dikerjakan belum tentu benar dan sesuai dengan yang diharapkan.

Alhasil, sadar atau tidak sadar, Aming sering sekali menyepelekan, menghina dan merendahkan orang lain. Dia menganggap dirinya serba tahu. Baginya orang lain adalah pelengkap penderita dalam hidupnya. Mereka pasti memiliki kemampuan yang berada di bawahnya. Ujung-ujungnya, orang yang sok pintar ini akan terlihat sombong dan egois.

Dan yang terakhir, Aming amat senang saat menerima pujian dan langsung menerima pertemanannya walaupun apa yang disampaikan hanyalah berupa basa-basi. Sebaliknya dia akan merasa sangat murka dan tersinggung saat ada yang melontarkan kritikan. Dia tidak dapat menerimanya dan akan mencap orang tersebut adalah musuhnya.

Hingga suatu ketika, sebuah peristiwa membuatnya mulai mengubah sikap negatifnya yang sok tahu.

Saat itu, kami sedang membicarakan mengenai masalah perampokan sadis yang menimpa sebuah keluarga di sebuah warung makan yang ramai pengunjungnya. Para perampok bukan hanya menguras harta korban, namun juga menyekap dan melukai pemilik rumah hingga kritis.

Seperti biasanya Aming segera mengambil alih pembicaraan, merasa sok tahu dan lantas berkata dengan suara cukup keras : "Ini adalah perampokan berencana. Saya yakin pembantu rumah tangganya ikut terlibat. Semalam saya melihat pembantunya bercakap-cakap dengan seorang pria dengan sembunyi-sembunyi. Saya kenal dengan pria itu, dia adalah preman yang ditakuti di kampung kami..."

Semua orang langsung mengarahkan pandangannya ke Aming, tidak terkecuali dengan dua orang laki-laki berjaket, yang belakangan diketahui sebagai oknum polisi. Seorang temanku mencoba menahan Aming untuk melanjutkan ceritanya, namun Aming tidak menggubrisnya.

Dengan lantang Aming melanjutkan : "Berulangkali si Anu melakukan kejahatan. Saya selalu menasehatinya, namun dia selalu berulah. Pernah juga dia mengajakku untuk beraksi. Tentu saja kutolak karena saya ini orang baik-baik..."

Setelah selesai bercerita, dua orang oknum polisi itu segera bangkit dari tempat duduknya dan berkata : "Kami adalah polisi. Mari ikut dengan kami ke kantor polisi. Keteranganmu sangat kami butuhkan untuk mengungkap peristiwa kriminal ini..."

Seketika wajah Aming berubah pucat pasi. Walaupun berusaha menolak, namun akhirnya Aming tetap digelandang ke kantor polisi untuk diambil keterangannya. Selama dua hari, Aming harus bolak balik ke kantor polisi, membuatnya begitu menyesal karena sembarangan berbicara.

Sejak saat ifu, Aming mulai sedikit berubah. Pengalaman pahit akibat dirinya yang sok tahu, memberi pelajaran berarti dalam hidupnya untuk lebih berhati-hati lagi.

Sobatku yang budiman...

Dalam kehidupan ini, banyak sekali kita jumpai tipikal orang yang sok tahu dan sok hebat. Merasa dirinya tahu segala-galanya dan gemar menganggap remeh orang lain. Mereka tidak disukai, tidak memiliki kepercayaan dan seringkali mempermalukan diri sendiri. Mereka cenderung dijauhi oleh orang lain.

Orang pintar memiliki banyak pengetahuan, namun selalu menempatkan diri sebagai orang yang miskin pengetahuan. Mereka lebih senang mendengar daripada berbicara.

Satu lagi, orang yang sok tahu cenderung suka mengarang-ngarang cerita. Sedangkan orang yang pintar selalu berbicara berdasarkan fakta ataupun pengalaman.

Jadilah seperti padi, semakin berisi, akan semakin merunduk. Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar