KEBAJIKAN ( De 德 ) - Seorang pemuda bernama Sinchan bekerja sebagai pencari dan pengumpul ikan hias di dalam lautan. Dengan bermodalkan sebuah tabung oksigen yang terpasang di punggungnya, jaring penangkap ikan dan plastik pengumpul ikan hias, Sinchan akan menyelam hingga ke dasar lautan, tempat para ikan hias berkumpul. Sebelumnya Sinchan pernah mendapat pelatihan bagaimana cara mencari ikan hias yang bagus.
Saat dirinya terjun menyelam, Sinchan bertekad untuk mencari ikan hias sebanyak-banyaknya, seperti yang diinginkan majikannya.
Namun saat berada di bawah permukaan laut, Sinchan mulai melupakan tugasnya. Baru kali ini, Sinchan merasakan kehidupan alam laut yang begitu menakjubkan.
Pemandangan keindahan di dasar laut begitu mempesona. Bunga-bunga karang dengan warna-warni dan aneka bentuk yang menarik telah membuyarkan konsentrasinya dalam mencari ikan-ikan hias. Hewan-hewan laut yang belum pernah dilihatnya, berseliweran kesana kemari dengan gerakan gemulai, telah menggoda imannya untuk ikut bermain dan bercengkerama dengan mereka.
Begitu mempesona dan begitu eksotiknya kehidupan di dalam laut membuat Sinchan terlena dan melupakan tugas utamanya.
Hingga suatu saat, Sinchan merasa terkejut, tatkala dirinya mengetahui bahwa oksigen yang berada dipunggungnya tinggal sedikit.
Sinchan menyadari telah melakukan keteledoran. Muncullah perasaan takut. Niatnya untuk mencari ikan hias, bakal berakhir sia-sia. Dia membayangkan bagaimana amarah majikannya saat dia muncul dari dalam air tanpa membawa apapun.
Dengan semakin sempitnya waktu, Sinchan segera melepaskan pandangannya dari keindahan bawah laut, mulai memfokuskan diri untuk mencari ikan hias yang ada di sekitarnya. Dia tidak berani menyelam lebih dalam lagi, karena oksigen sudah semakin menipis.
Namun sayang, kekuatan fisiknya sudah melemah, energinya sudah habis terkuras saat bercanda ria dengan para hewan dan saat menikmati keindahan alam bawah laut. Dengan memanfaatkan keterbatasan kekuatan yang ada, Sinchan hanya berhasil mengumpulkan beberapa ekor ikan hias, itupun bukan ikan hias yang tercantik.
Akhirnya, isi tabung oksigennya benar-benar kosong, memaksanya harus segera berenang ke atas permukaan. Walaupun ikan hias yang berhasil dikumpulnya sangat sedikit, mau tidak mau Sinchan harus segera meninggalkan kedalaman lautan.
Malangnya lagi, karena panik dan tergesa-gesa, Sinchan tidak sempat mengikat kantongnya dengan baik, sehingga saat bersenggolan dengan seekor ikan yang berukuran cukup besar, tali ikatan terlepas dan menumpahkan seisi plastik yang telah dikumpulkannya dengan sisa-sisa tenaga terakhir yang dimilikinya.
Ketika tiba di permukaan air, sang majikan telah menunggu dengan penuh harapan. Saat matanya menoleh ke isi kantong plastik, seketika wajahnya berubah menjadi merah padam.
Majikan : "Kamu sungguh keterlaluan, satu tabung berisi oksigen penuh, kamu sia-siakan dengan tidak membawa hasil apapun. Kamu kira oksigen ini tidak dibeli dengan uang?"
Sinchan : "Maafkan saya tuan, saya teledor dan melakukan kesalahan..."
Majikan : "Memangnya apa yang kamu lakukan di bawah sana?"
Sinchan : "Saya terbuai dengan keindahan pemandangan di bawah laut sehingga melupakan tugasku mencari dan mengumpulkan ikan hias. Saya terlena dengan kehidupan yang menakjubkan mata saya. Saya mohon maaf, tuan..."
Majikan : "Kesalahan kamu sudah terlalu fatal. Inilah pertama kali kamu diberi kesempatan bertugas mengumpulkan ikan-ikan hias, namun kamu mengabaikan kewajibanmu. Kamu hanya membuang-buang waktumu untuk kenikmatan sesaat. Saya sangat kecewa..."
Sinchan masih berusaha memohon dengan menumpahkan tangisnya. Untung saja majikannya masih mau memaafkan dan memberinya kesempatan untuk bekerja kembali.
Sejak saat itu, Sinchan mulai mengerti bagaimana cara membedakan antara menunaikan tugas dan menikmati keindahan dunia bawah laut. Tidak mau lagi membiarkan dirinya terbelenggu oleh kenikmatan sesaat yang dapat membuatnya mengabaikan tugas utamanya.
Sobatku yang budiman...
Sepenggal kisah di atas, sangatlah lumrah dan jamak terjadi dalam kehidupan kita....
Tabung oksigen dilambangkan sebagai jatah umur manusia sedangkan ikan hias diibaratkan sebagai pahala, perbuatan baik dan kebajikan yang harus kita kumpulkan. Keindahan pemandangan bawah laut yang memukau dapat dianggap sebagai godaan-godaan kenikmatan duniawi.
Seringkali kita terlena dengan buaian kehidupan duniawi yang "memabukkan alam pikiran" dan melupakan kewajiban untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin. Di saat lain, waktu kita juga tidak banyak lagi. Hanya sebanyak "isi tabung oksigen".
Pernahkah kita melakukan introspeksi diri, apakah ikan hias (pahala) yang kita peroleh sudah cukup? Sehingga suatu saat nanti, saat "oksigen sudah habis" dan kita harus segera naik ke atas permukaan untuk menjumpai majikan kita, Tuhan Sang Maha Pencipta, maka kita sudah memiliki "ikan hias" (pahala) yang cukup dan berharap akan diterima oleh-Nya dengan tangan terbuka dan senyum kebahagiaan.
Janganlah kita terlena dengan kehidupan duniawi dan kenikmatan sesaat yang menyesatkan. Bukan tidak mungkin, terkadang kenikmatan yang sedang kita rasakan merupakan cobaan dan ujian bagi kita, apakah kita akan selalu ingat Tuhan dan menjalankan kewajiban kita mengumpulkan pahala atau sebaliknya mengabaikannya...
Semua terserah kepada keputusan kita masing-masing.. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar