Pada akhir dinasti Han-Timur (25-220) di Tiongkok,
sejumlah ksatria memperebutkan kekuasaan, di dalam pergolakan itu
akhirnya memasuki era Sam Kok / Tiga Negara yang berdikari dan saling
bersaing serta dengan penuh sentimental memainkan peran di dalam zaman
Kesetiaan, Keadilan dan adu siasat.
Episode drama besar sejarah yang menggetarkan hati dan sukma ini, hubungan sebab-akibatnya perlu ditelusuri dan dimulai pembahasannya 400 tahun sebelumnya, hingga memasuki zaman akhir dinasti Qin (秦) - awal dinasti Han (漢).
Episode drama besar sejarah yang menggetarkan hati dan sukma ini, hubungan sebab-akibatnya perlu ditelusuri dan dimulai pembahasannya 400 tahun sebelumnya, hingga memasuki zaman akhir dinasti Qin (秦) - awal dinasti Han (漢).
Han
Xin pernah didampingi Kuai Tong yang memiliki banyak tipu muslihat dan
sering menasehatinya untuk mengangkat dirinya sendiri sebagai raja dan
berbagi territorial dengan negara Qu dan Han, namun Han Xin tidak sudi
mengkhianati raja Liu (tatkala itu belum kaisar) - Liu Bang dan ia
mempersembahkan 10 jasa besar serta akhirnya merebut kendali seluruh
negeri untuk Liu Bang.
Tetapi Liu Bang sesudah menguasai seluruh negeri, bukan saja tidak mencatat dan membalas jasa-jasanya, malahan memelorotkan jabatannya, kemudian Lu Hou (Permaisuri Lu) memerintahkan Xiao He membuat perangkap dan membujuknya memasuki istana Chang Le dan ia dihukum mati (dengan tuduhan hendak berontak). Sebelumnya, meskipun ada peramal yang menujumnya bisa hidup sampai usia 72 tahun, hidup dalam ketenaran dan bakal berakhir dengan tenang, akan tetapi karena terlalu banyak membunuh sehingga usianya terkurangi, ketika maut menjemput ia hanya berusia 32 tahun.
Tetapi Liu Bang sesudah menguasai seluruh negeri, bukan saja tidak mencatat dan membalas jasa-jasanya, malahan memelorotkan jabatannya, kemudian Lu Hou (Permaisuri Lu) memerintahkan Xiao He membuat perangkap dan membujuknya memasuki istana Chang Le dan ia dihukum mati (dengan tuduhan hendak berontak). Sebelumnya, meskipun ada peramal yang menujumnya bisa hidup sampai usia 72 tahun, hidup dalam ketenaran dan bakal berakhir dengan tenang, akan tetapi karena terlalu banyak membunuh sehingga usianya terkurangi, ketika maut menjemput ia hanya berusia 32 tahun.
Peng Yue karena berparas
tampan dan atletis, diincar oleh Lu Hou dan mumpung sang kaisar sedang
melakukan perjalanan ekspedisi ia dipanggil menghadap ke dalam istana,
tetapi ia berkarakter lurus dan tak sudi melanggar norma kesusilaan
serta tidak menuruti nafsu bejad Lu Hou.
Lu Hou marah besar dan memerintahkan menghukum-matinya dijadikan daging cacah serta memfitnahnya hendak berontak, demikian yang disampaikan kepada kaisar Han. Sedangkan Ying Bu juga dikarenakan Lu Hou mengirim daging cacah Peng Yue untuk ia konsumsi lantas saking murkanya ia membunuh pesuruh permaisuri, kemudian ia dikirimi pedang, jaring merah dan arak beracun oleh Lu Hou agar menghabisi dirinya sendiri menggunakan pilihan alat-alat tersebut.
Lu Hou marah besar dan memerintahkan menghukum-matinya dijadikan daging cacah serta memfitnahnya hendak berontak, demikian yang disampaikan kepada kaisar Han. Sedangkan Ying Bu juga dikarenakan Lu Hou mengirim daging cacah Peng Yue untuk ia konsumsi lantas saking murkanya ia membunuh pesuruh permaisuri, kemudian ia dikirimi pedang, jaring merah dan arak beracun oleh Lu Hou agar menghabisi dirinya sendiri menggunakan pilihan alat-alat tersebut.
Xiang Yu kalah perang di Gai
Xia (baca: Kai Sia), tertipu oleh jenderal Xia Guang (baca: Sia Kwang)
yang menyaru menjadi petani dan mengarahkan dia ke jalan kematian/yang
salah, sesampainya di tempat penyeberangan Wu Jiang (sungai besar Wu),
berjumpa dengan kawan lama, Lu Matong (baca: Lü Ma Dung), yang ia
harapkan mengingat hubungan yang sudah terjalin lama mau meloloskannya.
Ternyata Lu bersama 4 jenderal lainnya, memaksa Xiang Yu bunuh diri,
kemudian memutilasinya untuk dijadikan bukti penerimaan hadiah kepada
kaisar.
Suatu kali sewaktu bala tentara Liu Bang
kalah perang dan melarikan diri ke dusun marga Qi, melihat nyonya Qi
yang berparas cantik ia langsung jatuh hati, kala itu Liu Bang berjanji
apabila dia melahirkan untuknya seorang putra, maka sang putra akan
dijadikan pangeran. Kemudian nyonya Qi sesuai yang diharapkan melahirkan
seorang putra, ibu dan anaknya disayang oleh kaisar Liu Bang, tetapi
karena takut dengan Lu Hou mereka lantas tidak berani menyainginya.
Sesudah sang kaisar mangkat, Lu Hou menggunakan arak beracun dan menyiksa nyonya Qi dengan keji, menusuk buta kedua matanya, memotong telinga, hidung dan lidahnya, mencekokinya dengan cairan tembaga merah, memaksa meminumkannya ke dalam tenggorokan, serta mematahkan 4 anggota tubuh dan akhirnya jazadnya dibuang ke dalam penampung tinja.
Bersambung Ke : Bagian 2
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Sesudah sang kaisar mangkat, Lu Hou menggunakan arak beracun dan menyiksa nyonya Qi dengan keji, menusuk buta kedua matanya, memotong telinga, hidung dan lidahnya, mencekokinya dengan cairan tembaga merah, memaksa meminumkannya ke dalam tenggorokan, serta mematahkan 4 anggota tubuh dan akhirnya jazadnya dibuang ke dalam penampung tinja.
Bersambung Ke : Bagian 2
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar