KEBAJIKAN (De 德) - Setelah menikah, kami berdua sama-sama bekerja di kota. Kami akhirnya bisa membeli rumah, sebuah mobil. Kami juga sudah dikarunia seorang anak perempuan yang berusia tujuh tahun, hidup kami sekeluarga boleh dibilang lumayan baik.
Sementara mertuaku tinggal bersama kakak iparku di kota lain, dan keduanya bekerja di sebuah pabrik dengan penghasilan setahun tidak sebanyak aku dan suamiku.
Tapi setiap bulan kami tetap mengirim uang pada mertua, dan dari sejak menikah sampai sekarang sudah sembilan tahun lamanya.
Kakak iparku memiliki seorang anak laki-laki yang sangat disayang mertua, sikap yang sangat berbeda terhadap anak perempuanku. Sementara itu, suamiku selalu memintaku untuk melahirkan seorang anak laki-laki.
Untuk mengurus satu anak saja aku merasa kerepotan, sedangkan suamiku selalu sibuk dengan pekerjaannya, lagipula saat itu kami juga tidak punya banyak tabungan, apalagi biaya pengeluaran untuk satu anak juga cukup besar.
Karena itu, aku pun tidak berencana punya momongan lagi, apalagi sekarang anak perempuanku sudah besar, jadi aku lebih tidak memikirkan untuk punya anak lagi.
Karena mertuaku tidak suka dengan anak perempuanku, jadi aku jarang menjenguknya. Namun, tak disangka, pada liburan kali ini, ibu mertua ke rumahku bersama cucu kesayangannya (keponakanku). Dan kedatangannya ini membuatku sedikit tidak nyaman.
Tapi aku tetap memperlakukan ibu mertua dan cucunya dengan baik, keesokannya aku membawa mereka ke mal membeli pakaian, sepatu untuk mereka.
Terus terang saja, aku tidak suka dengan keponakanku , tampang seorang bocah yang nakal. Dimanja oleh ibu mertua hingga tak tahu diri. Begitu datang ke rumah langsung merampas mainan putriku, mengambil semua mainannya,
Bahkan mendorong putriku hingga jatuh, akupun menegurnya, tapi tak disangka ia bahkan menangis lebih keras daripada purtriku, melihat itu ibu mertua pun langsung memarahiku.
Aku benar-benar lelah dan ingin sekali mengusir mereka!
Dua hari itu suamiku lembur di kantor, baru pulang ke rumah larut malam, dan baru kuceritakan hal itu, tapi tampaknya dia juga tidak berdaya.
Sampai hari ketiga, siangnya aku ke supermarket untuk membeli sayur dan beberapa potong daging ayam dan ikan, sepulangnya aku pun langsung memasak cukup banyak untuk makan siangku dan mertua serta dua anak-anak.
Namun, ketika aku memanggil ibu mertua untuk makan siang, melihat masakan yang ada di meja, dia langsung bilang aku pelit hanya memasak beberapa macam sayur!
Kemudian dia mengajak cucunya makan, lalu ibu mertua langsung mengambil dua potong paha ayam sekaligus ke piring cucunya, dan sambil menunjuk ke arah putriku, dia berkata, saya rasa anak yang tidak berguna ini tidak makan juga tidak apa-apa!
Kemudian ibu mertua juga menegurku, mengataiku tak berguna tidak bisa melahirkan anak laki-laki.
Tapi yang membuat aku naik pitam adalah mertuaku berkata di depanku : “Lebih baik kamu rawat dan urus cucuku ini, sementara anak perempuanmu yang tidak berguna itu kasihkan ke orang saja, tidak perlu membuang-buang uang!”
Mendengar itu, aku pun marah!
Langsung kubanting saja piring nasiku, ibu mertua pun langsung berdiri dan berkata: “Berani sekali ya melawanku, jangan sampai aku menyuruh putraku menceraikanmu, dasar wanita jalang!”
Kali ini tidak bisa ditolerir lagi, aku langsung mengusirnya berikut cucunya untuk pergi dari rumahku!
Kemudian aku memeluk putriku dan menelepon suami, aku melaporkan kejadian barusan sambil menangis terisak, putriku juga tiba-tiba ikut menangis.
Saat suami pulang, ibu mertua masih berdiri di depan rumah sambil mengumpatku, wajah suamiku tampak gusar mendengar nada-nada kasar ibunya yang kelewat batas, dan langsung menegurnya, kemudian memberinya 500 ribu rupiah untuk ongkos pulang!
Atas kejadian itu, suamiku tidak memarahiku, sebaliknya merasa tak tega aku dianiaya, dan pertikaianku dengan ibu mertua juga semakin sengit, dan yang pasti aku tidak akan lagi selemah itu di hadapannya!
Inilah pertikaianku dengan ibu mertua dan sampai sekarang kami tidak pernah akur, yang penting aku melakukan kewajibanku yang wajar sebagai ibu rumah tangga dan tidak mencari gara-gara dengannya, cukuplah. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar