|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 11 Februari 2018

Anjing yang Setia dan Tahu Membalas Budi Ini Tewas Demi Mencari Makanan untuk Pria yang Telah Menolongnya

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Kisah ini terjadi bertahun-tahun yang lampau di era kemiskinan, semua orang bahkan terkadang tidak bisa makan, dan kerap ada yang mati kelaparan.

Pria ini bernama Wang shun yang terkenal baik dan ramah di kalangan segenap penduduk desa, karena dikenal familiar, orang-orang pun memanggilnya Shun Zi.

Keluarga Shun juga hidup serba kekurangan, meski memiliki sedikit lahan di desa, tapi di era yang serba susah itu, Tuhan tidak menurunkan berkahnya, beberapa lahannya selalu gagal panen setiap tahun, bahkan untuk makan keluarganya juga bermasalah.

Suatu hari, Shun zi sedang bekerja di ladangnya, saat dalam perjalanan pulang, tiba-tiba dia mendengar lolongan seekor anjing kuning.

Sementara dari belakang terlihat sekelompok anak muda yang berlari mengejar sambil mengacungkan parang, kayu sembari mengumpat dengan bringas.

Jelas beberapa anak muda ini sedang kelaparan dan bermaksud membunuh anjing itu untuk mengisi perut mereka.

Shun zi yang sejak kecil sangat suka dengan anjing, tak tega melihat akhir tragis dari anjing itu, lalu berlari menghampiri anjing itu dan memeluknya. Anjing itu terus gemetar dalam pelukan Shun zi.

Beberapa anak muda tersebut meminta Shun zi menyerahkan anjing itu, tapi Shun Zi bersikeras tidak memberinya.

Anak-anak muda itu pun seketika naik pitam, kemudian mengelilinginya dan menggebuknya sampai Shun zi jatuh tersungkur, tapi, untungnya anjing kuning itu berhasil diselamatkan olehnya meski harus babak belur.

Meski anjing itu telah dibawa pulang, tapi persediaan makanan di rumah saja kurang untuk makan keluarga, sehingga tidak ada sisa makanan untuk anjing yang baru lolos dari maut itu.

Namun tak disangka, anjing kuning yang tampaknya bisa memahami hal itu mencari makanannya sendiri.

Lambat laun anjing kuning itu pun menjadi penjaga rumah keluarga Shun zi.

Suatu hari, Shun zi melihat anjing kuningnya itu mengibas-ibaskan ekornya dengan kencang sambil menatap lurus ke atas sebuah pohon, Shun Zi merasa heran, lalu mendongak dan melihat seekor Burung Pegar atau Ayam Pegar.

Bukan main senangnya Shun zi melihat ayam pegar itu, segera saja dia mengambil pipe gun (pistol dari pipa).

Malamnya sekeluarga Shun Zi menikmati ayam pegar yang harum semerbak, dan tentu saja anjing kuning itu juga mendapat bagian sebagai hadiah atas jasanya menemukan ayam pegar itu.

Tapi burung pegar itu hanya bisa mengisi sekali perut mereka, hari-hari tanpa makanan akan mulai mengiringi mereka lagi keesokannya.

Sorenya, ketika isteri Shun Zi sedang duduk istirahat di dalam rumah, anjing kuningnya berlari masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat.

Isteri Shun zi yang melihat jagung di moncong anjing kuning itu pun merasa heran, dari mana dia mendapatkan jagung itu.

Meski dia sangat ingin menyantap jagung, tapi dia menunggu Shun zi pulang dulu.

Malamnya, isteri Shun Zi menceritakan hal itu. Shun Zi merasa serba salah, karena itu pasti jagung dari ladang orang lain.

Tapi dia juga tidak tega melihat isterinya, akhirnya Shun zi memasak bubur jagung untuk makan sekeluarga .

Sejak itu, entah dari mana kehebatan anjing kuning itu, setiap hari selalu saja menggondol jagung untuk keluarga Shun zi.

Meski Shun zi sadar, keluarganya memang sudah kenyang dengan jagung curian, tapi menyebabkan penderitaan pada orang lain, namun semua itu juga karena dipaksa oleh keadaan.

Suatu hari, pagi-pagi sekali anjing kuningnya sudah keluar rumah, tapi tidak kembali lagi di sore hari.

Shun Zi menjadi sangat cemas, karena kalau tertangkap dalam kondisi kurangnya makanan seperti sekarang ini pasti akan menjadi santapan orang.

Shun zi yang gelisah mondar mandir di rumah, malamnya anjing kuningnya baru pulang dalam keadaan pincang, dan dari moncongnya tampak menggondol jagung.

Shun zi melihat sekujur badan anjing itu penuh dengan luka parah, dipastikan anjing itu mau ditangkap di jalanan sehingga memukulnya secara brutal.

Berpikir sampai disini, mata Shun zi berkaca-kaca dan tanpa bisa ditahan air matanya pun berlinang melihat kondisi anjingnya yang memprihatinkan.

Shun zi segera mengambil obat dan dioleskan ke bagian tubuh anjingnya yang terluka, namun tidak berefek apa pun.

Anjing kuningnya semakin lemah dan pandangan matanya mulai redup, napasnya berat.

Shun Zi terus berjongkok di lantai menemani anjingnya, sampai pada tengah malam, anjing kuning itu pun memejamkan matanya, meninggalkan Shun zi selamanya.

Melihat anjing itu telah mati, Shun Zi pun tak kuasa menahan tangisnya, ia memeluk dan mengguncang tubuh anjingnya dengan berlinang air mata.

Anjing yang setia dan tahu membalas budi itu telah tewas demi membalas budi keluarga Shun zi.

Keesokannya, Shun zi mencari sebuah tempat yang bagus untuk mengubur anjingnya.

Sesampainya di rumah Shun zi masih khawatir anjingnya mungkin akan digali oleh orang-orang yang kelaparan, dan karena semakin khawatir, Shun zi pun menjaga makam anjing kuning itu selama sebulan penuh.

Sampai beberapa dekade kemudian, dia masih saja akan teringat dengan anjing kuning yang telah menyelamatkan nyawa keluarganya kala itu.

Matanya selalu berkaca-kaca lalu tanpa bisa ditahan meneteskan air mata setiap kali mengingat hal itu. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar