KEBAJIKAN ( De 德 ) - Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, kita selalu menghadapi orang-orang dari berbagai karakter. Ada yang menyenangkan dan tidak jarang ada yang justru membuatku kita kesal, jengkel dan kecewa.
Demikian juga, saat kita membina hubungan percintaan dengan pasangan yang telah dipilih sebagai belahan jiwa, hari-hari yang dilalui akan ditempuh dengan aneka lika-liku pasang surut perasaan hati. Kadang bahagia dan kadang pula sedih.
Saat orang lain melakukan sesuatu perbuatan yang membuat hati kita terluka, segera pulihkan dengan memaafkan perbuatan mereka.
Jangan biarkan kesedihan berlarut-larut yang malah dapat mengganggu kehidupan kita. Makan tidak enak, tidur tidak lelap dan bekerja pun tidak nyaman. Setiap saat memikirkannya. So, di mana lagi nikmatnya hidup ini?
Seorang anak yang merasa sakit hati kepada ayahnya, karena ditegur, tidak pernah mau memaafkan sang ayah sepanjang hidupnya. Bahkan anak tersebut, sama sekali tidak berniat menjenguk lelaki yang telah berjasa dalam hidupnya, saat beliau sakit. Hingga akhirnya ajal menjemputnya.
Di saat inilah sang anak baru merasa bersalah, menangis meraung-raung di atas pusara yang telah memisahkan mereka selamanya. Namun, semuanya sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan tiada lagi berguna.
Sobatku yang budiman...
Kita akan selalu merasakan suka dan duka sebagai konsekuensi hidup di dunia ini. Sedih dan bahagia akan datang silih berganti.
Tembok kokoh yang dibangun untuk menghalangi hati memberi maaf, seringkali justru membuat kita tertutup dari pelangi kebahagiaan.
Jika kita terus terpaku kepada perlakuan buruk orang lain dan tidak mau memaafkan mereka, berarti kita sudah membangun tembok tebal nan kokoh bagi diri kita sendiri.
Membelenggu hidup dalam kungkungan penjara yang gelap gulita. Dan tembok itu juga pasti akan menutup kebahagiaan yang seharusnya menjadi hak mutlak kita sendiri.
Mahatma Gandhi pernah berkata : "Orang yang lemah tidak akan pernah mampu memberi maaf. Hanya orang yang kuat sajalah yang mampu melakukannya".
Benar sekali... Diperlukan orang yang bermental hebat dalam menghadapi rasa sakit itu dan memiliki ketegaran hati sekuat baja, saat memaafkan kesalahan orang lain.
Dan akhirnya, kita akan dapat memusatkan segenap perhatian kepada hal-hal yang lebih penting dalam aktifitas keseharian daripada menghabiskan waktu sia-sia untuk memikirkan dan meratapi sesuatu yang sudah lalu.
Lapangkanlah hati untuk sebuah kata maaf...Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar