KEBAJIKAN (De 德) - Sudah 30 tahun, “bertapa” di kaki gunung Da Xue Taiwan, ia seorang pria yang dengan gigih menanam pohon, dan ia membuat Ikrar 1000 Tahun: di dalam masa hidupnya akan menanam 500 ribu batang pohon langka endemik Taiwan. Ia adalah "Raja Pohon Taiwan" Lai Beiyuan, dijuluki "Lai Sang," dikutip dari efochtimes.
Ketika diwawancarai oleh wartawan ia menyatakan bahwa di dalam hutannya ditanami banyak sekali pohon bagus, "terdapat haru, harapan dan makna", ketika menghadapi kesulitan, Tuhan membantunya memberi solusi, misalnya ketika ia tidak memiliki uang, Tuhan akan menyalurkan uang kepadanya. Ia yang mempercayai adanya Dewa gunung dan Dewa pohon, dapat berdialog dengan pepohonan, "bertumbuhlah dengan baik, dikemudian hari akan ada banyak orang yang berziarah."
Sejak 1985, "Lai Sang (Sang 桑, bermakna Murbai)" sudah mencurahkan seluruh tenaga dan kekayaannya, menanamkan 300 ribu batang pohon Incense Cedar, Cinnamomum kanehirae dan ratusan jenis pohon lain yang sangat langka di gunung Da Xue Taiwan yang pernah dipenuhi oleh sampah.
Launching buku baru "Ikrar 1000 Tahun Lai Sang" beberapa waktu lalu, biografi ini merekam lika-liku perjalanannya dalam memelihara pohon. Selama 30 tahunan, "Lai Sang" telah menghabiskan tabungan keluarga untuk menginvestasikan lebih dari 2 miliar NTD (Dolar Baru Taiwan) setara dengan 831 miliar rupiah. Sampai sekarang telah membeli 10 puncak bukit, 100 hektar tanah dan menanam 300 ribu batang pohon.
Doa Lai Sang pada kehidupan berikutnya agar bereinkarnasi di hutan ini
Lai Sang (59), mantan pemilik dari perusahaan pengangkutan terbesar di Taiwan tengah yakni Da Ming. Pada usia 29 tahun, ia memutuskan meninggalkan perusahaan keluarga, berturut-turut menjual tanah dan meminjam uang, menginvestasikan seluruh kekayaannya untuk membeli tanah dan menanam pohon di gunung Da Xue, bahkan menetapkan Tiga Kebijakan “tidak merambah, tidak memperdagangkan, tidak mewariskan kepada anak,” serta akan mewariskan tekad untuk “menanam pohon menyelamatkan bumi” kepada anak cucu.
Dalam 30 tahun lebih ini, antusiasme Lai Sang terhadap gerakan penghutanan tidak surut, teman-taman mengoloknya sebagai “gila pohon”, aspirasi terbesar sepanjang hidupnya adalah, menanam 500 ribu pohon langka endemik Taiwan di dalam masa hidupnya.
”Saya selalu memohon kepada Tuhan, pada suatu masa, dapat bereinkarnasi kembali ke hutan ini, diharapkan pada waktu itu pohon-pohon dalam hutan ini sudah menjadi pohon dewa semua!” katanya.
Selama 30 tahun aktivitas penanaman pohon, 20 tahun diantaranya, tiada seorangpun yang mengerti apa yang sebenarnya ingin dilakukan Lai Sang. Juga tidak ada yang mengetahui, mengapa ia meninggalkan usahanya sebagai putra pemilik perusahaan, setiap hari bangun jam 5 pagi, berkendara mobil mondar-mandir 100 km, lalu bersembunyi di gunung dan hutan untuk membeli tanah dan menanam pohon. Ia mencintai pohon dan menginginkan rasa sukses yang bertahan ratusan bahkan ribuan tahun. Ia berpendapat pengorbanan tanpa pamrih akan mendatangkan suka cita, Tuhan membuatku mengejar nilai, bukan harga, karena nilai adalah abadi, harga hanya bertahan 30 sampai 50 tahun saja.
Asalkan sudah melewati lintasan sulit, seluruh dunia akan mendukungku
Namun konsep nilainya hampir tidak ada yang mendukung, jalan yang ditempuhnya semakin jauh meninggalkan jalan yang ditapaki keluarga dan teman-temannya. Menanam pohon, telah menjadi sebuah tugas tunggal baginya. Setiap kali setelah membeli sebidang tanah dan menanam beberapa batang pohon, Lai Sang dengan suka cita mengundang handai taulan ke gunung, menunjukkan “rapornya”.
Hanya saja pandangan mata setiap orang hanyalah kecurigaan. Setiap kata yang masuk ke dalam telinganya hanyalah kritikan. Kerabatnya beberapa kali datang dengan kritikan yang lebih langsung, ”Menanam pohon tanpa profit, mengapa tidak beternak ayam saja? 3 sampai 5 bulan sudah dapat diperdagangkan!”
Para kerabatnya itu masing-masing telah menjadi kaya karena usaha pengangkutan, tinggal di rumah mewah, mengendarai mobil bermerek, melihat hutan luas yang tidak dapat diperdagangkan, juga tidak menghasilkan, sangat tidak setuju. Mereka lambat laun tidak lagi berhubungan dengannya, bahkan istri dan anak-anak yang paling akrab, juga hanya pada saat upacara pembukaan, baru mau naik gunung membawa buah dan ternak ‘sesajen’.
Waktu yang lain, mereka sekeluarga nyaris hanya menjalani kehidupan sendiri bagaikan “air sumur yang tidak berhubungan dengan air sungai”. Namun ia masih tetap yakin, harapannya tersebut setiap hari akan tumbuh sedikit, “Asalkan sudah melewati lintasan krusial, seluruh dunia akan mendukungku.”
Raja pohon Lai Bei Yuan (ke 4 dari kanan) menerbitkan buku baru “Ikrar Seribu Tahun Lai Sang” |
Taman hutan Lai Sang asal mulanya adalah kebun pir, kebun plum, kebun lemon, kebun jeruk, hutan pohon pisang dan lain-lain yang telah lama terlantar dan dipenuhi sampah. Dengan kegigihannya, setelah pembenahan dan perombakan, akhirnya “gunung sampah” itu telah disulap menjadi “gunung mustika negara”.
Menanam pohon secara berkepanjangan, bukan saja telah memperkaya wajah ekologi hutan, bahkan melalui fotosintesis pepohonan yang melepaskan uap air ke udara terjadilah awan dan embun maka mulailah turun hujan. Kedatangan air dengan sendirinya mendatangkan makhluk hidup, saat ini di dalam hutan selain terdapat bunga sakura gunung dan serangga perawat, bahkan burung Elang-ular bido (Spilornis cheela), babi hutan dan hewan predator lain juga telah bermunculan satu persatu.
Sampai sekarang Lai Sang telah menanam ratusan jenis pohon seperti Taiwan Incense Cedar, Zelkova formosana Hayata, Chamaecyparis formosensis, Pinus parviflora, Cedrus, Lagerstroemia subcostata kochne, Cinnamomum kanehirae Hay, Cerasus serrulata dan lain-lain. Meskipun uangnya telah ludes karena menanam pohon, namun ia telah memperoleh kepercayaan diri dan kepuasan, telah memenangkan kesehatan dan kesinambungan lingkungan bagi setiap insan bumi.
Mengejar impian pastilah melewati masa kesendirian. Setelah Lai Sang memutuskan naik gunung menanam pohon, istrinya Lai Yibao memikul sendirian beban berat ekonomi keluarga, pernah Lai Yibao setiap bulan terpaksa menghadapi situasi berbagai macam wajah asing yang datang dengan membawa surat tagihan.
Sekalipun pernah bersimbah air mata dan berada di lembah keputusasaan, dia tetap memilih untuk mendukung sang suami mewujudkan impiannya. Banyak orang beranggapan, tak disangsikan lagi bahwa Lai Sang menanam pohon memang menderita, namun yang lebih menderita adalah sang istri yang dalam waktu 30 tahun ini menahan cemoohan publik, menjalankan usaha pengangkutan demi menghasilkan uang bagi suami untuk menanam pohon.
Selain derita sang istri, anak-anak Lai Sang bahkan sebelum berusia 20 tahun harus menerima keadaan hanya melihat “punggung” sang ayah yang pagi-pagi sekali sudah naik gunung sendirian. Namun hampir dua dasa warsa telah berlalu, kegigihan Lai Sang akhirnya mengharukan anggota keluarganya. Kini “Pohon” telah berubah peran, menjadi media spiritual yang dengan teguh mempersatukan Lai Sang sekeluarga, saudara-saudara Lai Sang bahkan telah memasuki barisan penghijauan.
Pada 2001, Lai Jianzhong sang putra sulung mulai menanam kopi, pada 2012 mendirikan kedai dengan nama “Kopi Yun Dao (Jalur Awan)”, dengan motto “Anda minum kopi, saya nanam pohon”, dan keuntungan dari kopi untuk menunjang kesuksesan secara berkesinambungan penghijauan gunung. Kopi Yun Dao bukan hanya merupakan usaha sosial yang meletakkan manfaat bersama melebihi keuntungan, juga aroma, menu makanan, tata letak seluruhnya berhubungan erat dengan Lai Sang dan pepohonan, tempat tersebut dipandang sebagai titik awal siklus penghijauan, sinyal tentang “hutan” disampaikan melalui 5 panca indera.
Mempengaruhi para pengusaha berpengaruh agar memasuki barisan “Penghijauan penyelamatan bumi”
Menanam pohon di gunung Da Xue Taiwan |
Pelestarian lingkungan dan CSR (corporate social responsibility) menjadi semakin penting, banyak pebisnis membawa penanggung jawab papan atas untuk belajar di taman hutan itu. Liu Mingxiong wakil Presiden dari Gigabyte Technology Co Ltd yang telah lama mendukung keyakinan Lai Sang beranggapan bahwa pada kebanyakan orang berusia 30an masih penuh kebimbangan, tapi orang istimewa seperti Lai Sang yang bertekad teguh untuk menanam pohon sebagai penghijauan benar-benar langka.
Ia mengatakan, "Manusia bertumbuh besar dalam alam, akhirnya masih tetap akan kembali ke alam.”
Ia mendukung “impian menanam pohon” dari Lai Sang dan mempengaruhi lebih banyak orang untuk mengembalikan tanah hijau kepada bumi.
Koleksi buku berpandangan jauh ke depan – “Janji Seribu Tahun Lai Sang”
Marry Yang Wakil Pimpinan merangkap General Editor Majalah “Global Views Monthly” mengamati dan beranggapan bahwa orang seperti Lai Sang, di Taiwan sudah sulit ditemukan.
Di dunia ini benar-benar ada banyak teladan istimewa yang rela melepas keduniawian untuk terjun membantu pekerjaan sosial, pelestarian lingkungan atau membantu kaum miskin, namun Lai Sang justru adalah seorang yang tidak punya apa-apa dan sendirian, tapi dengan gigih menjalani sebuah jalan tanpa titik akhir, yang disebutkan olehnya sebagai usaha ideal “abadi”.
Lai Sang berharap, para pengusaha setelah berkunjung ke gunungnya, dapat memikirkan ulang cara hidupnya dan berinterospeksi “Apa yang dapat ditinggalkan pada masyarakat oleh usahanya?”
Ia berharap agar mereka timbul pikiran menanam pohon dan menanamkan lebih banyak benih-benih “menanam pohon demi penyelamatan bumi”. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar