|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 15 Juni 2013

Kesantaian Yang Memelihara Jiwa

 

Pepatah kuno mengatakan, “Saya mawas diri tiga kali sehari.” Jika tidak berhenti sejenak untuk beristirahat, bagaimana bisa mawas diri? 

Kehidupan yang tidak melakukan mawas diri, pasti ada kekurangan. 

Maka dari itu, tak peduli hidup ini seberapa sibuk, juga harus menyisakan sedikit ruang bagi diri sendiri untuk bersantai, menikmati sejenak kesenangan tidak bekerja.
 

Bekerja itu penting, tetapi kesantaian lebih berharga. Beristirahat bukan berarti segalanya berhenti, tidak mengerjakan apapun. Beristirahat itu adalah berhenti sejenak, istirahat sebentar untuk menenangkan diri, dengan demikian baru bisa menata kembali pikiran dan tindakan diri sendiri, setelah melewati pemawasan diri, baru melanjutkan perjalanan.

Dulu saya juga seorang yang tidak bisa diam. Saya tidak tahan jika hidup tidak memiliki perencanaan sama sekali, tidak ada pekerjaan yang dilakukan dan menjemukan. Saya ingin hidup dengan padat, selalu berpikir setiap menit dan setiap detik, tak peduli itu kerja atau hiburan, harus diatur dengan padat, tidak boleh menyia-nyiakan waktu walau hanya sedetik saja.

Konsep saya memegang erat waktu, sebenarnya berasal dari syair lagu (Taiwan) berjudul Anak Burung. “Burung kecil cantik terbang pergi tanpa bayangan, burung kecilku pergi tak kembali lagi..... Burung kecilku pergi tak kembali lagi!”

Begitu lewat masa remaja tentunya tak akan kembali lagi, tetapi yang terpenting adalah matahari terbenam akan terbit lagi diesok pagi, bunga telah layu tahun depan masih akan mekar lagi! Ternyata dua kalimat pembukaan dari lagu ini lebih memiliki makna mendalam, saat itu saya masih terlalu kecil, tak bisa memahami makna arti dari syair lagu itu.

Pada umumnya remaja identik dengan sebagai muda, penuh vitalitas, cantik, sehat, lincah dan riang, siapa yang rela untuk melepas masa remaja? Tetapi, usia tidak akan menunggu manusia, remaja persis seperti seekor burung kecil yang cantik, selalu akan terbang dan tak akan kembali lagi, lalu bagaimana?

Ingin agar keindahan tetap tinggal, pertama-tama harus mengerti bagaimana menguasai keabadian. Perputaran dan pasang surut dari segala benda dalam alam semesta, tak berujung dan berulang-ulang, jalan mencapai keabadian terletak pada alamiah. Sudah memahami, maka Anda bisa menangkapnya. Bisa memegang dan mempertahankan ‘sekarang’, baru bisa memahami keabadian. Suasana hati jernih dan terang, baru bisa menikmati kealamiahan.

Jika ingin mempertahankan kebebasan yang nyaman, harus mengerti bagaimana menikmati kesantaian. Hanya dalam kondisi yang sukacita dan nyaman, baru bisa mengadakan kontak dengan keabadian, baru bisa benar-benar mempertahankan keremajaan yang abadi, menemukan diri sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri.

Manusia pada umumnya percaya, mendapatkan lebih banyak dengan lebih banyak bekerja, jika ingin mendapatkan kedudukan dan harta lebih banyak, harus bekerja keras memeras otak dan keringat, acapkali dibuat kelelahan jiwa dan raga, kerugian tidak bisa ditutupi oleh pendapatan.

Sebenarnya, bersantai belum tentu tidak ada pekerjaan, menganggur adalah tabiat dan kegemaran. Santai adalah suatu kegembiraan yang relaks, karena jauh dari pekerjaan dan jauh dari kesibukan. Menganggur adalah menarik diri untuk meninggalkan, untuk bersentuhan dengan hal-hal yang tidak berkaitan dan tidak ada hubungan kepentingan dengan diri sendiri, dan perasaan semacam ini, lebih-lebih tidak bisa dibandingkan dengan uang, nama dan keuntungan.

Memahami saat menarik diri untuk meninggalkan, baru bisa menggali ruang lebih besar bagi diri sendiri, melepaskan kerisauan dunia yang rumit, menikmati sejenak ketenangan batiniah. Tetapi jangan sekali-kali, tubuh menganggur tapi hati tidak menganggur, orang yang suasana hati tidak sabar, dalam hatinya terseret dalam ketidak-tenangan, orang yang demikian hidupnya tidak bisa santai. Kemungkinan bersantai bagi orang yang demikian merupakan semacam siksaan, tidak perlu menanyakan apa itu tabiat dan kegemaran serta menikmati!

Akhirnya dapat dikatakan, taraf dari kesantaian itu membutuhkan penempaan waktu, baru bisa disadari, hal tersebut tidak akan bisa dipahami generasi muda. “Rajin mendapatkan pahala, bermain-main tiada guna.” Pepatah tersebut mengajarkan kepada generasi muda agar berusaha keras untuk maju. Jika tidak mengorbankan tenaga, mana bisa menuai hasil?

Tetapi ketika usia Anda bertambah, dan stamina tubuh menurun, namun Anda tetap sibuk dan tidak mau beristirahat, hal tersebut bukan hanya mengganggu kesehatan, lebih-lebih mungkin akan mengurangi usia Anda! Maka itu, bagi orang setengah baya boleh dikata, kesantaian bukan saja bermanfaat terhadap kesehatan tubuh kita, juga bisa membuat orang menjadi panjang umur, mutlak adalah satu resep memelihara jiwa yang sangat baik!




Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel. 

Tidak ada komentar:
Write komentar