Tengah Sempurna
中庸
Kata Pengantar
Guruku
Cheng Zi 程子 berkata,
“Yang
tidak condong dinamakan Tengah,
dan Yang
tidak berubah dinamakan Sempurna.
Tengah
itulah Jalan Lurus Dunia dan
Sempurna
itulah Hukum Tetap bagi Dunia.”
Kitab Zhong Yong ( 中庸 / Tengah Sempurna) ini berisi tentang ajaran
keimanan bagi umat agama Khonghucu 儒教. Zi Si 子思
karena khawatir ajaran ini akan berkurang / menyimpang
isinya, kemudian
membukukan ajaran yang diperoleh langsung dari kakeknya, Kong Zi 孔子. Dan
selanjutnya ajaran ini (sampai dan) dilanjutkan oleh Meng Zi 孟子.
Kitab
ini mula-mula membicarakan tentang Satu Hukum yang
kemudian dibentangkan hingga meliputi
berlaksa perkara dan
akhirnya kembali disimpulkan menjadi Satu Hukum.
Ajaran
ini bila diuraikan lebih jauh lagi, maka akan dapat
mengisi seluruh alam semesta dan bila diringkas lebih jauh lagi akan dapat
kembali kepada Kegaiban.
Inti
dari Ajaran Suci Kong Zi ini tidak akan
pernah habis walaupun diuraikan berlaksa jaman
dan
semuanya itu mengandung Kebenaran Yang Universal (dan dapat diterapkan dalam kehidupan Nyata).
Yang
dapat baik-baik mempelajari Kitab ini hingga dapat mengerti Intisari Ajaran ini
akan dapat
memakainya sepanjang hidup dan tidak akan pernah dapat menghabiskannya.
Bab Utama
Firman
Tian Yang Maha Esa (yang dianugerahkan kepada manusia) dinamakan Watak Sejati 性. Menempuh
Hidup sesuai dengan Watak Sejati dinamakan Jalan Suci 道. Ajaran tentang cara menempuh Jalan Suci itulah yang dinamakan Agama 教. (Tengah
Sempurna Utama.1)
Jalan
Suci itu tidak boleh terpisah biar hanya sekejap.
Jika
dapat terpisah / dipisahkan, maka itu bukanlah Jalan Suci.
Maka
seorang Junzi 君子
(Susilawan) harus berhati-hati dan teliti kepada (Tian) Yang Tidak Terlihat
serta khawatir dan takut kepada (Tian) Yang Tidak Terdengar. (Tengah
Sempurna Utama.2)
Tiada
yang lebih nampak daripada Yang Tersembunyi itu.
Tiada
yang lebih jelas daripada Yang Terlembut itu.
Maka
seorang Junzi 君子
(Susilawan) harus berhati-hati pada waktu seorang diri. (Tengah
Sempurna Utama.3)
Perasaan (hati/batin) sebelum
timbulnya rasa gembira, marah, sedih, senang dinamakan Tengah.
Setelah
timbul (rasa gembira, marah, sedih, senang) tetapi masih didalam batas Tengah,
dinamakan Harmonis.
Tengah itulah pokok besar
daripada dunia, dan Harmonis itulah cara menempuh Jalan Suci di dunia. (Tengah
Sempurna Utama.4)
Bila dapat terselenggara
keseimbangan (batin/hati) yang Tengah dan Harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi seluruh langit dan bumi sehingga segenap
makhluk dan benda akan terpelihara. (Tengah Sempurna Utama.5)
Bab I
Seorang Junzi 君子 (Susilawan)
Zhong Ni 仲尼 (nama alias Kong Zi) bersabda, “Seorang Junzi 君子
(Susilawan) hidup di dalam (sikap) Tengah Sempurna 中庸,
sedang seorang Xiaoren 小人
(rendah budi) hidup menentang Tengah Sempurna.” (Tengah Sempurna I.1)
“Seorang
Junzi 君子
(Susilawan) disebut telah Tengah Sempurna karena sepanjang waktu ia senantiasa
bersikap Tengah (tidak melampaui batas).
Seorang
Xiaoren 小人
(rendah budi) disebut menentang Tengah Sempurna karena dalam perbuatannya tiada
sesuatu yang diseganinya (tanpa mengenal batas).” (Tengah
Sempurna I.2)
Bab II
Jarang Yang Mencapai Tengah Sempurna
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Sungguh Sempurna Hidup di dalam Tengah Sempurna, sayang sudah lama jarang
diantara rakyat yang dapat melaksanakannya !” (Tengah
Sempurna II)
Bab III
Yang Kurang dan Yang Melampaui
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Aku sudah mengetahui mengapa Jalan Suci (Tengah Sempurna) itu tidak banyak
yang melaksanakan.
(Orang) yang pandai bertindak
melampaui (sikap Tengah Sempurna)
Sedang
(orang) yang bodoh tidak dapat mencapai (Tengah Sempurna).
Aku
juga sudah mengetahui mengapa Jalan Suci (Tengah Sempurna) itu tidak dapat
disadari dengan jelas.
(Orang)
yang (mengaku dirinya) bijaksana senantiasa bertindak melampaui (Tengah Sempurna).
Sedang
(orang) yang tidak mengetahui tidak dapat mencapainya. (Tengah
Sempurna III.1)
Tiada
seorangpun didunia ini yang tidak makan dan minum sepanjang hidupnya. Namun (mereka yang makan dan minum itu) jarang yang mengetahui
rasanya.” (Tengah Sempurna III.2)
Bab IV
Keprihatinan Kong Zi
Kong
Zi 孔子
bersabda, “O, demikianlah sebabnya mengapa Jalan Suci (Tengah Sempurna) itu
tidak dapat dilaksanakan (di seluruh dunia).” (Tengah
Sempurna IV)
Bab V
Suka Bertanya dan Meneliti
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Adapun yang menyebabkan Kebijaksanaan Kaisar Shun 舜 [2255
SM – 2205 SM] (Sun) itu begitu Besar adalah karena Beliau suka bertanya (segala
sesuatu yang tidak dipahami) dan meneliti (hakikat tiap perkara bahkan juga)
kata-kata yang paling sederhana sekalipun.
(Kata-kata / Ajaran) Yang buruk disembunyikan (agar tidak mengacaukan perkara) dan yang baik disebarluaskan (demi kebaikan rakyat di seluruh dunia). Dengan mengetahui ujung dan pangkal setiap perkara dan menetapkan intinya, ia mengatur rakyat. Demikianlah sebabnya mengapa Ia terkenal sebagai Kaisar Shun (yang Bijaksana).” (Tengah Sempurna V)
(Kata-kata / Ajaran) Yang buruk disembunyikan (agar tidak mengacaukan perkara) dan yang baik disebarluaskan (demi kebaikan rakyat di seluruh dunia). Dengan mengetahui ujung dan pangkal setiap perkara dan menetapkan intinya, ia mengatur rakyat. Demikianlah sebabnya mengapa Ia terkenal sebagai Kaisar Shun (yang Bijaksana).” (Tengah Sempurna V)
Bab VI
Jangan Berbangga Karena Pandai
Kong
Zi 孔子
bersabda, “Banyak orang berkata ‘aku pandai’, tetapi jika (orang itu) dihalau
ke dalam jaring, pikatan atau perangkap, mereka ternyata tidak dapat mengetahui
bagaimana caranya untuk membebaskan diri.
Banyak orang berkata ‘aku pandai’, tetapi jika suatu ketika (orang itu) telah menyatakan tekad untuk hidup di dalam (sikap) Tengah Sempurna, ternyata (orang itu) tidak dapat mempertahankan sikap Tengah Sempurna itu walaupun hanya dalam waktu sebulan saja.” (Tengah Sempurna VI)
Banyak orang berkata ‘aku pandai’, tetapi jika suatu ketika (orang itu) telah menyatakan tekad untuk hidup di dalam (sikap) Tengah Sempurna, ternyata (orang itu) tidak dapat mempertahankan sikap Tengah Sempurna itu walaupun hanya dalam waktu sebulan saja.” (Tengah Sempurna VI)
Bab VII
Mendekap Tengah Sempurna
Kong Zi 孔子
(Khong Cu) bersabda, “Demikianlah Hui 回 {nama kecil Yan Yuan 顏淵} bersikap
sebagai manusia (sejati / yang sempurna). Setelah memilih
hidup di dalam (Jalan Suci) Tengah Sempurna dan mendapatkan Satu yang baik itu,
kemudian didekaplah erat-erat didada seolah-olah takut hilang pula.” (Tengah
Sempurna VII)
Bab VIII
Sulitnya Tengah Sempurna
Kong
Zi 孔子
bersabda, “Seorang Raja Besar dapat membagi dan memberikan wilayah negaranya
kepada orang lain (untuk menunjukkan kemurahan hatinya).
Seseorang dapat pula menolak kedudukan dan pangkat yang tinggi serta gaji yang besar (untuk menunjukkan bahwa ia tidak haus akan harta maupun kekayaan)
Seseorang dapat menginjak-injak
mata senjata yang tajam (untuk menunjukkan keberanian dan kekuatannya)
Tetapi mereka semua itu jika diajak untuk hidup didalam Tengah Sempurna, belum tentu dapat melaksanakan (dengan sempurna).” (Tengah Sempurna VIII)
Bab IX
Keperwiraan
Zi Lu 子路 bertanya
tentang keperwiraan. (Tengah Sempurna IX.1)
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Keperwiraan dari daerah selatankah, keperwiraan dari daerah utarakah, atau keperwiraan
seorang Junzi 君子
(Susilawan) ?” (Tengah Sempurna IX.2)
“Menggunakan kesabaran dan
sikap lemah lembut dalam mengajar orang lain dan tidak membalas dendam atas
perbuatan yang tidak patut, inilah keperwiraan yang dimiliki oleh orang-orang
di daerah selatan yang juga menjadi dasar dari keperwiraan seorang Junzi 君子
(Susilawan).” (Tengah Sempurna IX.3)
Rebah tidur dengan tetap
mengenakan pakaian perang dan tidak terpisah dari senjatanya serta berani
menerima kematian (di medan
perang) dengan tidak menaruh sesal, inilah keperwiraan yang dimiliki oleh
orang-orang di daerah Utara yang juga menjadi pedoman keperwiraan dari seorang
prajurit sejati yang gagah berani. (Tengah Sempurna IX.4)
Oleh karena itu, Seorang Junzi 君子
(Susilawan) senantiasa bersikap lemah lembut dan menjaga keharmonisan dalam
hubungannya dengan orang lain, tidak mendesak seperti
aliran air yang datang melanda. Ini menunjukkan betapa perwiranya dia !
Seorang
Junzi bersikap Satya dan tidak berpihak atau condong ke salah satu pihak, senantiasa
teguh pendiriannya dan tidak mudah tergoyahkan (oleh bujukan duniawi berupa
apapun). Ini menunjukkan betapa perwiranya dia
!
Apabila pemerintahan negara
dalam keadaan teratur (di dalam Jalan Suci), ia tidak
mengubah cita-citanya yang mulia untuk hidup di Jalan Suci. (Tidak
terjebak untuk korupsi / ingkar dari Jalan Suci). Ini menunjukkan betapa
perwiranya dia !
Apabila negara berada dalam
kekalutan (ingkar dari Jalan Suci), sekalipun harus binasa, ia
tidak akan berbuat sesuatu yang ingkar dari Jalan Suci. Demikianlah
seorang Junzi menunjukkan menjunjung tinggi keperwiraannya. (Tengah
Sempurna IX.5)
Bab X
Yang Wajar dan Tekun
Kong Zi 孔子
bersabda, “Belajar ilmu gaib (yang tidak karuan) dan melakukan
mukjijat-mukjijat (untuk menarik perhatian agar orang lain takut dan percaya akan ajarannya) untuk memperoleh nama yang termasyhur di
kemudian hari. (Ini adalah pekerjaan orang rendah budi yang
hendak menipu rakyat). Aku (sekalipun bisa) tidak akan
pernah melakukan (perbuatan rendah seperti itu).” (Tengah
Sempurna X.1)
“Seorang
Junzi 君子
(Susilawan) yang telah bertekad hidup didalam Jalan Suci (Tengah Sempurna),
akan tetapi baru setengah jalan kemudian hendak membatalkan niatnya (demi untuk
suatu ketenaran/kekayaan/kekuasaan). Ini belumlah
pantas dinamakan seorang Junzi. Sebab seorang Junzi
tidak akan pernah menghentikan usahanya di tengah jalan sebelum ia
menyelesaikannya dengan sempurna.” (Tengah Sempurna X.2)
Seorang Junzi 君子
(Susilawan) sejati yang telah bertekad untuk hidup di dalam Tengah Sempurna,
tidak akan menyesal walaupun semasa hidupnya tidak dikenal orang dan setelah
mati namanya juga sampai dilupakan orang. Sesungguhnya hanya
seorang Nabi yang bisa melakukan hal ini (dan pantas disebut seorang Junzi). (Tengah
Sempurna X.3)
Bab XI
Luasnya Jalan Suci
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Jalan Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu sangat luas penggunaan (dan Kebajikan) nya tapi pada hakikatnya
sangat rahasia.” (Tengah Sempurna XI.1)
“Seorang lelaki dan
perempuan yang bodoh sekalipun, ternyata masih dapat memahami akan kebajikan
Jalan Suci tersebut. Namun bila hendak diuraikan hakikat daripada Jalan
Suci yang Agung ini, bahkan seorang Nabi-pun tidak akan
dapat melakukannya dengan sempurna.
Seorang
lelaki dan perempuan walaupun tidak seberapa pandai, ternyata masih dapat
menjalani dan menggunakan Jalan Suci ini di dalam hidupnya. Namun
bila hendak menggunakan seluruh Jalan Suci Yang Luas ini, bahkan seorang
Nabi-pun tidak akan pernah menghabiskan seluruh penggunaannya
yang Maha Luas.
Segenap
hal yang ada diantara langit dan bumi yang besar ini, ternyata masih ada orang
yang bisa mencacatnya. (Akan tetapi Kebesaran Jalan Suci
ini begitu ajaib dan tidak bisa dicela.)
Jalan Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) ini kalau dikatakan besar, ternyata memang tiada sesuatu apapun di
dunia ini yang dapat memuat akan kebesarannya. (Jika
coba diuraikan dalam bentuk tulisan, seluruh kertas di dunia juga tidak akan cukup untuk menuliskan keluasan dan kebesaran Jalan
Suci ini).
Jalan Suci seorang Junzi ini
kalau dikatakan kecil, ternyata memang tiada sesuatu apapun di dunia ini yang dapat membelah /
memecahnya. (Jika coba disimpulkan tentang hakikat Jalan Suci
Yang Agung ini, ternyata lenyap di dalam kegaiban).” (Tengah
Sempurna XI.2)
“Di
dalam kitab《Shi
Jing III.1.5:3》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Elang terbang meninggi langit dan ikan menyelam menyusup
air’. Sanjak ini menunjukkan bahwa Kebesaran
(Kegunaan) Jalan Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu nampak jelas dan nyata di atas maupun dibawah.” (Tengah
Sempurna XI.3)
“Jalan
Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu pada dasarnya terdapat di dalam hati setiap lelaki maupun
perempuan di dunia ini. Dan bila dipelihara dan dikembangkan
maka akan dapat meliputi segenap hal dan segala sesuatu dimanapun diantara
langit dan bumi.” (Tengah Sempurna XI.4)
Bab XII
Satya dan Tepaselira
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Jalan Suci itu tidaklah jauh dari manusia.
Apabila ada orang yang ingin menjalankan Jalan Suci itu, lalu menjauhkan diri
dari pergaulan antara sesama manusia dan melupakan 5 Hubungan Kemanusiaan, maka
yang disebutnya sebagai ‘Jalan Suci’ itu bukanlah Jalan Suci yang
sesungguhnya.” (Tengah Sempurna XII.1)
“Di dalam kitab (Shi Jing I.15.5:2) 詩經 (Kitab Sanjak) tertulis,
‘Buatlah gagang kapak dengan kapak ! Contohnya tidak jauh.’ Kalimat ‘Buatlah
gagang kapak dengan kapak’, bila dipandang selintas nampak jauh juga.
Maka seorang Junzi 君子
(Susilawan) menggunakan Kemanusiaan untuk mengatur hubungan manusia dan baru
berhenti hanya setelah dapat memperbaiki kesalahan.” (Tengah
Sempurna XII.2)
“Perilaku Satya 忠 dan
Tepaselira 恕 itu tidak
jauh dari Jalan Suci. Apa yang diri sendiri tidak
inginkan, jangan dilakukan / diberikan kepada orang lain.” (Tengah
Sempurna XII.3)
“Ada empat
perkara dalam Jalan Suci yang khawatir belum dapat Kulakukan dengan sempurna, yakni :
Melakukan kewajibanku kepada
ayahKu, sebagaimana yang Aku inginkan akan diperbuat
oleh putraKu kepadaKu.
Melakukan kewajibanku kepada
rajaKu (atasan), sebagaimana yang Aku inginkan akan
diperbuat oleh pembantuKu (bawahan) kepadaKu.
Melakukan kewajibanku kepada
kakakKu (orang yang lebih tua), sebagaimana yang Aku inginkan akan diperbuat oleh adikKu kepadaKu.
Melakukan kewajibanku kepada
sahabatKu, sebagaimana yang Aku inginkan akan
diperbuat oleh temanKu kepadaKu.
Di
dalam menjalankan Kebajikan maupun berkata-kata, Aku selalu berusaha dengan
hati-hati dan bersungguh-sungguh. Bila
terdapat kekurangan dalam tindakanKu, Aku tidak berani tidak berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk memperbaikinya dan bila ada yang berlebihan, maka Aku
tidak berani untuk menghamburkannya.
Oleh
karena itu didalam berkata-kata, Aku selalu berusaha mengingat (dan
menyesuaikan dengan) segala perbuatanKu dan di dalam berbuat, Aku selalu
berusaha menepati kata-kataKu. Bukankah hal ini yang
menyebabkan seorang Junzi 君子
(Susilawan) harus selalu bersikap Dapat Dipercaya 信 ?” (Tengah
Sempurna XII.4)
Bab XIII
Berperilaku Tepat
“Seorang
Junzi 君子
(Susilawan) berbuat sesuai dengan kedudukannya dan tidak mencampuri urusan yang
tidak berkaitan dengan kedudukannya.” (Tengah
Sempurna XIII.1)
“Di
kala kaya dan mulia, ia berlaku seperti layaknya seorang yang kaya dan mulia. Di
kala miskin dan berkedudukan rendah, ia berbuat
seperti layaknya seorang yang miskin dan berkedudukan rendah.
Di kala berdiam di antara suku bangsa Yi 夷 dan Di 狄, ia berbuat seperti layaknya suku bangsa Yi dan Di. Di kala sedih dan menghadapi kesulitan, ia berbuat seperti layaknya orang yang sedang dilanda kesedihan dan menghadapi kesulitan.
Di kala berdiam di antara suku bangsa Yi 夷 dan Di 狄, ia berbuat seperti layaknya suku bangsa Yi dan Di. Di kala sedih dan menghadapi kesulitan, ia berbuat seperti layaknya orang yang sedang dilanda kesedihan dan menghadapi kesulitan.
Maka
seorang Junzi 君子
(Susilawan) di dalam keadaan bagaimanapun, senantiasa merasa Gembira di dalam
Jalan Suci dan selalu berhasil menjaga dirinya. (Tengah
Sempurna XIII.2)
Di kala berkedudukan tinggi, ia tidak merendahkan martabat orang-orang yang berkedudukan
lebih rendah. Dan di kala berkedudukan rendah, ia
tidak menjilat kepada orang-orang yang berkedudukan lebih tinggi.
Seorang Junzi 君子 (Susilawan) senantiasa menuntut dan berusaha memperbaiki dirinya sendiri dan tidak pernah menuntut ataupun mencari-cari kesalahan orang lain. Demikianlah seorang Junzi tidak pernah mempunyai rasa benci ataupun rasa menyesalkan. Seorang Junzi, ke atas tidak pernah menyesali Tian Yang Maha Esa dan ke bawah tidak pernah menyesalkan / menyalahkan sesama manusia. (Tengah Sempurna XIII.3)
Seorang Junzi 君子 (Susilawan) senantiasa menuntut dan berusaha memperbaiki dirinya sendiri dan tidak pernah menuntut ataupun mencari-cari kesalahan orang lain. Demikianlah seorang Junzi tidak pernah mempunyai rasa benci ataupun rasa menyesalkan. Seorang Junzi, ke atas tidak pernah menyesali Tian Yang Maha Esa dan ke bawah tidak pernah menyesalkan / menyalahkan sesama manusia. (Tengah Sempurna XIII.3)
Maka
dari itu, seorang Junzi 君子
(Susilawan) senantiasa merasa tentram dan damai di dalam Jalan Suci Yang Agung
dan menerima Firman Tian dengan penuh rasa syukur dan gembira. Sebaliknya seorang Xiaoren 小人 (rendah budi) senantiasa melakukan perbuatan apapun
hanya sekedar untuk memuaskan nafsu dan keinginannya yang tiada batas. (Tengah
Sempurna XIII.4)
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Perilaku orang yang belajar memanah itu menyerupai perilaku seorang Junzi 君子
(Susilawan). Jika memanahnya ternyata meleset dan
tidak mengenai sasaran, maka ia akan berusaha mencari sebab-sebab kegagalannya
didalam dirinya sendiri.” (Tengah Sempurna XIII.5)
Bab XIV
Setapak demi Setapak
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Jalan Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu seumpama hendak pergi ke tempat yang jauh, maka yang
pertama-tama harus dilakukan adalah mulai menempuh jarak yang terdekat,
seumpama mendaki tempat yang tinggi, maka yang pertema-tama harus dilakukan
adalah mulai mendaki dari bawah (tempat yang rendah).” (Tengah
Sempurna XIV.1)
“Di dalam kitab《Shi Jing II.1.4:7-8》詩經 (Kitab Sanjak) tertulis,
‘Keselarasan hidup bersama anak dan istri itu laksana alat musik yang ditabuh
dengan harmonis. Kerukunan diantara kakak beradik akan
menyebabkan kedamaian dan kebahagiaan di seluruh keluarga. Maka
demikianlah hal pertama yang harus engkau lakukan di dalam rumah tanggamu,
yakni bahagiakanlah istri dan anak-anakmu’.” (Tengah
Sempurna XIV.2)
Kong Zi
孔子 bersabda,
“Dengan demikian ayah bundapun menjadi tenteram hatinya dan merasa bersyukur
dan bahagia.” (Tengah Sempurna XIV.3)
Bab XV
Tian Yang Maha Roh
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Sungguh Maha Besar Kebajikan Tian Yang Maha Sempurna !”
(Tengah Sempurna XV.1)
“Dilihat
tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiada wujud di dunia ini yang
tanpa Dia.” (Tengah Sempurna XV.2)
“Demikianlah
KeAgungan Tian Yang Maha Sempurna itu yang dapat menjadikan orang sedunia untuk
berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian kebesaran lengkap bersujud
bersembahyang kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, hingga
terasa seolah-olah berada di atas dan dikiri kanan kita !”
(Tengah Sempurna XV.3)
“Di
dalam kitab《Shi
Jing III.3.2:7》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Adapun kenyataan / wujud daripada Tian Yang Maha Sempurna
itu tidak boleh diperkirakan, apalagi jika ditetapkan (oleh/sebagai seseorang
yang mengaku putra Allah atau sebagainya)’. “(Tengah
Sempurna XV.4)
“Demikian
sempurnalah Kebesaran Tian Yang Maha Esa itu sehingga terasakan dengan jelas
dan tidak dapat disembunyikan dari Iman kita.
Demikianlah Dia !!!” (Tengah Sempurna XV.5)
Bab XVI
Laku Bakti Yang Besar
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Sungguh Maha Besar Laku Bakti Kaisar Shun 舜 [2255 SM – 2205 SM]. Kebajikannya bagaikan Nabi. Keagungannya
bagaikan Kaisar (Pemilik dunia). Kekayaannya meliputi
empat samudera dan Kuil Leluhurnya tetap dipuja dan terpelihara oleh
keturunannya sepanjang masa.” (Tengah Sempurna XVI.1)
“Maka dari itu, seorang yang mempunyai
Kebajikan Besar, senantiasa mendapatkan berkah, kedudukan, beroleh nama harum dan dikaruniai panjang usia.” (Tengah
Sempurna XVI.2)
“Demikianlah
Tian Yang Maha Sempurna menjadikan segenap wujud dengan masing-masing dibantu
sesuai dengan sifatnya. Kepada pohon yang tegak akan dibantu tumbuh dan
bersemi, sementara kepada pohon yang telah miring dan hendak tumbang akan dibantu roboh.” (Tengah Sempurna XVI.3)
“Di
dalam kitab《Shi
Jing III.2.5:1》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Betapa bahagia dan mengagumkannya seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu. Kebajikannya yang gilang gemilang
selaras benar dengan kehendak rakyat maupun Jalan Kemanusiaan. Ia menerima karunia Tian dan senantiasa mengajarkan akan Jalan
Suci Tian. Inilah Firman Tian yang harus dilaksanakan
olehnya.” (Tengah Sempurna XVI.4)
Maka
seseorang yang berKebajikan Besar itu senantiasa menerima Firman Tian untuk
mengembangkan dan menggemilangkan Kebajikan yang bercahaya itu. (Tengah
Sempurna XVI.5)
Bab XVII
Yang Berpenerus
Kong
Zi 孔子
bersabda, “Hanya Zhou Wen Wang 周文王 sajalah yang tidak pernah
bersedih, karena beliau mempunyai Wang Ji 王季 sebagai ayahnya dan Zhou Wu
Wang 周武王 sebagai
putranya. Ayahnya yang meletakkan dasar (bagi
suatu kerajaan besar) dan putranya yang melanjutkan (hingga berhasil mendirikan
dinasti Zhou yang Agung).” (Tengah Sempurna XVII.1)
(Tengah
Sempurna XVII.2)
“Zhou
Wu Wang 周武王 melanjutkan
pekerjaan Tai Wang 太王, Wang
Ji 王季 dan
Wen Wang 文王 mendirikan
dinasti Zhou yang Agung. Beliau hanya
sekali saja menggunakan pakaian perangnya dan seluruh dunia menjadi miliknya.
Walaupun demikian namanya tetap harum dan termasyhur ke
seluruh dunia.
Keagungan (Zhou Wu Wang) bagaikan Kaisar Langit, kekayaannya meliputi empat penjuru lautan dan Kuil leluhurnya tetap dipuja rakyat dan anak cucunya terpelihara lestari. (Tengah Sempurna XVII.2)
Keagungan (Zhou Wu Wang) bagaikan Kaisar Langit, kekayaannya meliputi empat penjuru lautan dan Kuil leluhurnya tetap dipuja rakyat dan anak cucunya terpelihara lestari. (Tengah Sempurna XVII.2)
Pada usia
dewasa, barulah Wu Wang 武王 menerima
Firman Tian sebagai Kaisar Zhou. Zhou Gong Dan 周公旦 menyempurnakan Kebajikan
Wen Wang 文王 (ayahnya)
dan Wu Wang 武王 (kakaknya)
dengan memuliakan Tai Wang 太王 dan
Wang Ji 王季 dengan
gelar ‘Kaisar anumerta’ dan menyembahyanginya dengan upacara kebesaran kerajaan
untuk leluhurnya itu. (Tata Cara dan aturan) Upacara
Kebesaran ini diluaskan (dan diajarkan) kepada para pangeran, para pembesar,
para Siswa hingga rakyat jelata.
Ditetapkan aturan bagi upacara
perkabungan yang amat mulia :
Bagi seorang ayah yang
berkedudukan sebagai pembesar sedang putranya hanya seorang Siswa, maka apabila
sang ayah meninggal dunia, upacara penguburannya dilakukan seperti upacara
penguburan seorang pembesar sedang upacara sembahyangnya dilakukan memakai tata
cara upacara sembahyang seorang Siswa.
Bagi seorang ayah yang
berkedudukan sebagai seorang Siswa sedang putranya adalah seorang pembesar,
maka apabila sang ayah meninggal dunia, upacara penguburannya dilakukan seperti
upacara penguburan seorang Siswa sedang upacara sembahyangnya dilakukan memakai
tata cara upacara sembahyang seorang pembesar.
Upacara
berkabung selama setahun penuh ditetapkan harus dilaksanakan oleh rakyat hingga
pada tingkat seorang pembesar. Sedang
Upacara berkabung selama tiga tahun penuh ditetapkan hingga pada tingkat Raja
dan Kaisar.
Demikianlah Upacara Perkabungan
untuk ayah dan bunda yang Suci ini mempunyai aturan / tata cara
yang seragam di seluruh dunia tanpa adanya perbedaan antara yang mulia
(berkedudukan tinggi) ataupun yang hina (berkedudukan rendah). (Tengah Sempurna XVII.3)
Bab XVIII
Kesempurnaan Laku Bakti
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Sesungguhnya Laku Bakti Zhou Wu Wang 周武王 dan Zhou Gong Dan 周公旦 itu
telah mencapai puncaknya Kesempurnaan (daripada Laku Bakti itu sendiri).” (Tengah
Sempurna XVIII.1)
“Adapun
yang dinamakan Laku Bakti itu adalah dapat melanjutkan cita-cita mulia dengan
sebaik-baiknya dan dapat meneruskan pekerjaan mulia daripada para orang tua dan
leluhurnya dengan sesempurna mungkin.” (Tengah
Sempurna XVIII.2)
“Pada
saat Upacara Sembahyang Musim Semi maupun Sembahyang Musim Rontok, Kuil leluhur
itu tentulah sudah diperbaiki dan dirawat sebaik-baiknya. Pada saat itu diaturlah barang-barang warisan dan pakaian-pakaian
peninggalan dari leluhurnya dengan rapi serta menyajikan makanan sesuai dengan
musimnya.” (Tengah Sempurna XVIII.3)
Di dalam upacara sembahyang di
Kuil leluhur :
Orang-orang yang bermarga sama diatur di kanan dan kiri, sehingga dengan demikian dapat dibedakan jauh dekatnya hubungan kekeluargaannya.
Orang-orang
yang berlainan marga diatur menurut tingkat kedudukannya, sehingga dengan
demikian dapat dibedakan tinggi rendahnya kedudukannya.
Bagi
para petugas upacara diatur menurut tugasnya masing-masing, sehingga dengan
demikian dapat dibedakan kecakapan masing-masing.
Kemudian
para hadirin saling memberi selamat dimana pihak yang lebih muda menyampaikan
minuman kepada pihak yang lebih tua. Dengan demikian pihak
yang muda akan memperoleh berkah.
Setelah Upacara selesai, lalu
diaturlah tempat duduk menurut warna rambut (tua dan mudanya) usia, sehingga dengan demikian dapat dibedakan tingkatan
usianya.” (Tengah Sempurna XVIII.4)
“Dengan menjalankan Upacara
Sembahyang di Kuil Leluhur akan dapat memberikan kedudukan (yang terhormat)
kepada leluhur. Ditabuhnya musik-musik mendiang orang tua / leluhur,
menghormati leluhur yang juga dihormati oleh orang tua, melayani dengan hormat
kepada (leluhur) yang telah mangkat seperti halnya melayani yang masih hidup
serta melayani yang telah mangkat seperti halnya dulu melayani ketika masih
hidup, demikianlah yang dinamakan puncaknya Laku Bakti.” (Tengah
Sempurna XVIII.5)
“Dengan melakukan Upacara
Sembahyang Jiao 郊 dan She 社, berarti telah melakukan pengabdian kepada
Shang Di 上帝, Tian Yang Maha
Tinggi.
Dengan
melakukan Upacara Sembahyang di Kuil Leluhur, berarti telah melakukan
pengabdian kepada nenek moyang.
Orang yang
mengerti makna Upacara Sembahyang Jiao 郊 dan She 社 She serta Upacara Sembahyang di Kuil Leluhur serta
dapat melaksanakannya dengan sempurna, maka untuk mengatur negara adalah mudah
laksana melihat telapak tangan sendiri.” (Tengah
Sempurna XVIII.6)
Bab XIX
Jalan Suci dan Pemerintahan
Rajamuda
Lu Ai Gong 魯哀公 [494 SM – 467 SM] bertanya
tentang Pemerintahan. (Tengah Sempurna XIX.1)
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Tata Negara dan Cara
Pemerintahan Zhou Wen Wang 周文王 dan
Zhou Wu Wang 周武王 masih
dapat diketahui dari kitab-kitab kuno yang ditulis pada potongan-potongan bambu
dan kayu.
Jikalau orang yang dapat mengerti dan sanggup menjelaskan hal itu masih ada, maka pemerintahan semacam itu masih ada harapan untuk dapat dijalankan. Sebaliknya jika orang yang dapat mengerti dan menjelaskannya sudah tidak ada lagi, maka pemerintahan semacam itu juga akan lenyap.” (Tengah Sempurna XIX.2)
Jikalau orang yang dapat mengerti dan sanggup menjelaskan hal itu masih ada, maka pemerintahan semacam itu masih ada harapan untuk dapat dijalankan. Sebaliknya jika orang yang dapat mengerti dan menjelaskannya sudah tidak ada lagi, maka pemerintahan semacam itu juga akan lenyap.” (Tengah Sempurna XIX.2)
“Adapun Jalan Suci Manusia adalah berusaha
menjalankan pemerintahan yang sempurna (hingga dapat membawa kesejahteraan bagi
seluruh rakyat di dunia), sedangkan Jalan Suci Bumi adalah menyempurnakan
pertumbuhan pohon-pohonan dan tanaman yang lain.
Maka bila ada orang yang tepat di dalam pemerintahan suatu negara, urusan pemerintahan-pun menjadi mudah laksana tumbuhnya tanaman Pu Lu 蒲盧 (semacam rumput yang mudah tumbuh).” (Tengah Sempurna XIX.3)
“Oleh
karena itu, jalannya pemerintahan itu tergantung pada orangnya.
Sedang untuk mendapatkan orang yang bijaksana untuk menjalankan pemerintahan itu
sangat tergantung kepada tindakan membina diri daripada sang Raja sendiri.
Agar dapat membina dirinya, seorang Raja haruslah berusaha untuk hidup selaras dengan Jalan Suci. Dan untuk hidup selaras dengan Jalan Suci, seorang Raja mengembangkan benih Cinta Kasih.” (Tengah Sempurna XIX.4)
Agar dapat membina dirinya, seorang Raja haruslah berusaha untuk hidup selaras dengan Jalan Suci. Dan untuk hidup selaras dengan Jalan Suci, seorang Raja mengembangkan benih Cinta Kasih.” (Tengah Sempurna XIX.4)
“Cinta
Kasih itulah salah satu Jalan Suci Manusia dan mengasihi orang tua (Laku Bakti)
itulah yang terbesar. Kebenaran itulah pedoman wajib yang
harus selalu dipegang teguh, dan memuliakan para bijaksana itulah yang terutama
(harus dilakukan dalam pemerintahan). Adapun perbedaan
dalam mengasihi orang tua dan memuliakan para bijaksana itu terdapat dalam
(aturan) Kesusilaan.” (Tengah Sempurna XIX.5)
“Bila
bawahan (menteri) tidak mendapat kepercayaan dari atasan (Raja), simpati
rakyatpun tidak akan didapat dan pemerintahan tidak akan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.” (Tengah Sempurna XIX.6)
“Maka
seorang Junzi 君子
(Susilawan) tidak boleh tidak, harus senantiasa membina diri.
Bila
berhasrat membina diri tidak boleh tidak, harus mengabdi dengan setulus hati
kepada orang tua.
Bila
berhasrat mengabdi kepada orang tua tidak boleh tidak, harus dapat mengenal
manusia. Dan
bila berhasrat untuk mengenal manusia tidak boleh tidak, harus mengenal kepada Tian
Yang Maha Esa.” (Tengah Sempurna XIX.7)
“Adapun Jalan Suci yang harus
ditempuh seorang Junzi 君子
(Susilawan) di dunia ini mempunyai Lima Perkara dengan Tiga Pusaka, yakni :
- Hubungan antara raja dengan menteri (atasan dengan bawahan)
- Hubungan antara ayah dengan anak
- Hubungan antara suami dengan istri
- Hubungan antara kakak dan adik
- Hubungan antara kawan dan sahabat.
Kelima
hubungan kemasyarakatan inilah yang dimaksud dengan Lima Perkara dalam Jalan
Suci seorang Junzi yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
- Kebijaksanaan
- Cinta Kasih
- Berani
Tiga
sikap inilah yang dinamakan Tiga Pusaka yang harus dimiliki oleh setiap Junzi
yang berhasrat hidup di dalam Jalan Suci. Maka untuk
dapat melaksanakan Lima Perkara dan Tiga Pusaka ini, seseorang haruslah
mempunyai tekad yang Satu (tidak mendua).” (Tengah Sempurna XIX.8)
Ada orang
yang sejak lahir sudah (mempunyai bakat untuk) bijaksana.
Ada orang
yang karena belajar kemudian menjadi bijaksana.
Ada juga
orang yang karena telah menanggung sengsara lalu belajar dari pengalamannya dan
kemudian menjadi bijaksana.
Adapun
kebijaksanaan (yang dicapai ketiga orang yang disebut diatas) itu adalah Satu
juga.
Ada orang
yang dengan mudah tenang menjalani hidup didalam Jalan Suci
Ada orang
yang karena melihat faedahnya kemudian mau menjalani hidup di dalam Jalan Suci.
Ada juga
orang yang dengan susah payah dan memaksakan dirinya
untuk dapat menjalani hidup di dalam Jalan Suci.
Adapun
hasil yang akan dicapai oleh ketiga orang ini adalah Satu juga.” (Tengah
Sempurna XIX.9)
Kong Zi 孔子 bersabda, ”Suka Belajar itu akan mendekatkan kita kepada
Kebijaksanaan. Dengan sekuat tenaga berusaha melaksanakan Kebijaksanaan itu
(dalam kehidupan sehari-hari) akan dapat mendekatkan
kita kepada sikap Cinta Kasih. Dan Rasa Tahu Malu itu akan
mendekatkan kita kepada sikap Berani yang sesungguhnya.” (Tengah
Sempurna XIX.10)
Apabila
telah dapat memahami inti daripada Tiga Pusaka itu, niscaya dapat pula memahami
bagaimana caranya untuk membina diri.
Apabila telah dapat memahami cara untuk membina diri, niscaya dapat pula memahami
bagaimana caranya untuk mengatur manusia.
Apabila telah dapat memahami cara untuk mengatur manusia, niscaya dapat pula memahami
bagaimana cara untuk mengatur dunia, negara dan rumah tangga. (Tengah
Sempurna XIX.11)
Untuk memimpin dunia, negara maupun rumah
tangga, ada sembilan pedoman yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, yakni :
- Membina diri.
- Memuliakan para bijaksana.
- Mengasihi orang tua.
- Menghormati menteri-menteri besar.
- Tepaselira terhadap menteri-menteri bawahan.
- Mencintai rakyat seperti halnya mencintai anaknya sendiri.
- Mengundang beratus macam ahli yang sanggup memajukan negara.
- Menenteramkan hati orang-orang (pengunjung) yang datang dari jauh.
- Menimbulkan rasa patuh dari raja-raja negara lain.” (Tengah Sempurna XIX.12)
1. Dengan
membina diri, barulah kita dapat menegakkan diri hidup di dalam Jalan Suci.
2. Dengan
memuliakan para bijaksana, barulah kita dapat membebaskan diri dari pemikiran
yang sesat dan tidak benar.
3. Dengan
mengasihi orang tua, barulah kita dapat menghindarkan diri dari rasa penyesalan
orang lain.
4. Dengan
menghormati menteri-menteri besar, barulah kita dapat melimpahkan kepercayaan kita
sepenuhnya kepada mereka dan mereka akan bekerja
dengan baik karena telah memperoleh kepercayaan.
5. Dengan
bersikap Tepaselira terhadap menteri-menteri bawahan, maka niscaya mereka akan merasa dihargai dan akan berusaha sekuat tenaga untuk
bekerja sesuai Kesusilaan.
6. Dengan
mencintai rakyat seperti halnya mencintai anaknya sendiri, akan
menyebabkan mereka menjadi gampang diatur dan mudah diajak untuk berbuat
Kebajikan.
7. Dengan
mengundang beratus macam ahli yang sanggup memajukan negara, niscaya semua
kebutuhan negara dan rakyat akan dapat terpenuhi.
8. Dengan
menenteramkan hati orang-orang (pengunjung) yang datang dari jauh, niscaya
orang-orang dari empat penjuru akan datang
berbondong-bondong ke negeri kita dan ingin menjadi warga negara kita.
9. Dengan
menimbulkan rasa patuh dari raja-raja negara lain, niscaya seluruh dunia akan menjadi damai karena menaruh segan dan hormat. (Tengah
Sempurna XIX.13)
- Dengan berpuasa, membersihkan hati, mengenakan pakaian lengkap dan tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan Kesusilaan, inilah yang harus dilakukan dalam hal membina diri.
- Dengan menyingkirkan para penghasut, menjauhi foya-foya yang tiada guna, tidak mengutamakan harta melainkan hanya memuliakan Kebajikan, maka akan dapat menarik para bijaksana.
- Dengan menjunjung tinggi kemuliaan suatu kedudukan, memberikan gaji yang cukup serta mengimbangi apa yang disuka dan dibenci rakyat, maka hal ini akan dapat membuat rakyat jadi mengasihi orang tua.
- Dengan melengkapkan anggota tiap-tiap jawatan (departemen), akan dapat menarik para menteri besar untuk datang mengabdi.
- Dengan berlaku Satya 忠 dan Dapat Dipercaya 信 serta memberi gaji yang layak, akan dapat menarik para menteri bawahan.
- Dengan mengingat waktu di dalam memerintah rakyat (untuk melakukan sesuatu) dan meringankan beban pajak, maka hal ini akan dapat menarik hati rakyat.
- Dengan tiap hari melakukan pemeriksaan, tiap bulan melakukan pengujian dan menimbang tentang pemberian tunjangan atas hasil pekerjaan yang berhasil baik, hal ini akan dapat menarik beratus ahli untuk bekerja di negeri kita.
- Dengan mengantarkan orang yang akan pergi, menyambut mereka yang datang, menghargai siapa saja yang berbuat baik dan menaruh simpati kepada yang tidak pandai, maka hal ini akan dapat menenteramkan hati orang-orang yang datang dari jauh.
- Dengan melanjutkan persembahyangan bagi keluarga yang putus turunan, membangun kembali tempat-tempat yang hancur (akibat peperangan), menentramkan keadaan yang kacau, menolong orang yang dilanda kesukaran, bersidang tepat pada waktunya, banyak memberi dan sedikit menerima (meminta), maka hal ini akan dapat mendatangkan rasa hormat di hati raja-raja dari negara lain. (Tengah Sempurna XIX.14)
“Untuk
memimpin dunia memang ada Sembilan Pedoman yang terutama, tetapi untuk
melaksanakan ke Sembilan Pedoman itu hanya ada Satu Dasarnya.” (Tengah
Sempurna XIX.15)
“Di dalam menangani setiap
perkara, bila sudah ada rencana / persiapan yang pasti, niscaya (kemungkinan
besar) akan berhasil, tapi jika tidak ada rencana /
persiapan yang pasti, niscaya akan gagal.
Di dalam berkata-kata, bila
terlebih dahulu telah mempunyai ketetapan (persiapan yang matang), niscaya
tidak akan gagap (tidak dapat mengucapkan apa yng dimaksudkan)..
Di dalam pekerjaan, bila
terlebih dahulu telah mempunyai ketetapan, niscaya pekerjaan itu tidak
akan sampai terhenti di tengah jalan.
Di
dalam menjalankan hidup selaras dengan Jalan Suci, bila sebelumnya telah
mempunyai ketetapan, niscaya tidak akan sampai mengalami putus asa ataupun
putus di tengah jalan.” (Tengah Sempurna XIX.16)
“Apabila bawahan (menteri)
tidak mendapatkan kepercayaan dari atasan (Raja), rakyat tidak akan bersimpati
dan pemerintahan tidak akan berjalan dengan lancar.
Untuk
mendapatkan kepercayaan dari atasan tentu ada caranya.
Apabila tidak mendapat kepercayaan dari teman-teman, niscaya tidak akan mendapat kepercayaan dari atasan.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari teman-teman tentu ada caranya. Apabila tidak patuh terhadap orang tua, niscaya tidak akan mendapat kepercayaan dari teman-teman.
Untuk
dapat patuh kepada orang tua tentu ada caranya.
Apabila tidak dapat memenuhi diri dengan Iman, niscaya tidak akan dapat patuh dengan setulus hati kepada orang tua.
Apabila tidak dapat memenuhi diri dengan Iman, niscaya tidak akan dapat patuh dengan setulus hati kepada orang tua.
Untuk
dapat memenuhi diri dengan Iman tentu ada caranya. Apabila tidak dapat menyadari dengan benar tentang apa yang baik,
niscaya tidak akan dapat memenuhi diri dengan Iman.” (Tengah
Sempurna XIX.17)
“Iman
(Ketulusan Hati Yang Suci Murni) itulah Jalan Suci Tian Yang Maha Esa. Berusaha memperoleh Iman itulah yang disebut sebagai Jalan Suci
Manusia.
Yang
sudah memperoleh Iman ini dengan tanpa memaksakan diri, tentu telah dapat
berlaku Tengah dan tanpa harus berpikir-pikir, tentu telah dapat memperoleh
Kesadaran dan hidup selaras dengan Jalan Suci. Orang yang memperoleh iman inilah yang dinamakan sebagai seorang
Nabi.
Yang
beroleh Iman ini tentulah orang yang setelah dapat memilih Kebenaran dan
kemudian didekap sekokoh-kokohnya.” (Tengah Sempurna XIX.18)
“Banyak-banyaklah belajar,
pandai-pandailah bertanya, hati-hatilah memikirkannya, jelas-jelaslah
menguraikannya dan sungguh-sungguhlah melaksanakannya.” (Tengah
Sempurna XIX.19)
Memang
(masih) ada hal-hal yang (mungkin) belum dapat dipelajari, tetapi hal-hal yang
sudah dipelajari walaupun belum mengerti benar, janganlah dilepaskan.
Memang
(masih) ada hal-hal yang (mungkin) belum ditanyakan, tetapi hal-hal yang sudah
ditanyakan, jika belum dimengerti benar, janganlah berhenti bertanya.
Memang
(masih) ada hal-hal yang (mungkin) belum dipikirkan, tetapi hal-hal yang sudah
dipikirkan, jika belum dimengerti benar, janganlah dilepaskan begitu saja.
Memang
(masih) ada hal-hal yang (mungkin) belum dapat diuraikan dengan jelas, tetapi
hal-hal yang sudah diuraikan walaupun belum terperinci benar, janganlah
dilepaskan.
Memang
(masih) ada hal-hal yang (mungkin) belum/tidak dapat dilaksanakan, tetapi
hal-hal yang sudah dilakukan walaupun belum sempurna benar, janganlah
dilepaskan.
Bila orang lain
dapat melakukan hal itu satu kali, diri sendiri harus berani (dan berusaha
sekuat tenaga untuk) melakukannya seratus kali. Bila orang lain
dapat melakukan hal itu sepuluh kali, maka diri sendiri harus berani (dan
berusaha sekuat tenaga untuk) melakukannya seribu kali. (Tengah
Sempurna XIX.20)
“Dengan usaha seperti ini,
hasil yang dihasilkanpun tidak akan terlalu mengecewakan. Yang bodoh sekalipun akan menjadi mengerti dan yang lemah sekalipun
akan dapat menjadi kuat.” (Tengah Sempurna XIX.21)
Bab XX
Iman dan Kesadaran
Orang
yang karena memperoleh Iman kemudian menjadi Sadar (dan hidup selaras dengan
Jalan Suci), maka ini dinamai hasil perbuatan Watak Sejati. Sedang orang yang karena sadar kemudian baru memperoleh Iman,
inilah yang dinamai hasil mengikuti agama. Demikianlah Iman itu (dapat)
membuat orang menjadi sadar dan Kesadaran itu akan menjadikan
orang beroleh Iman. (Tengah Sempurna XX)
Bab XXI
Yang Mencapai Puncak Iman
Hanya
orang yang telah mencapai Puncak Iman di dunia ini yang dapat mengembangkan
Watak Sejatinya dengan sempurna.
Karena dapat mengembangkan
Watak Sejatinya dengan sempurna, maka ia akan dapat membantu orang lain mengembangkan Watak
Sejatinya.
Karena dapat membantu orang lain mengembangkan Watak Sejatinya, maka ia akan dapat pula
membantu segenap wujud untuk mengembangkan Watak Sejatinya masing-masing.
Karena dapat membantu segenap
wujud untuk mengembangkan Watak Sejatinya masing-masing, maka ia akan dapat membantu Langit dan Bumi untuk
menyelenggarakan peleburan dan pengembangan.
Karena dapat membantu Langit
dan Bumi dapat menyelenggarakan peleburan dan pengembangan, maka Ia pantas disebut telah menjadi Tritunggal dengan Langit dan
Bumi. (Tengah Sempurna XXI)
Bab XXII
Yang Tingkat Kedua
Orang yang digolongkan sebagai
tingkat kedua adalah orang yang pada akhirnya memperoleh Iman walaupun
sebelumnya harus menempuh cara yang berbelit-belit.
●
Iman itu menjadikan wujud.
●
Wujud menjadikan kenyataan.
●
Kenyataan menjadikan gilang gemilang.
●
Gilang gemilang menjadikan gerak.
●
Gerak menjadikan perubahan.
●
Dan perubahan menjadikan peleburan.
Hanya
orang yang telah memperoleh Puncak Iman di dunia ini yang dapat melakukan
peleburan (bersama-sama dengan langit dan bumi). (Tengah
Sempurna XXII)
Bab XXIII
Tanda-Tanda Ajaib
(Tengah
Sempurna XXIII)
Jalan Suci seorang yang sudah
mencapai Puncak Iman itu menjadikannya dapat mengetahui apa
yang akan terjadi.
Negara yang akan
berkembang, niscaya ada gejala-gejala yang membawa bahagia dan negara yang akan
musnah, niscaya ada gejala-gejala yang tidak baik.
Hal
itu dapat diketahui dari tanda-tanda yang terdapat pada rumput Shi atau pada
tempurung kura-kura dan nampak pula di dalam gerakan-gerakan anggota badan.
Tentang datangnya celaka atau
bahagia itu, yang baik akan dapat diketahui lebih
dahulu dan yang tidak baik-pun akan diketahui lebih dahulu. Maka orang yang
memperoleh Puncak Iman itu akan seperti malaikat. (Tengah
Sempurna XXIII)
Bab XXIV
Iman dan Jalan Suci
Iman
itu harus disempurnakan sendiri dan Jalan Suci itu harus dijalani sendiri. (Tengah
Sempurna XXIV.1)
Iman
itulah pangkal dan ujung segenap wujud. Tanpa Iman, segala
wujud-pun tiada. Maka seorang Junzi 君子 (Susilawan) senantiasa memuliakan Iman. (Tengah
Sempurna XXIV.1)
Menyempurnakan
diri sendiri bukanlah merupakan Puncak Iman, melainkan menyempurnakan segenap
wujud itulah yang merupakan Puncak Iman.
Cinta
Kasih itu menyempurnakan diri dan Bijaksana itu menyempurnakan segenap wujud. Inilah Kebajikan Watak Sejati dan inilah Keesaan Luar-Dalam
daripada Jalan Suci. Maka dari itu setiap saat
janganlah pernah melalaikannya. (Tengah Sempurna XXIV.3)
Bab XXV
Keabadian
Maka
orang yang mencapai Puncak Iman itu tiada pernah ada saat berhenti. (Tengah
Sempurna XXV.1)
Karena
tiada saat berhenti itulah maka Dia dapat berlangsung lama.
Karena
berlangsung lama itulah, maka Dia dapat menghimpun banyak pengetahuan sehingga
jauhlah yang dicapaiNya.
Karena
bisa mencapai yang sangat jauh, maka luas dan teballah pengertianNya.
Karena luas dan tebal
pengertianNya, maka tinggi dan cemerlanglah Dia. (Tengah Sempurna XXV.2)
Karena
luas dan tebal pengertianNya itulah maka Dia dapat mendukung segenap wujud.
Karena
tinggi dan cemerlang KebajikanNya, maka dapatlah Dia melindungi segenap wujud.
Dan
karena berlangsung lama dan jauh, maka dapatlah Dia menyempurnakan segenap
wujud. (Tengah Sempurna XXV.3)
Luas
dan tebal pengertianNya itulah yang menyebabkan Dia selaras dengan bumi.
Tinggi
dan cemerlang KebajikanNya itulah yang menyebabkan Dia selaras dengan langit.
Lama berlangsungNya
dan jauh pencapaianNya itulah yang menyebabkan Dia tidak terbatas. (Tengah
Sempurna XXV.4)
Demikianlah maka (Yang mencapai
Puncak itu),
Dengan
tanpa menonjolkan dir, Diai telah terlihat dengan jelas.
Dengan
tanpa bergerak, Dia telah melakukan perubahan.
Dan
dengan tanpa berbuat, Dia telah menyempurnakan. (Tengah
Sempurna XXV.5)
Jalan Suci Langit dan Bumi itu
cukup dinyatakan dengan satu kalimat saja, yakni : Yang menjadikan segenap wujud itu bukanlah
prinsip yang mendua, tetapi wujud yang ditumbuhkanNya itu tidaklah dapat
diperkirakan. (Tengah Sempurna XXV.6)
Maka dikatakan
Jalan Suci Langit dan Bumi itu luas, tebal, tinggi, gemilang, jauh dan abadi. (Tengah
Sempurna XXV.7)
Adapun
yang dinamakan Langit itu dari satu sudut biasa disebutkan hanya berwujud
sesuatu yang guram-suram. Akan tetapi
yang sesungguhnya Langit itu tiada batasnya. Matahari, bulan,
bintang-bintang dan cakrawala tertebar di dalamnya demikian pula berlaksa benda
diliputinya !!!
Adapun
yang dinamakan Bumi itu dari satu sudut biasa disebutkan tidak lebih dari
segenggam tanah. Akan tetapi yang sesungguhnya Bumi
itu amat luas dan tebal. Gunung Hua 華 dan Yue 嶽 dapat didukungnya dengan tiada merasa berat, sungai
dan laut dapat ditampung dengan tanpa tercecer demikian juga segenap benda didukungnya !!!
Adapun
yang dinamakan Gunung itu dari satu sudut biasa disebutkan tidak lebih dari
sebutir batu. Akan tetapi yang sesungguhnya Gunung
itu amat luas dan besar. Rumput-rumput dan pohon-pohon
tumbuh diatasnya, burung dan hewan diam disana dan berbagai permata tersimpan
didalamnya.
Adapun
yang dinamakan Air itu dari satu sudut biasa disebutkan tidak lebih dari
segayung. Akan tetapi yang sesungguhnya Air
itu sangat tidak terduga. Kura-kura besar, buaya, naga
tidak bertanduk dan bertanduk, ikan, bulus semuanya hidup didalamnya demikian
pula dengan barang-barang yang terdapat di dasarnya. (Tengah
Sempurna XXV.8)
(Tengah
Sempurna XXV.9)
Di dalam kitab《Shi
Jing IVA.2:1》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Hanya Firman Tian YME sajalah yang Maha Mulia dan Kekal.’ Kalimat ini hendak menyatakan, “Demikianlah sebabnya mengapa kita
menyeru Tian YME dengan sebutan Tian YME.” Tertulis pula, ‘Ah, tidak
jelaskah Kebajikan Murni Wen Wang 文王 itu ?’
Kalimat ini tentulah hendak menyatakan, “Demikianlah sebabnya mengapa Wen Wang disebut dengan gelar kehormatan Wen 文, karena Kemurniannya itulah yang tiada berkesudahan.” (Tengah Sempurna XXV.9)
Kalimat ini tentulah hendak menyatakan, “Demikianlah sebabnya mengapa Wen Wang disebut dengan gelar kehormatan Wen 文, karena Kemurniannya itulah yang tiada berkesudahan.” (Tengah Sempurna XXV.9)
Bab XXVI
Jalan Suci Nabi
Maha Besar Jalan Suci Nabi. (Tengah
Sempurna XXVI.1)
Sangat Luaslah Dia, berlaksa
wujud dikembangkan dan dipelihara, kemuliaanNya meninggi langit. (Tengah
Sempurna XXVI.2)
Alangkah
besar peranan yang dijalankanNya. Daripadanya
ditetapkan tiga ratus macam tata susila dan tiga ribu macam peraturan. (Tengah
Sempurna XXVI.3)
Hal ini
menantikan orang di kemudian hari yang dapat melaksanakannya. (Tengah
Sempurna XXVI.4)
Maka
dikatakan, “Kalau bukan yang telah mencapai Puncak Kebajikan, tidak akan dapat
Dia mencapai Puncak Jalan Suci.” (Tengah Sempurna XXVI.5)
Maka
seorang Junzi 君子
(Susilawan) memuliakan Kebajikan Watak Sejati-nya dan menjalankan sikap Suka
Belajar dan bertanya. Luas dan besarlah pengetahuannya sehingga dapat
memahami apa yang lembut dan rahasia.
Dengan ketinggian dan kegemilangannya ia menjalankan Laku Tengah Sempurna. Dengan mempelajari yang kuno, ia dapat memahami yang baru. Dengan Ketulusan hati yang tebal, ia menjunjung Kesusilaan. (Tengah Sempurna XXVI.6)
Dengan ketinggian dan kegemilangannya ia menjalankan Laku Tengah Sempurna. Dengan mempelajari yang kuno, ia dapat memahami yang baru. Dengan Ketulusan hati yang tebal, ia menjunjung Kesusilaan. (Tengah Sempurna XXVI.6)
Maka pada saat berkedudukan
tinggi,iia tidak sombong dan pada saat berkedudukan
rendah, ia tidak berbimbang hati.
Pada
saat negara di dalam Jalan Suci, kata-katanya cukup dapat membawa bahagia dan
pada saat negara ingkar dari Jalan Suci, kebungkamannya cukup untuk melindungi
dirinya.
Di dalam kitab (Shi
Jing III.3.6:4) 詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, “Kesadaran Batin yang sempurna itu akan dapat melindungi
diri.” Sanjak di atas ini kiranya hendak memaksudkan hal ini.
(Tengah Sempurna XXVI.7)
Bab XXVII
Menetapi Kedudukan
Kong Zi 孔子 bersabda,
“Orang bodoh tetapi suka memakai cara sendiri,
berkedudukan rendah suka menonjolkan diri, hidup pada jaman ini tetapi ingin
menjalankan peraturan-peraturan kuno (yang sudah lapuk), perbuatan semacam ini
niscaya membawa malapetaka baginya.” (Tengah Sempurna XXVII.1)
Kalau
bukan seorang raja, maka orang tidak berhak menetapkan Tata Susila, tidak
berwenang menetapkan ukuran dan tidak berwenang pula menetapkan Kesatuan huruf. (Tengah
Sempurna XXVII.2)
Pada saat ini di dunia setiap
kereta sama rodanya, tiap kitab sama hurufnya dan tiap
adat sama pelaksanaannya. (Tengah Sempurna XXVII.3)
Meskipun
berkedudukan bila tidak berKebajikan tidak berani membuat Tata Susila dan
Musik. Sekalipun ber-Kebajikan bila tidak
berkedudukan, tidak berani pula membuat Tata Susila dan Musik. (Tengah
Sempurna XXVII.4)
Kong
Zi 孔子 bersabda,
“Aku dapat membicarakan Kesusilaan Dinasti Xia 夏朝 (2205 SM – 1766 SM), tetapi
negeri Qi 杞國 tidak
cukup memberi bukti-buktinya. Lalu
Kupelajari Kesusilaan Dinasti Shang 商朝
(1766 SM – 1122 SM), ternyata negeri Song 宋國
masih dapat memeliharanya. Akhirnya kupelajari
Kesusilaan Dinasti Zhou 周朝 (1122 SM
– 256 SM) yang saat ini masih dijalankan. Maka Aku
mengikuti Dinasti Zhou.” (Tengah Sempurna XXVII.5)
Bab XXVIII
Hukum Yang Di Dalam Jalan Suci
Bagi
orang yang memerintah dunia, ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar dapat
mengurangi kesalahan. (Tengah Sempurna XXVIII.1)
Betapapun
baiknya peraturan yang dibuat orang besar jaman dahulu itu, tetapi kini sudah
tidak ada kenyataannya lagi. Karena sudah tidak ada
kenyataannya lagi inilah, maka tidak akan mendapatkan
kepercayaan. Karena tidak mendapatkan kepercayaan maka rakyatpun tidak mau mengikutinya.
Betapapun baiknya peraturan
yang dibuat oleh orang yang berkedudukan rendah, ternyata tetap saja tidak akan mendapatkan penghormatan. Karena tidak mendapatkan
penghormatan, maka tidak akan mendapatkan kepercayaan.
Karena tidak mendapatkan kepercayaan, maka rakyatpun tidak
mau mengikutinya. (Tengah Sempurna XXVIII.2)
Maka
Jalan Suci seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu menuntut diri sendiri sebagai pokok.
Dinyatakan itu kepada rakyat banyak, diujikan itu kepada hukum Tiga Raja yang
lalu itu agar tiada kesalahan, ditegakkan di antara langit dan bumi sampai
tiada lagi pelanggaran dan dinyatakan itu ke hadapan Tian Yang Maha Roh
sehingga tiada lagi keraguan. Maka walaupun harus menunggu beratus jaman serta
munculnya seorang Nabi baru, (seorang Junzi) tidaklah (pernah) merasa was-was. (Tengah
Sempurna XXVIII.3)
Dinyatakan ke hadapan Tian
Yang Maha Roh sehingga tiada lagi keraguan’, kalimat ini menunjukkan bahwa
seorang Junzi 君子 (Susilawan) itu
mengenal Tian. ‘Walaupun harus menunggu beratus jaman serta munculnya
seorang Nabi baru, tidak pernah merasa was-was’, kalimat ini menunjukkan bahwa
seorang Junzi itu mengenal manusia. (Tengah Sempurna XXVIII.4)
Maka seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu segenap gerakannya turun temurun akan menjadi
Jalan Suci bagi Dunia. Perbuatannya turun temurun akan
menjadi contoh hukum di dunia. Dan kata-katanya turun temurun akan menjadi pedoman bagi dunia. Maka yang jauh akan mengharapkan dan yang dekat tidak akan merasa jemu. (Tengah
Sempurna XXVIII.5)
Di dalam kitab《Shi
Jing IV.IB.3:2》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Di sana tiada
yang membenci, di sini tiada yang menyesali. Siang malam tak
pernah lalai, maka diperolehnya pujian sepanjang masa tanpa berkesudahan.’
Belum pernah ada seorang Junzi 君子 (Susilawan) yang tidak
demikian akan dapat segera memperoleh pujian di dunia
ini. (Tengah Sempurna XXVIII.6)
Bab XXIX
Nabi Penerus dan Penyempurna
Zhong Ni 仲尼 {nama
kecil Kong Zi 孔子 }
meneruskan Jalan Suci Yao 堯 [2357
SM – 2255 SM] dan Shun 舜 [2255
SM – 2205 SM] serta mengembangkan Jalan Suci Zhou Wen Wang 周文王 dan Zhou
Wu Wang 周武王. Di atas sesuai dengan peredaran alam semesta dan di bawah sesuai
dengan air dan tanah. (Tengah Sempurna XXIX.1)
Beliau
adalah laksana Langit dan Bumi, tiada sesuatu yang tidak didukungnya dan tiada
sesuatu yang tidak diteduhinya.
Beliau
adalah laksana Empat Musim saling berganti tiada hentinya, sebagai matahari dan
bulan saling berseling memberi cahaya. (Tengah
Sempurna XXIX.2)
Berlaksa
wujud terpelihara dengan tidak saling mencelakakan, begitupun Jalan Suci
terlaksana dengan tiada yang saling bertentangan.
Kebajikan
Kecil Kong Zi 孔子 adalah
ibarat air yang mengalir tiada hentinya (guna memberi kehidupan kepada segala
mahkluk), sedangkan Kebajikan Besar Kong Zi adalah sebagai pokok terutama yang
melakukan pembentukan dan peleburan segala sesuatu dengan tiada habisnya.
Karena
itulah dikatakan mengapa Jalan Suci Langit dan Bumi itu demikian besar. (Tengah
Sempurna XXIX.3)
Bab XXX
Nabi Bagi Semua
(Tengah
Sempurna XXX.1)
Hanya seorang Nabi di dunia ini
yang mencapai kepandaian luhur yang sempurna, yakni :
●
Terang pendengarannya
●
Jelas penglihatannya
●
Cerdas pikirannya
●
Bijaksana perbuatannya.
Dengan demikian cukuplah
(syarat) Ia menjadi Pemimpin (Dunia).
Keluasan
dan Kemurahan Hatinya, Kesabaran serta Kelemah-lembutanNya, cukup untuk
meliputi segala sesuatu.
SemangatNya
yang berkobar-kobar, Keteguhan dan Kekerasan hatinya yang tidak mudah tunduk
serta Tahan Uji, cukup untuk mengendalikan dan mengatur pekerjaan besar.
KejujuranNya, KemuliaanNya,
KelurusanNya serta sikapnya yang Tengah Sempurna, cukup untuk menunjukkan
kesungguhan dan ketulusan hatiNya.
KedisplinanNya,
Tanggung jawabNya, KetelitianNya serta sikap Kehati-hatianNya, cukup baginya untuk
dapat memilahkan segala sesuatu. (Tengah Sempurna XXX.1)
KebajikanNya tersebar luas,
dalam, tenang dan mengalir tiada henti-hentinya ibarat air yang keluar dari
sumbernya. (Tengah Sempurna XXX.2)
Keluasan
daripada KebajikanNya adalah laksana luasnya Langit yang meliputi segala
sesuatu dibawahnya.
Kedalaman
dan KetenanganNya adalah laksana air yang sangat dalam dan tidak dapat diduga
dalamnya.
Kebajikan
Beliau yang Maha Besar, Maha Luas dan Maha Dalam itu menjadikan rakyat yang melihatnya,
tiada yang tidak menghormat kepadaNya. Rakyat yang mendengar
kata-kataNya tiada yang tidak menaruh percaya akan
KebenaranNya. Dan rakyat yang mengetahui perbuatanNya, tiada
yang tidak bergembira. (Tengah Sempurna XXX.3)
Demikianlah kemasyhuran Nama
Kong Zi 孔子 hingga
tersebar meliputi seluruh Tiongkok, tersebar hingga ke tempat-tempat yang masih
didiami oleh suku-suku barbar, dan dimanapun segala macam perahu ataupun kereta
dapat mencapainya serta dimana saja tenaga manusia dapat menempuhnya.
KegemilanganNya meliputi semua yang dinaungi Langit dan didukung Bumi, yang disinari matahari dan bulan serta yang ditimpa salju dan embun. Semua mahkluk yang berdarah dan bernafas, tiada yang tidak menjunjung tinggi dan mencintaiNya. Maka dikatakan bahwa Kong Zi telah manunggal dengan Tian Yang Maha Esa. (Tengah Sempurna XXX.4)
KegemilanganNya meliputi semua yang dinaungi Langit dan didukung Bumi, yang disinari matahari dan bulan serta yang ditimpa salju dan embun. Semua mahkluk yang berdarah dan bernafas, tiada yang tidak menjunjung tinggi dan mencintaiNya. Maka dikatakan bahwa Kong Zi telah manunggal dengan Tian Yang Maha Esa. (Tengah Sempurna XXX.4)
Bab XXXI
Sandaran Yang Teguh
Hanya seorang yang telah
mencapai Puncak Iman di dunia ini yang dapat membukukan dan menghimpun Kitab
Besar Dunia, menegakkan Pokok Dasar Kebajikan dari Watak Sejati, dan ikut serta
dalam setiap peleburan dan pemeliharaan diantara langit dan bumi. Maka adakah
tempat lain yang lebih teguh sebagai tempat bersandar ? (Tengah
Sempurna XXXI.1)
Betapa
Tulus dan Sungguh-sungguh Cinta Kasih dan KebajikanNya.
Betapa Dalam dan Tenang laksana air yang sangat dalam !
Keluasan dan KebesaranNya memenuhi langit. (Tengah
Sempurna XXXI.2)
Sesungguhnyalah
bahwa kalau bukan seorang yang terang pendengarannya, jelas penglihatannya,
Cerdas dan Bijaksana, siapakah selain Kong Zi 孔子 yang mengerti segala
sesuatu hingga mencapai Jalan Suci Tian. (Tengah
Sempurna XXXI.3)
Bab XXXII
Maha Sempurna Tian
Di dalam kitab (Shi
Jing I.5.3:1) 詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Mantel sederhana digunakan untuk menutupi baju sulaman’. Ini menunjukkan kebencian terhadap kemewahan yang terlalu menyolok.
Demikian pula dengan Jalan Suci seorang Junzi 君子 (Susilawan) yang semula nampak kabur, tapi makin hari akan makin bertambah cemerlang. Hal ini berlawanan dengan perbuatan seorang rendah budi yang suka menonjolkan diri tapi makin hari akan bertambah suram dan akhirnya musnah.
Demikian pula dengan Jalan Suci seorang Junzi 君子 (Susilawan) yang semula nampak kabur, tapi makin hari akan makin bertambah cemerlang. Hal ini berlawanan dengan perbuatan seorang rendah budi yang suka menonjolkan diri tapi makin hari akan bertambah suram dan akhirnya musnah.
Jalan Suci seorang Junzi itu
walaupun tampak tawar dan tidak menarik, tapi tidak menjemukan, tampak
sederhana tapi Agung, simpatik tapi selalu menurut peraturan, dapat mengetahui
yang jauh dari yang dekat, mengerti darimana datangnya angin dan menyadari apa
yang tersimpan / tersembunyi dari setiap perkara baik yang terlembut atau paling
rahasia sekalipun. Demikianlah apa yang ada dalam
Gerbang Kebajikan itu. (Tengah Sempurna XXXII.1)
Di dalam kitab《Shi
Jing II.4.8:11》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘(Ikan) walaupun tenggelam (menyelam) sampai
sedalam-dalamnya, tetap saja akan terlihat dengan jelas’. Maka
dari itu seorang Junzi 君子
(Susilawan) senantiasa memeriksa diri, sehingga tiada bercela. Dengan
tidak mempunyai cela, barulah ia tidak merasa kecewa.
Adapun mengapa seorang Junzi itu tidak dapat ditandingi adalah karena ia mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dapat dilihat
oleh orang pada umumnya. (Tengah Sempurna XXXII.2)
Di
dalam kitab《Shi
Jing III.3.2.7》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Periksalah rumahmu dan jagalah agar jangan sampai ada yang
memalukan, sekalipun di bagian sudut-sudutnya yang gelap’. Maka
dari itu seorang Junzi 君子
(Susilawan) pada saat tidak bepergian, ia tetap
bersikap Hormat dan pada saat tidak berbicara, ia senantiasa memegang teguh
sikap Dapat Dipercaya. (Tengah Sempurna XXXII.3)
Di dalam kitab《Shi
Jing IV.3.2:2》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Di dalam upacara sembahyang, hendaklah senantiasa menjaga
Ketulusan Hati dan sepanjang waktu tidak berbicara yang tidak perlu dan
bersikap tenang serta khidmat’.
Maka dari itu seorang Junzi 君子 (Susilawan) dengan tanpa mengiming-imingi imbalan jasa, dapat membawa / mengatur rakyat untuk berbuat baik, dengan tanpa menunjukkan sikap marah, dapat menjadikan rakyat menaruh hormat melebihi ancaman hukuman dengan golok atau kampak. (Tengah Sempurna XXXII.4)
Maka dari itu seorang Junzi 君子 (Susilawan) dengan tanpa mengiming-imingi imbalan jasa, dapat membawa / mengatur rakyat untuk berbuat baik, dengan tanpa menunjukkan sikap marah, dapat menjadikan rakyat menaruh hormat melebihi ancaman hukuman dengan golok atau kampak. (Tengah Sempurna XXXII.4)
Di dalam kitab《Shi
Jing IV.1.1:4》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Bukankah Kebajikan yang gemilang dari seorang Junzi 君子
(Susilawan) itu telah dapat menjadikan beratus-ratus rajamuda dari berbagai
negeri menurut perintah ?’ Maka dari
itu seorang Junzi dengan sikapnya yang sungguh-sungguh, hormat dan tulus dapat
membawa kedamaian di seluruh dunia. (Tengah Sempurna XXXII.5)
Di dalam kitab《Shi
Jing III.3.6:6》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Aku berkahi Kebajikan Yang Bercahaya yang tidak besar suara
maupun rupa’. Kong Zi 孔子
bersabda, “Suara dan rupa itu hanya merupakan bagian yang paling akhir untuk
memperbaiki rakyat.”
Di dalam kitab《Shi
Jing III.1.1:7》詩經 (Kitab
Sanjak) tertulis, ‘Kebajikan itu ringan bagaikan bulu, namun ringannya bulu itu
masih ada bandingannya’. Kebajikan Tian Yang Maha Esa, Maha Tinggi dan
Pendukung semuanya itu tiada suara dan tiada bau. Demikianlah Kesempurnaan Tian ! (Tengah Sempurna XXXII.6) (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar