Kegembiraan
berarti keberhasilan, inilah filosofi kehidupan yang penuh dengan
kecerahan. Di dalam kehidupan yang nyata, tidak sulit bagi kita
menjumpai orang semacam ini.
Kebanyakan rona wajah mereka cerah memerah, bertubuh sehat, wajah berseri penuh senyuman, hati mereka gembira.
Mereka telah mengekspresikan semua kebahagiaan hidup sebagaimana manusia hidup, di dalam karier mereka tidak banyak memberikan sumbangsih, mereka jauh dari nama, keuntungan pribadi dan ketenaran.
Kebanyakan rona wajah mereka cerah memerah, bertubuh sehat, wajah berseri penuh senyuman, hati mereka gembira.
Mereka telah mengekspresikan semua kebahagiaan hidup sebagaimana manusia hidup, di dalam karier mereka tidak banyak memberikan sumbangsih, mereka jauh dari nama, keuntungan pribadi dan ketenaran.
Di awal abad yang lalu, ada seorang pemuda yang
mempunyai angan-angan menjadi seorang pemain biola handal seperti
Bognini. Begitu ada waktu senggang, dia selalu berlatih bermain biola,
hingga lupa akan segalanya bagaikan orang yang kecanduan.
Akan tetapi kemajuan yang dicapainya sangatlah minim,
hingga kedua orang tuanya pun merasakan permainan biola anak mereka
yang malang ini sangatlah buruk, sama sekali tidak memiliki bakat dalam
seni musik, tapi mereka takut untuk mengungkapkan kenyataan yang akan
melukai harga diri anak mereka itu.
Suatu
hari, pemuda ini ingin berguru pada seorang biolis senior. Biolis
senior itu berkata, “Nak, coba kamu mainkan sebuah lagu untuk saya
dengarkan.” Pemuda itu memainkan lagu ketiga dari kedua puluh empat lagu
ciptaan Bognini. Gesekan biolanya terdapat banyak kelemahan sehingga
tidak nyaman untuk didengar.
Selesai
memainkan sebuah lagu, biolis tua itu bertanya kepada sang pemuda,
“Mengapa kamu sangat gemar memainkan biola?” Pemuda itu berkata, “Saya
ingin sukses, saya ingin menjadi pemain biola seperti halnya Bognini.”
Sang biolis tua bertanya lagi, “Apakah kamu gembira?” Pemuda itu
menjawab, “Saya sangat gembira.”
Biolis
tua itu pun mengajak sang pemuda untuk pergi ke taman bunganya, lalu
bertanya kepadanya, “Nak, kamu sangat gembira, hal ini menjelaskan bahwa
kamu telah berhasil, tidaklah perlu menjadi suatu keharusan berhasil
seperti halnya Bognini menjadi seorang pemain biola yang agung. Dalam
pandangan saya, gembira itu sendiri merupakan suatu keberhasilan.”
Pemuda
itu sangat tersentuh mendengar perkataan dari sang biolis tua. Ia
akhirnya memahami bahwa kegembiraan adalah keberhasilan yang membutuhkan
biaya terendah dan juga resiko terkecil di dunia ini, dan bisa
memberikan manfaat bagi manusia. Jika meninggalkan kegembiraan dan
mencari yang lain, seseorang mungkin sekali akan terjerumus di dalam
lumpur kekecewaan, kebingungan dan kerisauan.
Api
yang bergelora dalam hati pemuda ini sejak itu pun menjadi padam,
tenang, ia masih sering memainkan biola, tapi sudah tidak lagi
terbelenggu oleh impiannya ingin menjadi Bognini.
Siapakah pemuda ini?
Ia adalah Albert Einstein, seumur hidupnya ia masih gemar memainkan
biola, walaupun permainannya masih tetap buruk, akan tetapi ia bisa
mendapatkan kegembiraan tersendiri.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar