Di dunia ini ada banyak kisah cerita anak-anak yang memilukan di usia
mereka yang terbilang masih muda. Mereka harus rela membanting tulang dan
tidak dapat menikmati usia mereka untuk bermain bersama teman-temannya dan menggantikan waktu
mereka dengan merawat salah satu orangtuanya yang menderita kelumpuhan,
penyakit kanker dan lain-lain.
Di usia yang masih muda, mereka harus rela menanggung beban hidup yang
begitu berat, seperti yang dihadapi oleh seorang gadis kecil,
bernama Wang Jinhong, 9 tahun. Gadis kecil yang tinggal di China ini
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga
dan merawat ayahnya yang menderita kanker dan parahnya lagi ibunya
menghilang setelah ia dilahirkan dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Kisah gadis ini muncul setelah dipublishkan oleh seorang
wartawan China dan telah menggugah ribuan hati para pengguna internet di
China. Dilansir dari voc.com.cn, gadis kecil ini baru berusia 9 tahun. Sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah China, maka dalam keluarga cuma boleh ada 1 anak saja dalam suatu keluarga.
Ketika semua anak-anak masih dalam pelukan orangtua mereka ketika masih bayi, namun, tidak bagi Wang Jiao 9 tahun yang tinggal di Jiangxi Tonggu, China. Wang tidak pernah bisa menikmatinya, karena saat ia terlahir ke bumi, ibunya telah lari dari rumah dan masih menghilang hingga saat ini.
Ketika semua anak-anak masih dalam pelukan orangtua mereka ketika masih bayi, namun, tidak bagi Wang Jiao 9 tahun yang tinggal di Jiangxi Tonggu, China. Wang tidak pernah bisa menikmatinya, karena saat ia terlahir ke bumi, ibunya telah lari dari rumah dan masih menghilang hingga saat ini.
Bulan demi bulan, tahun demi tahun Wang tetap berbakti kepada ayahnya
yang menderita kanker stadium lanjut yang hanya dapat terbaring di
tempat tidur. Walaupun dihadapkan dengan serangkaian pekerjaan rumah, tapi gadis kecil ini masih tetap memilih untuk pergi ke sekolah.
Setiap hari ke sekolah, ketika anak-anak lain sedang bermain dagelan,
Wang harus buru-buru pulang karena harus menempuh perjalanan pulang yang memakan waktu hampir dua
jam untuk melewati Gunung yang cukup sulit, hujan dan dingin yang sangat berbahaya untuk
usia seorang anak gadis kecil. Ayahnya sangat khawatir, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya hanya dapat
mengandalkan Wang, seperti yang dikatakan oleh salah seorang tetangganya.
"Itu naas bagi anak-anak, bahkan orang dewasa saja bisa menderita tekanan yang tak tertahankan," lanjut tetangganya lagi menambahkan. Menurutnya, ayah gadis itu masih berusia dua puluh tiga tahun, ketika istrinya pergi meninggalkannya bersama putri mereka yang masih kecil.
"Itu naas bagi anak-anak, bahkan orang dewasa saja bisa menderita tekanan yang tak tertahankan," lanjut tetangganya lagi menambahkan. Menurutnya, ayah gadis itu masih berusia dua puluh tiga tahun, ketika istrinya pergi meninggalkannya bersama putri mereka yang masih kecil.
Pada awal November 2013, ayah gadis tiba-tiba jatuh sakit akibat kanker stadium lanjut. Selama lebih kurang dua bulan, Ayah gadis itu tidak bisa makan, dan kehidupan sehari-harinya hanya dapat dipertahankan dengan infus.
Oleh karena kesulitan keuangan untuk pengobatan, maka Ayah gadis itu menyerah dengan pengobatan. Dia hanya berbaring di rumah dan Wang putri semata wayangnya lah yang menjadi tumpuan harapan untuk merawatnya.
Setiap hari sebelum fajar, Wang bersih-bersih rumah, merawat ayahnya. Ketika jam menunjukkan pukul 6.30, maka dia akan buru-buru pergi ke sekolah untuk berjalan menempuh perjalanan sekitar 2 jam. Setelah sekolah, dia buru-buru pulang, untuk merawat ayahnya kembali.
Setelah tiba dirumah, dia akan mencuci pakaian, mengambil air untuk memasak, membersihkan rumah, memakaikan pakaian untuk ayahnya, seperti yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Wang menyelesaikan semua pekerjaannya dengan begitu sempurna.
Keluarga Wang tidak mampu untuk membeli makanan yang sehat. Di rumah Wang, hampir tidak dapat ditemukan furniture yang layak, sehingga ruangan menjadi kosong.
"Dia (wang) jarang makan sekali dalam seminggu, sehingga ia sering mengambil inisiatif untuk memanggil Wang datang ke rumahnya untuk makan malam bersama. Meskipun keluarga Wang sangat miskin, dan sia sendirian dalam merawat ayahnya, tetapi anak itu tidak pernah mengeluh," kata tetangganya.
Tetangganya menambahkan, " Wang selalu terlihat tersenyum dan ceria. Wang adalah seorang gadis yang kuat, sehingga banyak tetangga yang tersentuh dan sering mengambil inisiatif untuk datang dan membantunya."
"Hal-hal ini yang bisa saya lakukan, Ayah masih ada di rumah karena saya masih ada, saya tidak takut kerja keras, saya hanya bisa berharap bahwa ayah saya selalu di sisiku." Kata Wang.
Hidupnya yang banyak mendapat tekanan, membuatnya lebih matang dari rekan-rekannya, sehingga di usia Wang yang baru 9 tahun, dia sudah bisa berbicara seperti orang dewasa. Wang mengatakan, dia tidak tahu penyakit apa yang di derita ayahnya, namun yang dia tahu bahwa penyakit yang di derita oleh ayahnya sangat serius.
Sobat kebajikan, hidup kadang ternyata tak seindah yang selalu kita bayangkan. Hendaknya kita selalu bersyukur dengan apa yang telah kita miliki saat ini, karena masih begitu banyak lagi orang-orang yang tak bernasib baik seperti kita. Semoga penderitaan yang dialami oleh gadis kecil dan ayahnya ini dapat menggugah hati semua orang agar mereka segera mendapat bantuan. (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar