KEBAJIKAN ( De 德 ) - Ketika Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa 20 tahun yang lalu para fans bersorak-sorai, “Hore, sepakbola kembali ke rumah.” Namun, menurut laporan BBC, Tiongkok juga dapat menyebut dirinya sebagai kampung halaman dari sepak bola.
Kunjungan Xi Jinping ke Manchester Inggris pada Bulan Oktober tahun lalu, salah satu topik yang dibahas oleh sang tamu dan tuan rumah ialah, Tiongkok telah menemukan sepak bola.
Kurator Kevin Moore dari National Football Museum Inggris ketika memimpin tur museum untuk Xi Jinping dan Cameron berkata: “Walaupun Inggris adalah tempat kelahiran sepak bola modern, tetapi kami harus mengakui, aslinya tempat kelahiran sepak bola berasal dari Tiongkok.”
Cùjū: Sepak bola di zaman Tiongkok kuno
BBC melaporkan bahwa orang Tiongkok sudah dari 2.000 tahun yang lalu telah menemukan permainan yang disebut Cuju (dibaca: ju cü). Saat ini orang-orang menyebutnya sepak bola.
Masa kejayaan sepak bola Tiongkok terjadi pada Dinasti Song, dari tahun 960 sampai 1279 Masehi, kala itu Jucü adalah budaya urban dan bagian dari hiburan, olahraga serta kegiatan rekreasi yang cukup meluas dan ada beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu versi adalah bolanya harus bertahan selama mungkin di udara, juga ada versi yang permainannya kedua belah pihak berebut skor dengan memasukkan bola.
Sebuah karya Catatan Impian Megah Kota Raja Timur yang menggambarkan Jucü yang dimainkan oleh para profesional. Buku itu mencatat sekitar tahun 1120 Masehi tentang kehidupan modern di ibukota kuno Kaifeng (waktu itu disebut pula Kota Raja Timur). Menurut catatan buku itu, klub Jucü tersebut memiliki manejer, pelatih dan kapten. Para anggota klub seringkali berasal dari pemuda keluarga kaya, namun juga ada pemain profesional.
Jucü di perjamuan istana atau audiensi misi negara asing sebagai pertunjukan hiburan, bahkan sang kaisar juga bisa bermain Jucü. Ada sebuah lukisan dari Dinasti Song yang menggambarkan kaisar Song Taizhu sedang bermain bola, dikelilingi oleh sekelompok pemuda kekar. BBC melaporkan, dari lukisan itu bisa diimajinasikan David Beckham bermain dengan Pangeran Charles.
Aturan sepakbola Tiongkok kuno
Jadi apa aturan sepakbola Tiongkok kuno? BBC melaporkan, di zaman Dinasti Song, seorang yang bernama Wang Yuncheng menerbitkan sebuah buku tentang “Jucü Atlas”, yang di dalamnya menggambarkan dua bentuk sepak bola, ada yang bergawang gol, ada pula yang tanpa gawang gol.
Gawang golnya setinggi 10 meter, jaringnya terbentuk dari tali temali berwarna-warni, di tengah terdapat lubang yang berdiameter sekitar 30 cm.
Dua tim mengenakan pakaian dengan pola dan warna berbeda. Kapten memakai topi yang dihiasi dengan sayap yang keras. Topi yang dipakai para anggota lain mengenakan topi dengan sayap keriting di atasnya.
Sebuah tim mengoperkan bola kepada penyerang, lalu si penyerang akhirnya mengoper bola ke penembak gawang, penembak gawang menendang bola ke tengah lubang di jaring gawang. Tidak ada kiper. Tim yang mencetak gol terbanyak yang menjadi pemenang.
Sepak bola pada masyarakat Konghucu mengutamakan keakraban dan kesopanan
BBC melaporkan, sepertinya sepakbola di Tiongkok kuno tidak segaduh permainan Neymar dan Messi. Anda dapat menebak, dalam masyarakat Konghucu, klub Jucü memperhatikan keakraban dan kesopanan. Seorang pemain yang baik harus mewujudkannya dengan “spirit permainan”.
Catatan dalam buku itu, 10 aturan bermain Jucü termasuk antara lain: respek terhadap pemain lainnya, kesopanan dan kerja sama tim. Tidak boleh berperilaku kasar, tidak boleh bertindak membahayakan dan dilarang menguasai bola.
Beberapa pemain top memiliki ketenaran dan kekayaan, pemain dan tim yang bagus kerap diundang untuk mengikuti perayaan kerajaan. Buku tersebut bahkan mencatat nama-nama bintang pemain.
Tetapi “Jucü Atlas” tidaklah mengutamakan ketenaran dan popularitas. Buku itu memuji dampak positif dari Jucü dan disebutkan ber¬guna untuk kebugaran, pencernaan yang baik, membantu menurunkan berat badan, juga dapat meredakan ketegangan, mendongkrak semangat dan membantu melupakan problema sehari-hari. Laporan itu mengatakan, setiap pemain yang pernah bermain Jucü dapat mengalami perasaan tersebut. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar