Manusia
di dunia ini, haruslah memiliki sebuah hati dan pikiran yang tenang dan rukun. Ketika
kita menjumpai hal-hal yang mencurigakan, janganlah gegabah dalam mengambil
suatu kesimpulan tanpa dianalisa dengan nalar yang objektif, sehingga baru kita bisa
memahami keadaan yang sebenarnya.
Karena di saat kita sedang marah hanya karena kecemburuan hati, tentu tidak mungkin kita akan bisa menganalisa sesuatu masalah dengan pikiran yang dingin dan tenang lagi, bahkan kita akan kehilangan akal sehat. Apalagi ketika kita menghadapi fitnahan dari orang yang cemburu, maka reaksi jawaban yang bersifat sindiran pedas hanya akan membuat terjadinya pertengkaran.
Karena di saat kita sedang marah hanya karena kecemburuan hati, tentu tidak mungkin kita akan bisa menganalisa sesuatu masalah dengan pikiran yang dingin dan tenang lagi, bahkan kita akan kehilangan akal sehat. Apalagi ketika kita menghadapi fitnahan dari orang yang cemburu, maka reaksi jawaban yang bersifat sindiran pedas hanya akan membuat terjadinya pertengkaran.
Jika
demikian hanya karena keisengan orang lain, akan menjadikan diri kita
sendiri berubah menjadi membosankan. Bahkan ada kemungkinan bisa membuat kita
terjerumus kedalam persengketaan tidak berarti yang akan berlarut-larut dan
melelahkan pikiran.
Jika
kecemburuan hati orang lain sampai bisa menjatuhkan diri Anda, maka hal
ini menunjukkan bahwa walaupun Anda mungkin bermutu tinggi, tetapi
bukan mutu yang paling tinggi, terlebih dalam hal tekad (kemauan) Anda
tidak termasuk bermutu tinggi.
Bai Lun pernah berkata, "Bagi yang mencintai saya, saya balas dengan menghela nafas, bagi orang yang membenci saya, saya tanggapi dengan tertawa."
Kata
"tertawa" ini sungguh sangat bebas dan lepas, yang sangat berarti.
Ketika kita menghadapi suatu fitnahan dari orang yang cemburu, maka jawaban yang paling bagus
adalah membiarkan jiwa kita tersenyum dengan tenang.Bai Lun pernah berkata, "Bagi yang mencintai saya, saya balas dengan menghela nafas, bagi orang yang membenci saya, saya tanggapi dengan tertawa."
Ada sepasang suami-istri yang berpandangan sangat picik, senang bertengkar tiada habisnya demi masalah sepele. Suatu hari, sang istri memasak beberapa macam masakan enak, dia berpikir jika ada sedikit arak akan lebih baik. Karenanya dia membawa gayung untuk mengambil arak di gentong arak.
Ketika
sang istri menjulurkan kepalanya ke dalam gentong, terlihat
bayang-bayang dirinya sendiri tercermin di dalam arak. Dia mengira
suaminya telah berkhianat terhadap dirinya, dengan membawa pulang seorang
wanita dan disembunyikan di dalam gentong.
Dia
lalu berteriak dengan keras, "Hai, engkau jahanam, berani betul kau
mengelabui saya, ternyata diam-diam kamu menyembunyikan seorang perempuan di dalam
gentong. Sekarang apa yang hendak engkau jelaskan lagi?"
Mendengarkan
perkataan yang kacau balau ini, suaminya bergegas lari untuk melihat ke
dalam gentong arak itu. Ketika itu dia pun melihat bayangan seorang pria berada di dalam gentong itu. Dia
juga memaki istrinya tanpa penjelasan, "Kau perempuan busuk, nyata-nyata dirimu
telah membawa seorang lelaki pulang ke rumah, secara rahasia dan
menyembunyikannya di dalam gentong, malah balik memfitnah saya!"
"Baiklah,
kau masih beralasan!" Istrinya menjulurkan kepala ke dalam gentong
untuk melihat, masih tetap terlihat wanita yang tadi, dia mengira
suaminya sengaja mempermainkan dirinya.
Dengan amarah yang tak
tertahankan, dia segera naik pitam menuding suaminya dan berkata, "Kau kira
saya ini siapa, boleh semaumu dibujuk dan ditipu? Kau, sungguh berbuat
tidak pantas terhadap saya."
Istrinya menjadi semakin emosi dan gusar lalu memaki suaminya sambil mengacungkan gayung yang berada di
dalam tangannya dan melemparkan ke arah suaminya. Dengan mengelitkan badannya,
suaminya berhasil menghindari lemparan itu. Melihat istrinya bukan hanya bikin
onar dengan tanpa alasan, tapi masih mau memukul dirinya maka dia juga tidak mau
mengalah, karenanya dia membalas dengan menampar istrinya. Akhirnya mereka berdua saling tarik menarik dan saling menggigit.
Perselisihan ini akhirnya sampai ke pengadilan setempat. Setelah pejabat pengadilan mendengarkan penuturan dari kedua belah pihak, maka dalam hatinya sudah hampir jelas semuanya, dia segera memerintahkan bawahannya untuk memecah gentong arak itu.
Setelah gentong arak itu di pecahkan dengan palu, maka segera terlihat gemercikan arak yang mengalir keluar. Setelah arak yang di dalam gentong itu habis mengalir keluar, ternyata di dalam gentong itu sedikit
pun tidak terlihat bayangan seorang lelaki maupun perempuan.
Saat itu, kedua suami istri itu barulah mengerti bahwa yang mereka
cemburukan itu sebenarnya hanyalah merupakan bayangan dari diri mereka masing-masing. Dalam
hati mereka merasa sangat malu, oleh karena itu mereka saling meminta
maaf dan berbaikan seperti sedia kala.
Tidak ada komentar:
Write komentar