KEBAJIKAN ( De 德 ) - Dua orang pemuda, Opekiu dan Uvewe sama-sama berasal dari kampung. Mereka berkelana ke kota untuk mencari penghidupan yang layak. Uvewe bernasib lebih baik karena mendapatkan pekerjaan yang memberinya penghasilan lebih banyak dari Opekiu.
Sebagai asisten manajer, Uvewe mendapat gaji yang lumayan besar berserta fasilitas pendukung. Sedangkan jabatan Opekiu hanya sebagai staff gudang dengan gaji yang kecil dan tanpa memperoleh tunjangan lain-lain.
Suatu ketika mereka bertemu dan mengobrol mengenai pekerjaan mereka.
Opekiu : Sungguh beruntung dirimu memperoleh jabatan bergengsi dengan gaji yang lumayan gede..."
Uvewe : "Biasa aja bro, masih banyak yang memiliki penghasilan jauh lebih banyak dariku. Kita ini masih belum apa-apa, rumah aja belum punya...."
Opekiu : "Bagaimana lagi dengan saya, yang berpenghasilan separuh dari gajimu. Namun saya bertekad lima tahun lagi harus memiliki rumah sendiri..."
Uvewe tertawa mendengar sikap optimis dari Opekiu...
Uvewe : "Kamu sedang bermimpi yah? Mimpi kok di siang bolong? Saya yang bergaji lebih besar dari kamu saja, tidak berani membayangkan bakal nemiliki rumah sendiri di kota ini. Kamu begitu yakin akan kemampuanmu saat ini?"
Opekiu : "Saya yakin bisa karena saya memiliki kemauan..."
Uvewe : "Tapi gajimu cuma setengah gajiku. Bagaimana mungkin? Tunggu saja setelah kamu menjadi manajer atau direktur yang bergaji besar, bro..."
Opekiu : "Saya tidak mau menunggu, karena setiap detik amat berharga bagiku. Saya punya dua tangan dan dua kaki, dapat saya gunakan untuk bekerja. Saya punya akal yang bisa saya manfaatkan untuk memaksimalkan anggota tubuhku. Saya pasti bisa..."
Uvewe : "Wah...wah... Siang-siang udah kesambet jin apa nih? Kok ngelantur gitu? Bermimpi harus melihat kemampuan diri, bro..."
Opekiu : "Saya tidak mengatakan hari ini akan memiliki rumah, tapi saya bertekad lima tahun lagi harus memiliki rumah sendiri...."
Uvewe masih terus mencibir dan menganggap sepele Opekiu : "Bukan rumah-rumahan kan, bro? Atau barangkali rumah untuk kucing..."
Opekiu tidak menghiraukan cibiran Uvewe : "Lihat saja lima tahun lagi, saat kita bertemu, saya pasti sudah memiliki rumah atas namaku..."
Walaupun terus mendapat hinaan, namun tekad Opekiu sudah sedemikian bulat untuk memiliki rumah sendiri, walaupun hanya rumah sederhana berukuran kecil.
Lima tahun berlalu dengan begitu cepat....
Uvewe telah naik pangkat menjadi seorang manajer dengan penghasilan besar, sudah memiliki mobil dan tempat tinggal yang bagus. Namun sayang, mobilnya masih menyicil, sedangkan tempat tinggalnya yang mewah, hanyalah sebuah rumah kost berharga mahal, bukan milik sendiri.
Sedangkan Opekiu, berhasil memiliki sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Dia memilih kediaman yang dekat dengan terminal bus untuk memudahkannya pergi bekerja. Walaupun sederhana, namun sangat cukup untuk dirinya menetap. Bahkan untuk keluarga kecilnya kelak.
Saat bertemu dengan Opekiu, Uvewe menyatakan keheranannya, bagaimana mungkin Opekiu mampu membeli sebuah rumah padahal gajinya tidak sebesar gajinya.
Uvewe : "Jujur, saya menyerah kalah, bro. Saya salut dengan kehebatanmu sehingga mampu memiliki rumah sendiri walaupun kecil dan letaknya agak di pinggiran kota. Sedangkan saya, walaupun tinggal di perumahan mewah, namun rumah mewah tempat tinggalku sekarang bukan milikku...."
Opekiu : "Bro, sekarang masih belum terlambat menanamkan keyakinan untuk memiliki rumah..."
Uvewe : "Bagi dong trik supaya bisa berhasil seperti kamu..."
Opekiu : "Yang paling utama adalah kita harus memiliki kemauan, tekad dan keyakinan yang kuat, lalu konsisten dengan apa yang ingin kita capai. Jangan terpengaruh lingkungan sekitar yang acap kali memancing kita untuk berperilaku konsumtif sekaligus dapat membuyarkan konsistensi kita dalam berhemat..."
Uvewe : "Saya kurang mengerti... Yang ingin saya ketahui, bagaimana cara kamu memiliki uang untuk membeli rumah yang berharga ratusan juta...?"
Opekiu : "Menabung dan menabung, bro. Menyisihkan sebagian penghasilan dengan perhitungan yang tepat. Tidak sembarangan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak semestinya. Jika bisa makan di warteg, jangan membiasakan diri makan di kafe atau restoran. Mengurangi membelanjakan sesuatu kebutuhan yang tidak penting. Berhemat dan tidak berfoya-foya. Menghindari perangkap panca indera kita atas sesuatu benda yang menggiurkan. Membatasi pikiran untuk berpakaian atau memiliki gadget seperti orang kaya...."
Uvewe : "Hanya itu saja...?"
Opekiu : "Itu sudah baik jika kita dapat berperilaku seperti demikian. Ada lagi yang lain yaitu mencari penghasilan ekstra yang halal. Setelah pulang bekerja, saya mencari tambahan penghasilan sebagai guru les privat hingga pukul sembilan malam. Mula-mula saya mengajar di dua tempat, namun belakangan saya berhasil mengajar di empat tempat. Tahu gak bro, setiap tempat sanggup memberiku penghasilan delapan ratus ribu.... Hitung saja, berapa yang saya peroleh ditambah dengan gajiku sebagai asisten manajer. Sebulan saya berhasil menabung lima juta rupiah..."
Uvewe : "Hah..? Bukan main... Gaji saya sekarang sudah mencapai delapan juta... Jangankan untuk menabung, kadang-kadang saja saya masih kekurangan..."
Opekiu : "Nah, yang paling penting, saat penghasilan kita bertambah, jangan pula menaikkan status kehidupan kita yang berimbas dengan bertambahnya pengeluaran...."
Uvewe : "Maksudnya...?"
Opekiu : "Saat berpenghasilan kecil, makan di warteg. Saat berpenghasilan besar, tidak mau lagi makan di warteg. Inginnya makan di kafe atau restoran mahal. Alasannya gengsi... Saat orang menggunakan iphone, langsung tergiur untuk mengganti smartphone jadulnya dengan iphone berharga belasan juta. Sifat gengsi ini, sering membuat orang tidak bisa menabung dan akhirnya hidupnya begitu-begitu saja. Tidak ada progressnya..."
Uvewe : "Benar sekali apa yang kamu katakan. Terima kasih atas pembelajaran yang begitu berharga. Saya akan mengikuti saran-saran kamu. Maafkan diriku yang pernah mencibir dan menyepelekan dirimu dulu..."
Opekiu : "Its okay boss....!!!"
Sobatku yang budiman...
Tidak ada seorangpun yang mau dianggap remeh, disepelekan atau diabaikan. Namun kita tidak boleh serta merta mengubah penampilan dan kebiasaan agar dianggap sebagai orang berada.
Perkokoh kemauan dan jangan mudah dipengaruhi oleh pandangan negatif lingkungan sekitar. Mereka akan merenggut keyakinan diri kita dan berusaha meyakinkan pikiran kita bahwa kita tidak akan sanggup meraih impian dengan kemampuan yang ada. Membuat kita patah semangat dan tidak lagi berniat meraih impian hidup. Jangan pedulikan itu...
Sebenarnya kita disebut kuat bukan karena memiliki badan yang kuat, bukan juga karena mempunyai otot yang kekar. Namun, sejatinya kita kuat karena kita memiliki kemauan yang teguh dan kuat. Sebab, kemauan yang kuat merupakan awal dari kekuatan kita.
Kemauan kita untuk memperoleh sesuatu, jauh lebih penting daripada kekuatan kita untuk mendapatkan sesuatu.
Jangan membiarkan diri kita dipengaruhi oleh nyanyian sumbang orang lain, yang hanya akan mengubur kemauan kita dan akan menumpulkan kekuatan kita.
Masa depan yang cerah berada di tangan kita sendiri. Yakinlah bahwa kita pasti dapat mewujudkan asalkan memiliki kemauan.
"Tidak ada orang yang tidak mempunyai kekuatan, yang ada hanyalah orang yang tidak mempunyai kemauan"
Semua orang pasti memiliki kekuatan untuk memulai perubahan, namun kadangkala kekuatan itu tidak berarti apa-apa karena mereka tidak memiliki kemauan yang kuat untuk memulai.
Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar