Mengapa
di banyak karya sastra Barat maupun Timur, ataupun dalam cerita
dongeng, semua mempunyai catatan tentang Dewa dan Buddha yang dapat
menjelma?
Bahkan beberapa mengisahkan tentang Dewa dan Buddha yang menciptakan planet hanya dengan menggunakan niat pikiran saja.
Bahkan beberapa mengisahkan tentang Dewa dan Buddha yang menciptakan planet hanya dengan menggunakan niat pikiran saja.
Sebagian orang yang pernah berkunjung ke Tiongkok mungkin pernah menjumpai hal bahwa ketika ada seseorang yang membicarakan Dewa atau Buddha, maka akan dianggap takhayul yang disebarkan sejak zaman dulu, atau dianggap imajinasi orang zaman kuno.
Jika memang kehidupan materi orang kuno begitu miskin dan terbelakang, mengapa mereka memiliki waktu untuk membuat banyak karya spiritual imajinasi. Bagi pemikiran orang modern, hal ini sungguh sulit untuk dipahami, sehingga membuat orang merasa tidak masuk akal dan sulit dimengerti.
Karya
sastra telah menjadi salah satu bukti yang paling sederhana mengenai
apakah keberadaan Dewa dan Buddha itu merupakan hasil imajinasi. Sebuah
pengetahuan umum yang dikenal di masyarakat mengatakan bahwa semua benda
yang bisa terlihat kita terbentuk dari molekul, tetapi ada juga banyak
sekali materi yang terbentuk oleh molekul tidak bisa terlihat mata
manusia, misalnya cahaya.
Materi
yang berbeda memiliki susunan molekul yang berbeda pula. Misalkan
susunan molekul tulang jika diraba sangat keras, sedangkan susunan
molekul darah dan air membuat materi itu berbentuk seperti cairan yang
bergerak. Susunan molekul metal bentuknya sangat stabil. Metal yang
dilebur umumnya harus menggunakan panas dengan temperatur tinggi, guna
memukul dan mencerai-beraikan susunan molekul di dalamnya. Menurut
aturan yang berlaku, peleburan akan mengeluarkan metal-metal yang
berbeda jenis.
Apabila
menggunakan pemikiran teknologi modern, untuk mengubah batu menjadi
metal atau materi lain dalam sekejab akan terasa cukup sulit. Boleh saya
katakan, kita semestinya menggunakan pemikiran berbeda terhadap hal
ini.
Dengan
kata lain boleh dikatakan, materi yang sudah terbentuk tidaklah mudah
dalam sekejab berubah menjadi materi lain yang sama sekali berbeda.
Namun mengapa di banyak karya sastra Barat maupun Timur ataupun dalam
cerita dongeng, semuanya memiliki catatan tentang Dewa dan Buddha yang
bisa menjelma?
Bahkan
beberapa mengisahkan tentang Dewa dan Buddha yang menciptakan planet dan
segala benda yang berada dalam alam semesta hanya dengan menggunakan
niat pikiran mereka. Benarkah sejarah fenomena ini hanyalah hasil
imajinasi yang kebetulan dari para sastrawan?
Membicarakan
Dewa dan Buddha, membawa kita kepada topik pembicaraan tentang jalan
kultivasi. Sejak dulu hingga sekarang di dunia Barat maupun Timur, ada
sangat banyak orang yang berkultivasi Tao dan Buddha. Secara umum,
kultivator mementingkan penyatuan manusia dan langit, bermeditasi dalam
keadaan hening, membuat tubuh kultivator tetap berhubungan dengan alam
semesta yang berada di luar tubuh.
Kebersihan
dan kemurnian akan menjamin mekanisme tubuh kultivator untuk mengambil
dan mengumpulkan energi alam semesta demi menambah dan mengevolusikan
tubuhnya. Setelah berkultivasi dalam jangka panjang, pikiran manusia di
bawah pengisian masuk energi dan evolusi dari alam semesta akan
mendapatkan energi yang cukup.
Oleh
karena energi akan semakin murni dan partikelnya akan semakin halus maka
densitasnya juga semakin besar. Dengan sendirinya, energi itu akan
menembus sela-sela di antara partikel dan partikel tanpa ada suatu
hambatan. Ditambah lagi, semakin mikrokosmis partikel tersebut, pancaran
energinya juga kian besar, di bawah perintah dari niat pikiran juga
semakin mudah mengubah dan memengaruhi segala materi yang terbentuk dari
molekul, termasuk metal yang diketahui memiliki molekul sangat keras.
Dari
sini dapat disimpulkan bahwa Dewa dan Buddha mampu mengubah atau
menjelmakan segala materi, sehingga hal ini bukan imajinasi orang kuno. Masih ada lagi, apakah pikiran manusia bisa membayangkan wujud Dewa dan Buddha?
Pikiran
yang dipancarkan otak manusia bukan saja bisa dideteksi oleh ilmu
kedokteran modern, mereka juga mengerti bahwa pikiran manusia juga
merupakan sejenis materi yang terbentuk dari molekul. Partikel molekul
semacam ini tidak bisa menembus partikel-partikel yang lebih mikro
darinya. Sedangkan tubuh Dewa dan Buddha semuanya bercahaya, baik itu
Buddha dan Tao dari Timur atau Dewa orang Barat, dunia serta tubuh
mereka semuanya memancarkan cahaya menyilaukan.
Cahaya
cemerlang yang terpancar dari tubuh seorang Dewa, cukup untuk menerangi
dan menghangatkan seluruh badan langit di mana Dewa itu berada.
Pancaran energi panas seorang Dewa memang sedemikian besar. Sedangkan
materi yang terbentuk dari molekul, tidak bisa memancarkan cahaya energi
yang demikian besar.
Hanya
mengandalkan poin ini saja, mungkin sudah bisa menjelaskan bahwa pikiran
manusia tidak bisa membayangkan wujud Dewa dan Buddha. Dengan
berkultivasi hati dan mementingkan De (akhlak), manusia baru
dapat mencapai taraf pikiran Dewa dan Buddha, baru dapat memiliki
partikel dan energi yang sama dengan Dewa dan Buddha, baru dapat melihat
dengan jelas indahnya dunia Dewa dan Buddha.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar