KEBAJIKAN (De 德) - Masa hidup ibu mertua tidak lama lagi. Usianya 76 tahun, aku yang merawatnya sejak ia jatuh dan sakit sejak tiga tahun lalu sampai sekarang, ada kalanya dibantu suami, tapi namanya juga laki-laki, tidak setelaten wanita!
Ibu mertuaku jatuh dan tulang ekornya mengalami luka parah, akibatnya ia hanya bisa berbaring, dan sudah tiga tahun kondisinya seperti itu.
Aku akui perawatanku tidak begitu baik. Karena ibu mertua hanya bisa berbaring, hingga membuat lukanya sekarang mulai membusuk! Kamarnya tercium bau tak sedap,tapi tidak masalah bagiku.
Tapi ketika ibu mertua meninggalkan wasiat terakhirnya beberapa waktu lalu, hatiku benar-benar sakit mendengarnya. . . .
Mertuaku masih memiliki seorang anak perempuan, dia adalah adik perempuan dari suamiku.
Saat menikah ketika itu, ibu mertua mengatakan bahwa seperlima dari semua harta akan diberikan kepada anak perempuannya atau adik iparku itu.
Tapi bagaimana pun anak perempuan yang sudah dinikahkan itu sudah menjadi menantu dari keluarga suaminya.
Sementara akulah yang nantinya diharapkan merawat dan menjaga dirinya saat ia (ibu mertua) sudah tua dan sampai meninggal.
Tapi sekarang ibu mertua itu akan membagi setengah hartanya untuk adik iparku.
Saya benar-benar tidak bisa menerimanya. Ketika itu ibu mertua bilang, adik iparku hanya akan mendapat bagian sedikit, jika aku yang bertanggung jawab menjaga dan merawatnya sampai ajal menjemput.
Tapi sekarang setelah sekarat, selama ini semua aku yang menanggung sejak awal sampai menjelang kematiannya, namun, harta warisannya akan dibagi rata.
Terus terang saja, tidak peduli apakah saat sehat atau saat sakit, anak perempuannya hanya sesekali datang menjenguknya.
Sedikit pun tidak membantu apa pun secara materi. Adalah aku semua yang menanggung dan merawatnya.
Aku tidak bisa menerima pembagian seperti itu. Itu adalah semacam tidak mengakui terhadap diriku.
Dan memang terbukti nyatanya bahwa menantu tetaplah menantu, bukan anak kandung! Hati saya seketika menjadi dingin.
Memang hartanya tidak banyak, tapi aku benar-benar merasa ibu mertualu tidak mengakui semua usaha dan jerih payahku selama ini.
Sudah bertahun-tahun tetap saja belum bisa diterima sepenuhnya dalam hati ibu mertua.
Jadi saya pun bilang pada suamiku, bahwa aku tidak akan mengantar ibu mertua untuk terakhir kalinya ke liang lahat!
Suruh saja anak perempuannya untuk berbakti!
Adapun mengenai pembagian harta ini, itu urusan ibumu, dan saya kecewa, tapi saya tidak punya pandangan.
Namun, untuk mendapatkan warisan harta ini juga tidak semudah yang dibayangkan !
Biarlah adik perempuanmu itu merasakan juga siksaan dan derita yang saya rasakan saat merawat ibu mertua selama bertahun-tahun itu. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar