|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 11 April 2017

Tuhan itu Memang Ada

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Pada suatu siang, Opekiu hendak mencukur rambutnya yang sudah gondrong. Tempat cukur rambut langganannya berada di bawah pohon besar di samping lapangan sepakbola. Bapak yang berprofesi sebagai tukang cukur bernama Uvewe, sudah melakoni pekerjaannya selama puluhan tahun.

Saking akrabnya hubungan diantara Opekiu dan Uvewe, mereka sering terlibat obrolan seru, mulai dari kejadian sederhana dalam kehidupan sehari-hari, hingga obrolan berat mengenai perpolitikan di negeri ini, tentang pemilihan gubernur DKI yang sarat dengan intrik, provokasi dan tendensius.

Namun, kali ini, ntah siapa yang memulai, akhirnya obrolan mereka menjurus ke masalah keagamaan. Mereka selalu mengambil jalan tengah yang damai agar tidak terjadi saling hujat menghujat terhadap agama dan keyakinan masing-masing. Sebab mereka berdua memiliki keyakinan yang berbeda.

Uvewe : "Saya heran dengan nasib diriku. Selama puluhan tahun, kehidupanku tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Mungkin sudah takdirku menjadi tukang cukur seumur hidup...."

Opekiu : "Mengapa kamu terus menyesali takdir hidup ini? Sudahkah memohon petunjuk dan meminta bantuan kepada Tuhan untuk hidupmu kini dan nanti?"

Uvewe : "Tuhan..? Menurutku, Tuhan itu tidak ada..."

Opekiu : "Mengapa kamu berkata demikian? Apakah kamu tidak memiliki agama dan keyakinan?"

Uvewe : "Ada... Cuma saya merasa hampir putus asa dalam memohon rezeki yang berlimpah kepada Tuhan. Semuanya tidak pernah berubah. Makanya saya menganggap Tuhan itu tidak pernah ada..."

Opekiu : "Jadi menurutmu Tuhan itu tidak ada? Memangnya siapa yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya?"

Uvewe terdiam sejenak, menghela nafas panjang. Tangannya kembali bergerak lincah memainkan gunting di atas kepala Opekiu.

Uvewe tidak menjawab pertanyaan Opekiu, justru sebaliknya melakukan counter pertanyaan balik : "Jika Tuhan itu ada, mengapa Tuhan membiarkan sebagian hamba-Nya hidup dalam kemiskinan, kemelaratan dan penderitaan sepanjang hidupnya? Lihatlah kehidupan manusia saat ini. Penuh keangkara-murkaan, dengki, sirik, fitnah, perbuatan kriminal dan semua kejahatan itu bercampur menjadi sebuah drama hidup manusia yang sangat semrawut. Tidak sedikit yang harus mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya, karena tidak sanggup menahan penderitaan. Lantas dimana posisi Tuhan? Mengapa Tuhan tidak mau menolong mereka dan mengangkat derajat kehidupan mereka? Mana buktinya Tuhan itu ada...?"

Sekarang berbalik, Opekiu yang terdiam seribu bahasa. Dia berusaha mencari pembuktian yang sederhana kepada Uvewe bahwa sebenarnya Tuhan itu ada. Opekiu tahu saat ini dia sedang berhadapan dengan orang yang memiliki nalar pemikiran yang sederhana, sesimpel hidup yang dijalaninya kini sebagai seorang tukang cukur.

Saat matanya menerawang jauh ke depan, tiba-tiba pandangannya tertuju kepada seorang anak muda yang memiliki rambut gondrong, cenderung awut-awutan.

Seketika Opekiu berkata : "Saya rasa di dunia ini tidak ada tukang cukur...."

Uvewe menghentikan aktifitasnya sejenak, sambil menatap mata Opekiu dari cermin yang terpampang di hadapan mereka.

Uvewe : "Mengapa kamu mengatakan tukang cukur itu tidak ada? Memangnya saya ini siapa? Jin atau malaikat yang sedang merapikan rambutmu tanpa mencukurnya?"

Opekiu : "Pokoknya tidak ada tukang cukur... Yang ada tukang bubur saja.... Hahaha...."

Uvewe : "Loh...loh... Saya mau memperkenalkan diriku, Uvewe Martohadipranotosudirohusodo, profesi tukang cukur dengan pengalaman hampir 30 tahun..."

Opekiu tertawa melihat tingkah dan mimik wajah Uvewe. Apalagi mendengar nama panjangnya.

Opekiu : "Gini yah... Kalau memang tukang cukur itu ada, mengapa masih ada orang yang memiliki rambut gondrong dan acak-acakan seperti anak muda itu?"

Uvewe melihat ke arah pemuda itu, lalu berkata : "Lah, wong itu salah dia, mengapa dia tidak mau mencukur rambutnya? Jika saja dia datang kepadaku pasti akan saya merapikan rambutnya seperti style rambut Presiden Jokowi".

Opekiu : "Itulah masalahnya, anak muda itu tidak mau datang untuk merapikan rambutnya. Sama seperti manusia yang katanya sedang menderita kesedihan, sengsara, nelangsa, terpuruk dan hampir putus asa, mengapa mereka tidak pergi mencari Tuhannya?"

Uvewe mengakhiri aktifitas mencukur rambut Opekiu, karena merasa pekerjaannya sudah rapi dan indah dilihat. Opekiu merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang lima puluh ribuan untuk diserahkan kepada Uvewe tanpa berniat menerima uang kembalian.

Opekiu : "Begitu banyak umat manusia yang mengalami kepahitan dan kegetiran hidup hingga hampir putus asa, bukannya Tuhan itu tidak ada, melainkan mereka sendiri yang tidak berniat untuk menghadap, berserah dan meminta ridho berkat dari Tuhan. Percayalah, Tuhan pasti akan menolongnya..."

Uvewe : "Saya sudah melakukan berkali-kali, beberapa waktu lalu..."

Opekiu tersenyum : "Bulan depan, rambutku pasti sudah gondrong kembali, bolehkah saya datang ke tempat ini dan memohon agar kamu bersedia mencukur dan merapikan rambutku kembali?"

Uvewe : "Terima kasih sobatku, saya sudah mengerti sekarang... Bulan depan saya tidak akan menagih upah cukur rambutmu..."

Opekiu : "Kalau kamu masih menerima uangku lagi, itu artinya kamu kelewatan. Hari ini saya sengaja tidak mau mengambil pengembalian uangku. Hehehe... Bisa untuk lima kali loh..."

Uvewe tertawa dan mengacungkan jempol, salut dengan kejelian dan kepintaran Opekiu.

Uvewe bergumam : "Tuhan itu memang ada...."

Sobatku yang budiman...

Tuhan selalu menitipkan kelebihan di setiap kekurangan. Selalu menitipkan kekuatan di setiap kelemahan. Selalu menitipkan sukacita di setiap dukacita. Selalu menitipkan harapan di setiap keraguan.

Yakinlah... Semua itu akan indah pada waktunya.  Salam kebajikan #firmanbossini

Tidak ada komentar:
Write komentar