Seorang anak setiap hari menabung karena berharap dapat membeli barang apa saja yang ia inginkan.
Setelah merasa tabungannya cukup maka ia ingin mengambil uangnya lalu minta kepada sang ayah untuk mengantar ke bank mengambil uang tersebut. Sang ayah merasa penasaran akan dibelikan apa uang anaknya.
Setelah mengambil uang di bank, si anak meminta sang ayah untuk mengantar pulang ke rumah. Sang ayah heran mengapa anaknya tidak meminta diantarkan untuk membeli barang yang diinginkannya.
Sesampai di rumah, anak itu memasukkan uangnya ke dalam kotak yang telah ia siapkan lalu meletakkannya di sisi tempat tidur.
Kemudian ia berkata lantang kepada ayahnya bahwa sekarang ia dapat membeli apa saja yang ia inginkan, karena mempunyai uang yang banyak di sisinya. Sang ayah tersenyum mengetahui betapa polos cara berpikir anaknya.
Sebenarnya dalam kehidupan ini, kita pun "menabung" beraneka macam dengan harapan dapat memenuhi apa pun yang kita inginkan. Ada yang menabung keserakahan dengan mencari sebanyak mungkin untuk memperoleh kepuasan, walau yang terjadi justru sebaliknya. Semakin banyak yang ia cari, maka kian bertambah jauhlah ia dari kepuasan.
Ada yang menabung kebencian dengan terus memelihara pikiran buruk terhadap yang tidak disukainya karena menganggap kebencian itu sudah sepantasnya dan bahkan diyakininya sebagai pelampiasan yang sanggup memuaskan dirinya. Yang terjadi justru kebencian bertambah karena kepuasan tidak akan pernah muncul dari pelampiasan keinginan.
Ada pula yang menabung kebodohan dengan perilaku buruk yang terus ia lakukan. Ia mengetahui bahwa yang dilakukannya adalah kemunduran namun lagi-lagi begitu banyak alasan pembenar ia ungkapkan demi melakukannya.
Sesungguhnya keserakahan tidak akan pernah mencukupi, kebencian tidak akan pernah melegakan, dan kebodohan tidak akan pernah membawa kemajuan. Sudahkah kita menabung kemurahan hati, kewelas asihan, dan kebijaksanaan ? Belajar dari yang berlalu, Bermawas pada saat ini, dan Berkesadaran untuk menyongsong hari esok. ( BETTER / Suniati Tan)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Setelah merasa tabungannya cukup maka ia ingin mengambil uangnya lalu minta kepada sang ayah untuk mengantar ke bank mengambil uang tersebut. Sang ayah merasa penasaran akan dibelikan apa uang anaknya.
Setelah mengambil uang di bank, si anak meminta sang ayah untuk mengantar pulang ke rumah. Sang ayah heran mengapa anaknya tidak meminta diantarkan untuk membeli barang yang diinginkannya.
Sesampai di rumah, anak itu memasukkan uangnya ke dalam kotak yang telah ia siapkan lalu meletakkannya di sisi tempat tidur.
Kemudian ia berkata lantang kepada ayahnya bahwa sekarang ia dapat membeli apa saja yang ia inginkan, karena mempunyai uang yang banyak di sisinya. Sang ayah tersenyum mengetahui betapa polos cara berpikir anaknya.
Sebenarnya dalam kehidupan ini, kita pun "menabung" beraneka macam dengan harapan dapat memenuhi apa pun yang kita inginkan. Ada yang menabung keserakahan dengan mencari sebanyak mungkin untuk memperoleh kepuasan, walau yang terjadi justru sebaliknya. Semakin banyak yang ia cari, maka kian bertambah jauhlah ia dari kepuasan.
Ada yang menabung kebencian dengan terus memelihara pikiran buruk terhadap yang tidak disukainya karena menganggap kebencian itu sudah sepantasnya dan bahkan diyakininya sebagai pelampiasan yang sanggup memuaskan dirinya. Yang terjadi justru kebencian bertambah karena kepuasan tidak akan pernah muncul dari pelampiasan keinginan.
Ada pula yang menabung kebodohan dengan perilaku buruk yang terus ia lakukan. Ia mengetahui bahwa yang dilakukannya adalah kemunduran namun lagi-lagi begitu banyak alasan pembenar ia ungkapkan demi melakukannya.
Sesungguhnya keserakahan tidak akan pernah mencukupi, kebencian tidak akan pernah melegakan, dan kebodohan tidak akan pernah membawa kemajuan. Sudahkah kita menabung kemurahan hati, kewelas asihan, dan kebijaksanaan ? Belajar dari yang berlalu, Bermawas pada saat ini, dan Berkesadaran untuk menyongsong hari esok. ( BETTER / Suniati Tan)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar