KEBAJIKAN ( De 德 ) - Berbagai kisah mengharukan dan kenangan manis dari kisah penumpang semasa hidup turut diceritakan dengan harapan doa dapat sampai kepada Almarhum sehingga mereka dapat beristirahat dengan tenang, dibalik musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di sekitar Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu 28/12/2014.
Tiada yang lebih bersedih dan berduka selain keluarga penumpang karena hampir sebagian besar penumpangnya adalah sekeluarga. Betapa sedih keluarga dan kerabat yang telah ditinggalkan sekaligus oleh beberapa orang pada saat bersamaan, yang kini hanya masih berharap agar sanak saudaranya terkasih bisa ditemukan, dari sekian banyaknya korban yang masih belum ditemukan Tim Basarnas, walau dalam keadaan apapun.
Namun, kini harapan serta doa dari keluarga dan sahabat, setidaknya sudah menemukan sedikit kepastian, karena keluarganya masih diberi kesempatan untuk melihat jasadnya terakhir kali, setelah jasad B066 atas nama Djarot Biantoro (56) berhasil ditemukan dan dikenali dari dua jasad yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim, Senin (26/1/2015), seperti dirangkum dari viva.co.id.
Jasad Djarot langsung diberangkatkan menuju Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 16.55 WIB, Senin (26/1/2015), setelah penyerahan jasad yang dilakukan secara tertutup tersebut dilakukan Tim DVI di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya kepada pihak AirAsia dan selanjutnya pihak AirAsia menyerahkannya kepada pihak keluarga.
Tiada yang lebih bersedih dan berduka selain keluarga penumpang karena hampir sebagian besar penumpangnya adalah sekeluarga. Betapa sedih keluarga dan kerabat yang telah ditinggalkan sekaligus oleh beberapa orang pada saat bersamaan, yang kini hanya masih berharap agar sanak saudaranya terkasih bisa ditemukan, dari sekian banyaknya korban yang masih belum ditemukan Tim Basarnas, walau dalam keadaan apapun.
Namun, kini harapan serta doa dari keluarga dan sahabat, setidaknya sudah menemukan sedikit kepastian, karena keluarganya masih diberi kesempatan untuk melihat jasadnya terakhir kali, setelah jasad B066 atas nama Djarot Biantoro (56) berhasil ditemukan dan dikenali dari dua jasad yang berhasil diidentifikasi oleh Tim DVI Polda Jatim, Senin (26/1/2015), seperti dirangkum dari viva.co.id.
Jasad Djarot langsung diberangkatkan menuju Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 16.55 WIB, Senin (26/1/2015), setelah penyerahan jasad yang dilakukan secara tertutup tersebut dilakukan Tim DVI di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya kepada pihak AirAsia dan selanjutnya pihak AirAsia menyerahkannya kepada pihak keluarga.
Djarot Biantoro diketahui sebagai pengusaha dan pemilik toko kayu UD Kayu Citra di Kota Malang. Dia rutin berobat mata ke Singapura setiap tahun. Begitu pula kepergiannya kali ini, Djarot Biantoro hendak memeriksakan mata bersama istrinya Ernawati (56 tahun) dan Kevin Biantoro (17 tahun), putra keduanya.
Jasad Djarot Biantoro, penumpang AirAsia QZ8501 terdeteksi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) melalui metode primer gigi dan tato bunga di lengan kanan serta melekatnya jam tangan merek Rolex.
Keluarganya juga bisa dengan mudah mengenali pria berusia 56 tahun itu, selain sejumlah data tersebut, barang bukti lainnya yang ditemukan bersamanya yaitu obat tetes mata yang ada di saku celana.
"Kemarin sempat diminta mengenali jasad, ada beberapa jasad yang bertato tapi gambar tatonya paman saya ini beda," kata In In Ratnawati (38 tahun), keponakan Djarot Biantoro, di Malang, Selasa, (27/1/2015).
Berbekal foto Djarot saat berlibur bersama, tato di lengan kanan jasadnya dengan mudah bisa dikenali karena kondisinya masih baik. Foto itu, menurut In In, diambil saat keluarga besar Djarot sedang berwisata bersama.
“Fotonya dia sedang berenang, jadi kelihatan gambar tato di lengannya. Itu foto waktu kita liburan bersama," katanya.
Selain itu, data foto rontgen gigi yang dimiliki jasad Djarot juga menguatkan bahwa jasadnya yang, menurut In In, ditemukan masih terikat di kursi pesawat itu adalah kerabatnya.
“Dia pakai gigi palsu. Jadi punya foto rontgen gigi. Itu sudah diberikan pada DVI di Rumah Sakit Bhayangkara," ujarnya.
"Obat tetesnya kemarin juga ditunjukkan tim DVI, ditemukan di kantong celana," katanya.
Selain obat tetes, pada jasadnya juga ditemukan kalung serta jam tangan merek Rolex milik mendiang. Semua benda itu dimasukkan di dalam peti jenazah yang kini disemayamkan di Persemayaman Jenazah Gotong Royong Kota Malang setelah tiba pada Senin petang, 26 Januari 2015.
Barang-barang itu nantinya akan dikebumikan bersama jasadnya di pemakaman Sentong Baru Lawang, Kabupaten Malang, pada Jumat, 30 Januari 2015.
"Beliau kan beragama Buddha, dalam adat dan kepercayaan kami beberapa barang kesayangan juga disertakan dalam peti," imbuhnya.
Keluarganya juga bisa dengan mudah mengenali pria berusia 56 tahun itu, selain sejumlah data tersebut, barang bukti lainnya yang ditemukan bersamanya yaitu obat tetes mata yang ada di saku celana.
"Kemarin sempat diminta mengenali jasad, ada beberapa jasad yang bertato tapi gambar tatonya paman saya ini beda," kata In In Ratnawati (38 tahun), keponakan Djarot Biantoro, di Malang, Selasa, (27/1/2015).
Berbekal foto Djarot saat berlibur bersama, tato di lengan kanan jasadnya dengan mudah bisa dikenali karena kondisinya masih baik. Foto itu, menurut In In, diambil saat keluarga besar Djarot sedang berwisata bersama.
“Fotonya dia sedang berenang, jadi kelihatan gambar tato di lengannya. Itu foto waktu kita liburan bersama," katanya.
Selain itu, data foto rontgen gigi yang dimiliki jasad Djarot juga menguatkan bahwa jasadnya yang, menurut In In, ditemukan masih terikat di kursi pesawat itu adalah kerabatnya.
“Dia pakai gigi palsu. Jadi punya foto rontgen gigi. Itu sudah diberikan pada DVI di Rumah Sakit Bhayangkara," ujarnya.
"Obat tetesnya kemarin juga ditunjukkan tim DVI, ditemukan di kantong celana," katanya.
Selain obat tetes, pada jasadnya juga ditemukan kalung serta jam tangan merek Rolex milik mendiang. Semua benda itu dimasukkan di dalam peti jenazah yang kini disemayamkan di Persemayaman Jenazah Gotong Royong Kota Malang setelah tiba pada Senin petang, 26 Januari 2015.
Barang-barang itu nantinya akan dikebumikan bersama jasadnya di pemakaman Sentong Baru Lawang, Kabupaten Malang, pada Jumat, 30 Januari 2015.
"Beliau kan beragama Buddha, dalam adat dan kepercayaan kami beberapa barang kesayangan juga disertakan dalam peti," imbuhnya.
Sosok Djarot yang Periang, Sempat Dicegah Pergi ke Singapura
Bagi In In, Djarot dikenal sebagai salah satu paman yang supel dan periang. Semua pertemuan keluarga, menurutnya, lebih ramai dan menyenangkan jika anak ketujuh dari sembilan bersaudara itu hadir bersama istri dan anaknya.
Dia juga mengingat, pada 27 Desember 2014, mamanya, yang juga kakak Djarot, sempat mencegah pengusaha dan pemilik toko kayu UD Kayu Citra itu untuk pergi ke Singapura.
“Sebelum berangkat, Mama telepon Gu (paman) Djarot, mama ngingatin mereka untuk tidak berangkat karena satu keluarga barusan periksa ke dokter, Gugu sakit perut, istrinya pusing dan Kevin lagi batuk. Tapi Gugu tetap berangkat karena tiketnya sudah dibeli," katanya.
Harapan Keluarga, Istri dan Anak Djarot Bisa Ditemukan
Keluarga Djarot Biantoro berharap jasad istrinya, Ernawati (56 tahun) dan anaknya, Kevin Biantoro (16 tahun), bisa segera ditemukan setelah ditemukan badan pesawat AirAsia QZ8501. Informasi yang diterima keluarga menyebut bahwa jasad Djarot ditemukan masih terikat sabuk pengaman di kursi pesawat dalam badan pesawat yang hingga kini belum berhasil diangkat dari dasar laut.
"Informasinya jasadnya ditemukan masih dalam keadaan terikat di kursi pesawat. Jasadnya dievakuasi dari dalam badan pesawat bersama enam jasad lainnya," kata In In Ratnawati, keponakan Djarot Biantoro, di Malang, Selasa, (27/1/ 2015).
Dia berharap, jasad tante dan keponakannya, Ernawati dan Kevin Biantoro, segera dikenali dan diserahkan kepada kerabat dalam waktu dekat. Keluarganya pun telah menyiapkan tanah untuk Ernawati dan Kevin di dekat makam Djarot Biantoro di pemakaman Sentong Baru Lawang, Kabupaten Malang.
Kerabat optimistis dua jasad lainnya bisa segera dikenali karena posisi duduk Djarot di dalam pesawat itu berdekatan dengan istri dan anaknya.
“Jasadnya tidak mengambang tapi masih terikat dikursi. Semoga istri dan anaknya bisa segera ditemukan juga," harapnya.
Keluarga mengaku mendapat kabar dari Tim DVI di Surabaya pada Minggu petang, 25 Januari 2015. Saat itu keluarga diminta datang ke Rumah Sakit Bayangkara untuk menguatkan beberapa bukti dalam proses identifikasi. Pada Senin, 26 Januari, keluarga baru mendapat kabar bahwa Jasad dengan kode B066 adalah jasad Djarot Biantoro.
“Kami segera menyiapkan peti jenazah pesanan keluarga untuk dipakai menggantikan peti dari maskapai. Jenazahnya sampai di Malang Senin petang kemarin," katanya.
In In dan kerabat lain hanya bisa berharap keluarga Djarot yang lainnya bisa pulang ke Malang dan berkumpul bersama walaupun di alam yang berbeda. Kerabat berharap jasadnya bisa ditemukan setelah badan kapal bisa diangkat ke daratan.
Kehilangan keluarga dan sahabat yang disayangi tentunya membuat kita berduka dan merasakan kehilangan juga kesedihan yang mendalam. Kita doakan semoga Almarhum Djarot Biantoro diterima dan tenang disisi Tuhan serta Istri dan anaknya juga penumpang lainnya berhasil ditemukan.
Turut berduka cita untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah ini, karena semuanya adalah atas kehendak yang kuasa. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar