|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 11 Februari 2018

Akibat Tidak Menghargai Jodoh yang Telah Ditakdirkan

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Dalam urusan jodoh haruslah berhati-hati, janganlah hanya karena wajah buruk dan tua lalu menolak atau tidak menghargai jodoh yang telah ditentukan karena tergoda oleh kecantikan atau kekayaan, hal ini berlaku untuk semua kaum pria maupun wanita.  

Segala sesuatu yang belum diketahui dalam hidup sudah ditentukan sebelumnya, cuma kadang tanpa disadari oleh manusia. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa orang harus berhati-hati dalam perbuatan yang hanya akan menciptakan karma. Begitu juga halnya dengan sebuah perjodohan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan.

Orang yang mempercayai takdir, juga harus bisa bersikap sabar pada saat berhadapan dengan penderitaan, dan sebaliknya harus bisa bersikap bersyukur dikala berhadapan dengan kemujuran.
 
Baru-baru ini segenap penduduk desa sedang membicarakan satu peristiwa yang menggegerkan desa mereka, pasalnya putri sulung pak Wang bunuh diri dengan melompat ke sungai. Tapi untungnya berhasil diselamatkan, namun, dia selalu ingin mengakhiri hidupnya setelah itu.

Dia menyalahkan adik perempuannya, Xiao yun, kalau bukan karena adiknya itu, dia pun tidak akan terbelenggu dalam nestapa di desa kecil ini, dan dia pun menjadi sangat benci pada adik perempuannya.

Apa gerangan yang terjadi sebenarnya? Selengkapnya mari simak bersama berikut ini.

Desa tempat tinggal keluarga Wang berada di tempat yang sangat terpencil. Suatu hari, kaki pak Wang digigit ular saat sedang mencari kayu bakar di gunung, dan pingsan, lalu ditolong oleh seseorang yang kebetulan lewat di sana.

Orang itu adalah pak Li, penduduk desa sebelah. Pak Wang sangat berterima kasih atas pertolongannya, kemudian keduanya menjadi sahabat baik.

Mereka bahkan menyiapkan ikatan nikah anak-anak mereka, saat putri pak Wang dewasa kelak akan dinikahkan dengan putra pak Li.

Tak lama kemudian, sekeluarga pak Li pindah ke luar daerah untuk berbisnis. Namun kesepakatan kedua keluarga tetap tidak berubah.

Pak Wang memiliki tiga anak, dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Xiao Yun adalah putri sulung pak Wang, dan dia akan segera dinikahkan saat berusia 20 tahun.

Namun, Xiao yun tidak mau, karena dia sudah punya pacar, warga sedesanya.

Apalagi dia mendengar bahwa tunangannya itu jelek, dan giginya tonggos.

Xiao Yun terus menangis memohon pada ayahnya untuk tidak menikahkannya dengan pria itu.

Tapi pak Wang tidak bisa mengingkari janjinya, dan telah sepakat dengan pak Li ketika itu.

Sementara itu, supaya tidak dinikahkan dengan putra pak Li, Xiao Yun membohongi ayahnya bahwa dia sudah hamil, dan ayahnya pun percaya.

Pak Wang merasa tidak pantas menikahkan putrinya itu karena telah melakukan hal yang memalukan, tapi bagaimana dengan kesepakatan ketika itu?

Saat sang ayah sedang gundah, Xiao Yun pun mengusulkan pada ayahnya meminta adiknya Xiao Yun untuk menggantikan dirinya menikah dengan putra pak Li, lagipula keluarga pak Li hanya mengenal wajah Xiao Yun semasa kanak-kanak, dan mungkin tidak ingat lagi bagaimana dengan rupanya sekarang setelah tumbuh dewasa.

Mendengar kata-kata Xiao Yun, pak Wang pun meminta putri keduanya menikah dengan putra pak Li menggantikan kakaknya.

Xiao Ling, putri kedua pak Wang adalah anak yang taat, dan dia pun menuruti permintaan ayahnya.

Pada malam pernikahan itu, semua tamu undangan sudah pulang, hanya tinggal Xiao Ling dan suaminya berdua di kamar pengantin.

Karena merasa tidak tega membohongi suaminya, Xiao Ling menceritakan hal yang sebenarnya, namun tak disangka suaminya tidak mempermasalahkannya, karena dia juga jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Xiao Ling.

Setelah menikah, suami Xiao Ling sangat menyayangi dan memanjakannya. Satu tahun kemudian, Xiao Ling melahirkan seorang anak laki-laki yang gemuk.

Suaminya yang punya sedikit simpanan, lalu membuka usaha kecil-kecilan, dan tak disangka usahanya berkembang pesat, orang-orang mengatakan bahwa Xiao Ling pembawa rezeki bagi sang suami.

Sementara itu, Xiao Yun menikah dengan pria sedesanya itu, dan memiliki seorang anak, tapi pernikahannya tidak bahagia, suaminya menganggur, kerap mabuk-mabukan dan judi, selalu marah-marah dan memukul isteri dan anak, hingga akhirnya Xiao Yun terpaksa pulang ke rumah orang tuanya.

Tiga tahun kemudian, pak Wang mendapatkan kiriman dari Xiao Ling, kebetulan saat itu Xiao Yun juga berada di rumah ayahnya.

Dalam paket kiriman itu, Xiao Ling juga mengirimkan foto keluarga, sebuah kartu ATM dan sepucuk surat.

Dari foto keluarga itu tampak terlihat Xiao Ling sangat bahagia, Xiao Ling juga menceritakan secara ringkas bahwa dia dan suaminya sekarang punya usaha yang lumayan maju, kartu ATM yang dikirim untuk ayahnya itu berisi uang sekitar Rp. 200 juta sebagai bakti kepada orangtuanya.

Melihat hidup Xiao Ling yang makmur, perasaan Xiao Yun menjadi tidak menentu saat membayangkan hidupnya sekarang, jika saja saat itu dia yang menikah dengan pria yang dianggapnya jelek, maka sekarang dialah yang menikmati hidup nyaman.

Keluarganya sekarang ini sudah berantakan, tidak punya apa-apa dan hidup serba susah, punya suami yang tidak berguna, dan tampaknya dia harus hidup dalam kesengsaraan seumur hidup.

Keesokannya, seorang penduduk desa melihat Xiao yun melompat ke sungai bermaksud mengakhiri hidupnya, tapi untungnya berhasil diselamatkan tepat pada waktunya.

Dalam hidup, kalau memang itu milikmu tetap tidak akan kemana, sebaliknya jangan dipaksakan kalau memang itu bukan milikmu. Seperti Sabda sang Buddha :

" Janganlah mengejar sesuatu yang rendah,
  janganlah hidup dalam kelengahan,
  janganlah menganut pandangan-pandangan yang salah,
  dan janganlah menjadi pengikut penganut kedunaiwian saja."
 
Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semuanya. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar