|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 25 April 2011

Jenderal Besar Cao Bin, Pria Yang Rendah Hati

 

Seorang pria sejati, tidak dilihat dari kehebatannya. Ia cukup dengan bersikap rendah hati, pemaaf dan toleran terhadap orang lain. Sifat itulah yang dimiliki Jenderal Besar Cao Bin.
Cao Bin dilahirkan di Kabupaten Linshou yang dikenal sekarang sebagai Provinsi Hebei, Tiongkok. Ia merupakan salah seorang tokoh yang membantu mendirikan Dinasti Song Utara. Walaupun telah meraih banyak keberhasilan dan penghargaan, ia tidak pernah membanggakan prestasinya dan memperoleh rasa hormat yang mendalam dari rakyat.
Tahun ke-5 periode Xiande pada masa akhir Dinasti Zhou, Kaisar Shizong (Chai Rong) meminta Cao Bin untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke kerajaan Wuyue. Wuyue mencoba memberinya banyak hadiah pada berbagai kesempatan, tetapi Cao Bin selalu menolak. Saat perjalanan pulang, setelah naik ke kapal, Wuyue tanpa sepengetahuan Cao Bin meninggalkan sejumlah besar emas, perak dan berbagai permata di atas kapal sebagai hadiah untuknya. 

Setelah kembali ke istana, Cao Bin menyerahkan seluruh harta tersebut kepada istana. Kaisar sangat tersentuh dengan sikapnya tersebut dan mengembalikan seluruh hadiah kepadanya. Cao Bin tidak ada pilihan kecuali menerima penghargaan kaisar. Setelah menerima hadiah dari kaisar, ia membagikan seluruhnya kepada kerabat dan kawan-kawannya.

Pada saat itu, Zhao Kuangyin (yang belakangan mendirikan Dinasti Song dan menjadi Kaisar Taizong) adalah seorang jenderal penting yang memimpin pasukan kerajaan. Banyak perwira mencoba mendekatinya, hanya Cao Bin yang tidak melakukan itu. Selain dalam tugas resmi, ia tidak pernah mengunjungi Zhao di rumahnya. Setelah Zhao Kuangyin menjadi kaisar, ia pernah sekali bertanya kepada Cao, “pada masa lalu, saya selalu ingin mengenal Anda lebih dekat. Mengapa Anda selalu dengan sengaja menjaga jarak dan menghindar dari saya?” Cao Bin menjawab, “saya cukup dekat dengan mantan Kaisar Zhou dan juga seorang pejabat di istananya. Saya memusatkan perhatian untuk memenuhi kewajiban dan tidak ingin membuat kesalahan. Bagaimana saya berani berteman dengan Yang Mulia?” Karena jawabannya yang jujur kaisar menjadi lebih memandangnya.

Tahun kedua periode Jianlong, Cao Bin mengabdi sebagai kanselir Liu Guangyi, ketika Liu memimpin pasukan untuk menumpas pemberontakan di Shu (Provinsi Sichuan sekarang). Setelah pemberontakan dipadamkan, semua perwira tinggi dari tentara Song pulang ke rumah dengan perempuan cantik, giok, sutra dan berbagai barang berharga lainnya. Cao Bin hanya membawa pulang pakaian dan buku-bukunya. Kaisar Taizong menyadari jasanya yang besar dalam memadamkan pemberontakan tersebut, dan mengangkatnya menjadi gubernur Yicheng. Cao Bin mencoba menolak promosi tersebut beberapa kali. Kaisar akhirnya berkata, “Anda telah berjasa besar dan juga tidak pernah mencoba memamerkan diri. Adalah wajar bagi sebuah negara untuk memberikan penghargaan kepada yang baik dan menghukum yang buruk. Anda jangan menolaknya lagi.”

Setelah Dinasti Song didirikan, penguasa terakhir dari Dinasti Tang yang sebelumnya melarikan diri ke Jilin (Kota Nanjing sekarang) dan membangun Dinasti Tang Selatan. Cao Bin diminta oleh Kaisar Taizong dari Dinasti Song untuk menaklukkan Dinasti Tang Selatan. Ketika tentara Song mempersiapkan pengepungan dan penyerangan ke Kota Jilin, Cao Bin khawatir tentaranya akan melukai warga tidak berdosa yang tinggal di kota tersebut. Sehingga ia berpura-pura sakit dan meminta tentaranya untuk membakarkan dupa berdoa demi kesembuhannya dan membuat janji untuk tidak melukai satu orang pun yang tidak berdosa ketika melakukan pengepungan. Setelah tentara Song berhasil melakukan pengepungan, mereka memperlakukan warga biasa di Jilin dengan baik dan disambut hangat oleh rakyat di sana. Setelah penguasa Dinasti Tang Selatan dipaksa menyerah, Cao Bin menghibur pejabat-pejabat dan penguasa ini dengan kata-kata ramah dan memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat. 

Setelah Cao Bin dengan sukses menyelesaikan misi dan kembali ke Istana Song, dalam laporannya kepada kaisar, ia sekali lagi tidak mencoba untuk membanggakan diri sama sekali. Ia hanya menulis, “saya telah menyelesaikan tugas yang kaisar titahkan kepada saya di selatan.” Sebelum Cao Bin memimpin tentara ke selatan, kaisar pernah berkata, bahwa beliau akan mengangkatnya menjadi perdana menteri bila Cao berhasil menaklukkan Dinasti Tang Selatan. Karena itu setelah wakilnya, Pan Renmei segera memberi selamat kepada Cao karena akan menjadi perdana menteri yang akan datang. Cao Bin tertawa lembut dan berkata, “bukanlah demikian. Saya hanyalah memenuhi kewajiban. Kita dapat meraih kemenangan hanya karena karunia langit dan strategi militer yang istana telah kembangkan sebelumnya. Jasa apa yang telah saya buat? Saya bahkan tidak pantas memperoleh jabatan itu.”

Walaupun Cao Bin memegang jabatan tinggi, ia sama sekali tidaklah kaya. Ia memberikan sisa gajinya kepada saudara-saudaranya. Buku Rekor Dinasti Song menggambarkannya sebagai berikut, “setelah memadamkan pemberontakan dua negeri (Shu dan Tang Selatan), ia tidak mengambil satu sen pun. Ia seorang jenderal dan perdana menteri, tetapi tidak pernah berpikir ia seorang yang istimewa karena jabatannya”. Ketika mengabdi pada istana kerajaan, ia tidak pernah melawan kehendak kaisar, juga tidak pernah membahas kekurangan orang lain. Ketika di perjalanan, ia selalu memerintahkan juru mudinya untuk menjalankan keretanya di tepi jalan dan membiarkan kereta perwira lainnya berlalu lebih dahulu, bahkan bila pejabat tersebut berpangkat jauh lebih rendah darinya. Ia tidak pernah memanggil bawahannya langsung dengan nama untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada mereka. Bila bawahannya menghadap untuk melapor, ia selalu mengenakan pakaian dan topinya dengan cermat sebelum menemui mereka.

Ia memperlakukan bawahannya dengan toleransi yang besar, pertama-tama selalu memposisikan dirinya dalam situasi mereka. Ketika ia menjadi pejabat di Xuzhou, satu dari bawahannya membuat kesalahan dan hukuman cambuk beberapa kali dijatuhkan kepadanya. Tetapi Cao memerintahkan untuk menunda hukuman selama setahun. Rakyat tidak mengerti, mengapa ia lakukan hal itu. Cao menjelaskan, “saya mendengar pejabat ini baru menikah. Bila saya langsung menghukumnya, orang tuanya akan berpikir, bahwa istri barunya membawa sial kepadanya dan karenanya akan mencaci dan memukulinya setiap siang dan malam, membuatnya sulit bertahan hidup. Pejabat masih akan dihukum untuk kesalahannya. Tetapi penundaan tidaklah bertentangan dengan hukum.”

Dalam Buku Sikap (Li Ji) dikatakan, “seorang pria sejati tidak membesar-besarkan maupun membanggakan prestasinya. Ia hanya menceritakan fakta-fakta apa adanya”. Dikatakan lagi, “seseorang seharusnya memuji perbuatan baik dan prestasi orang lain, menghargai dan memperlakukan mereka dengan hormat”. Juga dikatakan, “karenanya, walaupun seorang pria sejati bersikap rendah hati, orang-orang dengan sendirinya akan menghormatinya”. 

Ada sebuah pepatah Tionghoa, “langit di atas tidak berkata ia tinggi, namun ia memang tinggi. Tanah di bawah tidak berkata ia menjurus ke dalam, namun ia memang menjurus ke dalam”. Banyak orang sangat congkak. Mereka suka membanggakan diri dan selalu khawatir orang lain tidak mengetahui betapa cakapnya mereka. Sesungguhnya mereka sama sekali tidak cakap. Orang yang sungguh berpengetahuan dan bersikap tidak pernah mencoba menunjukkan dirinya. Bila seseorang sungguh cakap, orang lain akan mengenali dengan sendirinya tanpa orang tersebut berkata sesuatu. Orang Tionghoa berkata, “Bunga Plum selalu berdiam diri. Namun orang-orang terpesona dengan keindahannya. Begitu banyak orang membelokkan langkah kaki, mendekat untuk memandangnya”. 

Cao Bin bukan saja berbakat, tetapi juga memiliki banyak budi jasa. Ia seorang pria sejati yang bersikap rendah hati, pemaaf dan toleran terhadap orang lain. Pada saat ia wafat, Kaisar Zhenzong dari Dinasti Song sangatlah sedih dan menangis. Setiap kali beliau bicara tentang Cao dengan para pejabatnya, kaisar menjadi terisak-isak. Setelah kematiannya, kaisar memberikan Cao gelar bangsawan Adipati Jiyang. Ia dan Perdana Menteri Zhao Pu keduanya memperoleh tempat terhormat di Kuil Kaisar Taizong. Ia secara luas juga dianggap sebagai seorang jenderal besar.

Tidak ada komentar:
Write komentar