Pelajaran moral kuno mengajarkan pada kita bahwa seseorang harus
bijaksana terhadap apa yang di dengar dan dikatakan orang. Akibat banyak mulut maka akan
menyakiti orang lain, melebihi pisau tajam dan senapan. Lebih lagi,
setelah suatu kata diucapkan, tidak akan bisa ditarik kembali.
Hal ini bisa menimbulkan kebencian dan karma, membuat kesengsaraan pada si pembicara. Untuk itu, prinsip seseorang yang mengutamakan kebaikan akan memberikan perhatian sangat mendalam terhadap apa yang diucapkannya, tidak akan membicarakan tentang kekurangan orang lain secara terbuka.
Pada masa tiga negara kaisar Kuiming pada suatu hari raja mengajak selir kesayangannya untuk bertamasya ke danau untuk menyaksikan bunga-bunga yang mekar. Selir kesayangannya ini tahu sifat ratu adalah seorang yang sangat pencemburu, jika mengetahui hal tersebut pasti akan mencari masalah dengannya.
Hal ini bisa menimbulkan kebencian dan karma, membuat kesengsaraan pada si pembicara. Untuk itu, prinsip seseorang yang mengutamakan kebaikan akan memberikan perhatian sangat mendalam terhadap apa yang diucapkannya, tidak akan membicarakan tentang kekurangan orang lain secara terbuka.
Pada masa tiga negara kaisar Kuiming pada suatu hari raja mengajak selir kesayangannya untuk bertamasya ke danau untuk menyaksikan bunga-bunga yang mekar. Selir kesayangannya ini tahu sifat ratu adalah seorang yang sangat pencemburu, jika mengetahui hal tersebut pasti akan mencari masalah dengannya.
Lalu dia memohon kepada kaisar Kuiming untuk mengundang
ratu sekalian pergi bertamasya. Kaisar tidak setuju, bahkan
memperingatkan para pengawal dan dayang-dayang yang berada disana untuk
tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun.
Tetapi diantaranya ada seorang dayang, karena ingin mengambil hati sang
ratu dia sengaja menghadap ratu dan menceritakan kejadian mereka pergi
bertamasya ke danau dan menyaksikan bunga-bunga yang sedang mekar, dia pun berpesan
supaya ratu tidak menceritakan kejadian ini kepada siapapun.
Ratu yang pencemburu ini tentu saja tidak dapat menahan emosinya,
keesokkan harinya ratu pun menghadap raja dengan marah-marah serta bertanya kepada raja
mengenai kejadian tersebut, sehingga membuat raja menjadi malu dihadapan para
menterinya. Dari rasa malu kemudian berubah menjadi emosi, dengan marah raja kemudian
memerintahkan kepada prajuritnya pada hari itu juga untuk memenggal kepala
ratu serta seluruh dayang-dayang yang ikut dengannya.
Hal ini terjadi karena ratu dan para dayang-dayangnya kurang bijaksana, oleh sebab
banyak mulut ingin mencelakakan orang lain, siapa yang tahu bahwa pada
akhirnya dia mencelakakan dirinya sendiri?
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar