Kemampuan seseorang dalam mengetahui tentang adanya atau terjadinya
sesuatu pada dirinya, yang dengan itu ia bangkit dan mampu mengambil
suatu keputusan, pilihan, atau upaya yang tepat dalam melakukan
perbaikan untuk mencapai kebajikan.
Sadar diri bermanfaat bagi seseorang, terutama ketika ia ingin mengetahui posisinya dalam berinteraksi dengan orang lain atau masyarakat.
Berdasarkan posisi inilah ia dapat mengambil suatu keputusan, pilihan, atau upaya yang tepat dalam melakukan perbaikan untuk mencapai kebajikan.
Agar mampu sadar diri seseorang perlu memiliki informasi dan pemahaman yang memadai tentang dirinya dan kebajikan yang diperjuangkannya. Informasi ini diperlukan agar ia mengetahui jarak antara dirinya dengan kebajikan. Bila antara dirinya dengan kebajikan terdapat jarak yang terlalu jauh, maka ia harus berupaya mendekatkan kualitas dirinya dengan kebajikan. Dengan kata lain, kualitas dirinya harus sesuai dengan kebajikan.
Oleh karena itu, seseorang perlu terus menerus memiliki ketertarikan pada kebajikan, dengan cara terus menerus memperbarui informasi dan pemahaman yang memadai tentang kebajikan. Seseorang yang sadar diri juga berikhtiar dengan bersikap, bahwa balasan atas suatu penderitaan yang dialami haruslah sesuatu yang membajikkan.
Balasan juga harus mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin senang melakukan kebajikan. Demikian pula dengan balasan atas celaan atau hinaan haruslah sesuatu yang mampu mencerahkan, atau mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin gemar memahami kebajikan.
Ikhtiar membajikan dan mencerahkan yang dilakukan oleh seseorang yang sadar diri, berbasis pada kesediaannya untuk menyerap informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari lingkungan. Ia sungguh-sungguh berupaya memanfaatkan inderanya secara optimal, dengan banyak mendengar, melihat, dan mengamati.
Bagi seseorang yang sadar diri, umur tidak mampu menghalanginya untuk terus menerus belajar. Baginya belajar tidak selalu bersekolah, melainkan lebih dimaknai sebagai upaya pembaruan informasi, pengetahuan, dan keterampilan secara terus menerus. Oleh karena itu belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, atau belajar dapat dilakukan oleh siapapun baik ia bersekolah maupun tidak bersekolah. (Sida Yang)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Sadar diri bermanfaat bagi seseorang, terutama ketika ia ingin mengetahui posisinya dalam berinteraksi dengan orang lain atau masyarakat.
Berdasarkan posisi inilah ia dapat mengambil suatu keputusan, pilihan, atau upaya yang tepat dalam melakukan perbaikan untuk mencapai kebajikan.
Agar mampu sadar diri seseorang perlu memiliki informasi dan pemahaman yang memadai tentang dirinya dan kebajikan yang diperjuangkannya. Informasi ini diperlukan agar ia mengetahui jarak antara dirinya dengan kebajikan. Bila antara dirinya dengan kebajikan terdapat jarak yang terlalu jauh, maka ia harus berupaya mendekatkan kualitas dirinya dengan kebajikan. Dengan kata lain, kualitas dirinya harus sesuai dengan kebajikan.
Oleh karena itu, seseorang perlu terus menerus memiliki ketertarikan pada kebajikan, dengan cara terus menerus memperbarui informasi dan pemahaman yang memadai tentang kebajikan. Seseorang yang sadar diri juga berikhtiar dengan bersikap, bahwa balasan atas suatu penderitaan yang dialami haruslah sesuatu yang membajikkan.
Balasan juga harus mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin senang melakukan kebajikan. Demikian pula dengan balasan atas celaan atau hinaan haruslah sesuatu yang mampu mencerahkan, atau mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin gemar memahami kebajikan.
Ikhtiar membajikan dan mencerahkan yang dilakukan oleh seseorang yang sadar diri, berbasis pada kesediaannya untuk menyerap informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari lingkungan. Ia sungguh-sungguh berupaya memanfaatkan inderanya secara optimal, dengan banyak mendengar, melihat, dan mengamati.
Bagi seseorang yang sadar diri, umur tidak mampu menghalanginya untuk terus menerus belajar. Baginya belajar tidak selalu bersekolah, melainkan lebih dimaknai sebagai upaya pembaruan informasi, pengetahuan, dan keterampilan secara terus menerus. Oleh karena itu belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, atau belajar dapat dilakukan oleh siapapun baik ia bersekolah maupun tidak bersekolah. (Sida Yang)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar