|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 18 April 2015

Laozi (老子) Ahli Falsafah Paling Cemerlang di Tiongkok pada Zaman Purba Bag. 11

 

  
KEBAJIKAN ( De 德 ) Bian Shao, dalam sebuah buku hasil karyanya yang berjudul "Catatan tentang Laozi", memindahkan penyelidikan daripada unsur keilmuan kepada unsur mitos. Beliau menceritakan bahawa Laozi seolah-olah telah memisahkan dirinya dari kalangan manusia, kemudian bergabung dengan cahaya matahari, bulan dan bintang, lalu berubah menjadi Dewa dan tinggal di kayangan.

Pada zaman pemerintahan Raja Heng, Raja Heng yang sudah lanjut usianya ketika itu, bukan saja bercita-cita mau tinggal di kayangan seperti Dewa-Dewi, tapi bahkan baginda mau hidup untuk selama-lamanya. Ini berdasarkan petikan dari bab ke-62 "Buku Sejarah Fase Akhir Zaman Dinasti Han" (Hou Han Shu).

Ketika pemerintahan Raja Heng, Xiang Kai telah menyerahkan "Buku Tai Ping Qing Ling" (Kitab Taiping) yang terkait dengan ajaran Tao kepada baginda.

Perkataan "Ajaran Tao" dan "Tai Shang Lao Jun" muncul pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Laozi Xiang Er Zhu" yang dihasilkan oleh Zhang Ling, atau cucunya yang bernama Zhang Lu.

Pengembangan Ajaran Tao tidak lain tidak bukan adalah hasil usaha yang diwujudkan oleh Zhang Ling, Zhang Heng dan Zhang Lu yang merupakan tiga keturunan, yaitu ayah, anak dan cucu.

Pada zaman pemerintahan Raja Shun dalam era Dinasti Han Timur, yaitu tahun 142 Masehi, Zhang Ling sebagai seorang pendatang di Provinsi Sichuan di bagian barat daya Tiongkok telah mengembangkan Persatuan Wudoumi. "Wudoumi" bermakna beras sebanyak lima "dou", yaitu kira-kira 50 liter yang perlu diberikan kepada pihak pengelola untuk membiayai persatuan tersebut.

Pada fase akhir zaman Dinasti Han Timur, Zhang Jiao mengembangkan pula Persatuan "Tai Ping Dao".

Kedua persatuan tersebut menetapkan manifestonya berdasarkan "Lima Ribu Perkataan Laozi" dan "Kitab Taiping", dan berkembang menjadi dua bagian utama yang menyebarkan ajaran Tao pada zaman Han Timur.

Setelah sekian lama, Zhang Ling sebagai penggagas Persatuan Wudoumi telah menyerahkan kepemimpinan persatuan tersebut kepada anaknya, Zhang Heng, dan selepas itu, Zhang Heng pula menyerahkan lagi kepemimpinan tersebut kepada anaknya, Zhang Lu.

Penganut Tao yang dipimpin oleh Zhang Lu dan Zhang Jiao ini dikatakan telah menjadi penggerak kepada pemberontakan kaum tani. Contohnya, Zhang Lu telah menjadi ketua tentera pemberontak untuk menaklukkan bandar Hanzhong, Provinsi Shaanxi di bagian barat Tiongkok. Beliau menggelar dirinya "Jun Shi", yang bermaksud "ketua kelompok tentera", dan memegang jabatan sebagai "Ji Jiu" yang bermakna "penyembah yang menggunakan arak". Beliau menjadi pemerintah di bandar Hanzhong selama 30 tahun dan masyarakat di sana dikatakan bisa menikmati ketenteraman dan kemakmuran yang memuaskan.

Selepas itu, Persatuan "Tai Ping Dao" ditukar namanya menjadi "Tian Shi Dao" yang terdiri daripada Puak Utara dan Puak Selatan dengan sungai Yangtze sebagai pemisahnya.

Setelah memasuki zaman Dinasti Tang dan Dinasti Song, penganut Tao yang sudah menjadi sekian banyak, seperti Puak Utara, Puak Selatan, Shangqing, Lingbao dan Jingming telah mula bergabung. Penggabungan tersebut mewujudkan Puak Zhengyi di bagian selatan Tiongkok, manakala di utara pula wujud Puak Quanzhen. 


Ini berlaku setelah Tiongkok memasuki zaman Dinasti Yuan. Penganut ajaran Tao dari Puak Zhengyi kebanyakannya tidak mau tinggal di biara dan dibenarkan untuk menikah dan berkeluarga. Mereka digelar "Huo Ju Dao Shi" atau "Su Jia Dao Shi". Tetapi, penganut ajaran Tao dari Puak Quanzhen diharuskan tinggal di biara dan tidak dibenarkan untuk berkeluarga.

Ajaran Tao, setelah berubah menjadi sumber agama Tao, tidak lagi mengutamakan penyelidikan keilmuan. Apalagi kitab "Laozi", telah digunakan sebagai kitab agama Tao, sehingga tidak merupakan buku tentang kajian ilmu saja. Pada masa yang sama, Laozi juga digelar "Tai Shang Lao Jun", yaitu sebagai Dewa yang boleh hidup selama-lamanya, dan tidak lagi dianggap sebagai manusia yang biasa. Salam kebajikan


Bersambung ke : Bagian 12

Tidak ada komentar:
Write komentar