KEBAJIKAN ( De 德 ) - Benarkah di dunia ini ada seorang Anda yang lain? Ini adalah topik yang sangat menarik. Mungkin, banyak orang memiliki semacam intuisi bahwa ada orang lain yang sangat mirip dengan dirinya, seperti replika diri sendiri, tetapi sama sekali tanpa sengketa hak cipta dan tinggal di sebuah negeri nan jauh, dikutip dari efochtimes.
Di tahun 80-an abad lalu, di Amerika Serikat ada sebuah kisah nyata tentang gelandangan dan jutawan. Gelandangan Denver Moore tidak berpendidikan, terjebak perbudakan negro yang masih terjadi di abad ke-20 itu, ia setiap hari tanpa henti memetik kapas untuk “majikannya”. Kehidupannya seperti terjebak dan melekat erat di celah-celah waktu, tidak dapat dikais keluar dan tanpa perubahan.
Suatu hari ia tertangkap karena kepemilikan ganja dan ketika berencana merampok bus, bahkan pernah disel di penjara Angola. Kehidupan gelandangan berkepanjangan membuatnya secara bertahap menutup diri dan berubah menjadi sangat agresif. Pada suatu ketika, ia melompat ke atas kereta api yang lewat dan datang ke sebuah kota asing. Ia mengalami berbagai derita dan di tempat penahanan ia bertemu dengan jutawan Lon Hall dan istrinya Deborah.
Lon Hall yang pernah menjadi sales makanan kaleng di mall, kemudian ia berinvestasi di bank, berusaha dalam bidang penjualan lukisan terkenal, melakukan transaksi lintas batas. Karena pekerjaan ini membuatnya menjadi kaya raya, ia memiliki perkebunan besar, galeri lukisan dan kastil bergaya Eropa di Hollywood, tetapi semakin lama ia semakin melenceng dan semakin jauh dari keluarga.
Ia terus mengejar materi dan menggunakan wawasan seninya menjadi jutawan Eropa, sedangkan yang dikejar istrinya adalah spiritual yakni dengan merawat orang miskin. Keantusiasan Lon Hall adalah demi mendapatkan pengakuan dan keberhasilan dari dunia luar, sementara istrinya benar-benar beramal. Oleh karena itu, cinta mereka yang berbeda satu sama lain secara bertahap tidak dapat menampung satu sama lain.
Ketika Lon Hall menyeleweng, yang sempat mengejutkan sang istri, namun dia menunjukkan toleransi yang besar. Menghadapi istri muda suaminya, Deborah secara pribadi meneleponnya, dengan tenang mengatakan bukan karena dia berselingkuh dengan suaminya lalu menyalahkannya, tetapi hanya menyesali dirinnya sendiri yang tidak bisa berperan sebagai istri yang baik, itu sebabnya dia bersedia menerima risiko.
Deborah juga mengatakan kepadanya, berharap dia bisa menemukan seseorang yang tidak hanya mencintainya, tetapi juga menghormatinya. Deborah dari awal sampai akhir berbicara dengan sangat tenang dengannya, selama seluruh proses pembicaraan di telepon, suaminya berdiri di sampingnya, kebaikan dan kemurahan hati istrinya membuatnya terkejut. Ketika akan mengakhiri pembicaraan, Deborah mengatakan kepadanya, dia harus berusaha menjadi seorang istri yang baik. Dia percaya bahwa selama dirinya melakukannya dengan lebih baik, maka pihak lain tidak akan mendapatkan kabar lagi dari suaminya.
Dalam seluruh proses itu, Deborah tidak menyalahkan, tidak histeris, juga tidak mengajukan permintaan apa pun ke pihak lain, tetapi dengan tenang dan sangat toleran memperlakukan krisis pernikahannya. Untuk memulihkan keharmonisan, atas dorongan Deborah, mereka bersama pergi ke penampungan gelandangan memberi pelayanan kepada mereka. Sebagai akibat dari kejadian itulah, mereka bertemu dengan si tunawisma Denver Moore.
Seorang gelandangan, seorang jutawan, cara kehidupan yang sama sekali berbeda, nilai-nilai yang berbeda, pada akhirnya atas bantuan Deborah, mereka bersama pergi ke penampungan gelandangan memberi pelayanan kepada mereka. Sebagai akibat dari kejadian itulah, mereka bertemu dengan si tunawisma Denver Moore.
Seorang gelandangan, seorang jutawan, cara kehidupan yang sama sekali berbeda, nilai-nilai yang berbeda, pada akhirnya atas bantuan Deborah, gelandangan itu telah mengakhiri kehidupan tunawismanya, dan membantu sepenuh hati di tempat penampungan gelandangan, dan jutawan dengan gelandangan mengikat persahabatan yang mendalam, menjadi lebih optimis dan toleran.
Kisah mereka didokumentasikan dalam sebuah buku laris “Seorang Dirimu yang Lain di Dunia Ini”. Dalam kisah nyata itu berkelebat kehidupan nyata kebaikan manusia, toleransi dan cinta, terkait dengan keserakahan, ketakutan dan kejutan. Mungkin memang ada Anda yang lain di atas bumi ini, melalui dia, Anda dapat menemukan diri sendiri yang sejati, juga melalui dia untuk melihat sanubari Anda sendiri.
Di tahun 80-an abad lalu, di Amerika Serikat ada sebuah kisah nyata tentang gelandangan dan jutawan. Gelandangan Denver Moore tidak berpendidikan, terjebak perbudakan negro yang masih terjadi di abad ke-20 itu, ia setiap hari tanpa henti memetik kapas untuk “majikannya”. Kehidupannya seperti terjebak dan melekat erat di celah-celah waktu, tidak dapat dikais keluar dan tanpa perubahan.
Suatu hari ia tertangkap karena kepemilikan ganja dan ketika berencana merampok bus, bahkan pernah disel di penjara Angola. Kehidupan gelandangan berkepanjangan membuatnya secara bertahap menutup diri dan berubah menjadi sangat agresif. Pada suatu ketika, ia melompat ke atas kereta api yang lewat dan datang ke sebuah kota asing. Ia mengalami berbagai derita dan di tempat penahanan ia bertemu dengan jutawan Lon Hall dan istrinya Deborah.
Lon Hall yang pernah menjadi sales makanan kaleng di mall, kemudian ia berinvestasi di bank, berusaha dalam bidang penjualan lukisan terkenal, melakukan transaksi lintas batas. Karena pekerjaan ini membuatnya menjadi kaya raya, ia memiliki perkebunan besar, galeri lukisan dan kastil bergaya Eropa di Hollywood, tetapi semakin lama ia semakin melenceng dan semakin jauh dari keluarga.
Ia terus mengejar materi dan menggunakan wawasan seninya menjadi jutawan Eropa, sedangkan yang dikejar istrinya adalah spiritual yakni dengan merawat orang miskin. Keantusiasan Lon Hall adalah demi mendapatkan pengakuan dan keberhasilan dari dunia luar, sementara istrinya benar-benar beramal. Oleh karena itu, cinta mereka yang berbeda satu sama lain secara bertahap tidak dapat menampung satu sama lain.
Ketika Lon Hall menyeleweng, yang sempat mengejutkan sang istri, namun dia menunjukkan toleransi yang besar. Menghadapi istri muda suaminya, Deborah secara pribadi meneleponnya, dengan tenang mengatakan bukan karena dia berselingkuh dengan suaminya lalu menyalahkannya, tetapi hanya menyesali dirinnya sendiri yang tidak bisa berperan sebagai istri yang baik, itu sebabnya dia bersedia menerima risiko.
Deborah juga mengatakan kepadanya, berharap dia bisa menemukan seseorang yang tidak hanya mencintainya, tetapi juga menghormatinya. Deborah dari awal sampai akhir berbicara dengan sangat tenang dengannya, selama seluruh proses pembicaraan di telepon, suaminya berdiri di sampingnya, kebaikan dan kemurahan hati istrinya membuatnya terkejut. Ketika akan mengakhiri pembicaraan, Deborah mengatakan kepadanya, dia harus berusaha menjadi seorang istri yang baik. Dia percaya bahwa selama dirinya melakukannya dengan lebih baik, maka pihak lain tidak akan mendapatkan kabar lagi dari suaminya.
Dalam seluruh proses itu, Deborah tidak menyalahkan, tidak histeris, juga tidak mengajukan permintaan apa pun ke pihak lain, tetapi dengan tenang dan sangat toleran memperlakukan krisis pernikahannya. Untuk memulihkan keharmonisan, atas dorongan Deborah, mereka bersama pergi ke penampungan gelandangan memberi pelayanan kepada mereka. Sebagai akibat dari kejadian itulah, mereka bertemu dengan si tunawisma Denver Moore.
Seorang gelandangan, seorang jutawan, cara kehidupan yang sama sekali berbeda, nilai-nilai yang berbeda, pada akhirnya atas bantuan Deborah, mereka bersama pergi ke penampungan gelandangan memberi pelayanan kepada mereka. Sebagai akibat dari kejadian itulah, mereka bertemu dengan si tunawisma Denver Moore.
Seorang gelandangan, seorang jutawan, cara kehidupan yang sama sekali berbeda, nilai-nilai yang berbeda, pada akhirnya atas bantuan Deborah, gelandangan itu telah mengakhiri kehidupan tunawismanya, dan membantu sepenuh hati di tempat penampungan gelandangan, dan jutawan dengan gelandangan mengikat persahabatan yang mendalam, menjadi lebih optimis dan toleran.
Kisah mereka didokumentasikan dalam sebuah buku laris “Seorang Dirimu yang Lain di Dunia Ini”. Dalam kisah nyata itu berkelebat kehidupan nyata kebaikan manusia, toleransi dan cinta, terkait dengan keserakahan, ketakutan dan kejutan. Mungkin memang ada Anda yang lain di atas bumi ini, melalui dia, Anda dapat menemukan diri sendiri yang sejati, juga melalui dia untuk melihat sanubari Anda sendiri.
Pada akhir buku itu terdapat kata-kata yang perlu direnungkan, Denver Moore mengatakan dalam sebuah pidato setelah berhasil lepas dari status tunawismanya: “Pada kenyataannya, apakah kita kaya atau miskin, atau berada di tengah-tengah. Dunia ini bukanlah tempat peristirahatan kita yang terakhir. Sehingga dipandang dari sudut lain, kita semua adalah orang tunawisma – yang selangkah demi selangkah menuju pulang.” Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar