Pernah ada sebuah pertanyaan “Mana yang lebih baik, menjadi orang beragama tetapi tidak menjadi orang baik, atau menjadi orang baik tetapi tidak beragama?”.
Pertanyaan
ini terasa sulit untuk dijawab atau tidak berani untuk menjawab?
Sebenarnya kalau ditelusur, munculnya ajaran / agama adalah dimaksudkan
untuk merubah manusia pada masa itu, dari manusia yang tidak baik
menjadi orang yang bermoral baik.
Dalam
sejarah agama, selalu diceritakan bahwa munculnya suatu ajaran kebaikan
yang disampaikan oleh pembawa ajaran pada saat itu, selalu terjadi
disaat umat manusia masa itu sudah berubah menjadi sangat buruk, tidak
bermoral, dan tidak tahu makna kebaikan yang sesungguhnya.
Sebab,
ajaran kebaikan sebelumnya, yang dulu pernah ada, telah menjadi ajaran
sesat karena telah banyak yang diselewengkan (telah menyimpang) sehingga
makna kandungan ajarannya telah jauh berbeda dengan makna yang semula
diajarkan oleh pendiri atau pembawanya.
Dengan
demikian sejarah moral manusia berulang lagi manjadi manusia bermoral
buruk, yang hanya terobsesi untuk memikirkan kepentingan pribadi
sehingga yang dilakukan adalah hal-hal yang merusak dan merugikan orang
lain.
Seandainya
diurut lagi mundur ke belakang dengan sebuah pertanyaan,“Percayakah kita
sebelum suatu agama masuk ke suatu wilayah negara yang lain dari negara
dimana agama tersebut berasal, masyarakat di negara setempat semua
mempunyai moral yang buruk?” atau “Percayakah kita bahwa nenek moyang
kita dahulu tidak mempunyai moral yang baik karena belum ada agama
pada saat itu?”.
Kalau
kita mampu berpikir dengan kepala jernih, jawaban kedua pertanyaan
tersebut adalah “Tidak Percaya”. Karena agama yang dipahami jaman
sekarang mungkin berbeda dengan keyakinan terhadap prinsip kebenaran
dari Tuhan yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang bukan
sekedar ritual dan formalitas belaka.
Di
kalangan orang-orang spiritual mereka percaya bahwa keyakinan atau
ajaran kebatinan yang oleh orang-orang tua jaman dahulu lakukan, sebelum
adanya agama modern jaman sekarang, adalah yang membuat mereka
mempunyai keluhuran jiwa serta budi pekerti yang jauh lebih baik
dibanding jaman sekarang yang sudah awut-awutan tidak karuan.
Meskipun seolah-olah beragama. Mereka percaya bahwa olah batin atau olah jiwa yang selama itu mereka tempa adalah kunci pokok seseorang untuk dapat memahami apa makna dan tujuan hidup manusia yang sebenarnya.
Mungkin itulah sebabnya muncul pepatah jawa “urip mung mampir ngombe” atau dalam bahasa Indonesia “hidup hanya untuk numpang minum”, dengan pemahaman hidup seperti itu maka orang jaman dulu mempunyai prinsip menjalani hidup sederhana tidak hura-hura / foya-foya, “ora ngongso, nrimo ing pandum (tidak memaksakan diri, menerima pemberian Tuhan dengan ikhlas )”, yang terefleksi pada kegemaran suka mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, kepentingan keluarga atau kepentingan golongan.
Dalam
fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, telah muncul beberapa aliran
atau ajaran yang semula mengklaim ajaran dari Tuhan, namun kenyataannya
ajaran tersebut telah menyesatkan dan merugikan masyarakat, mulai dari
pengurasan harta sampai pencabulan atas diri pengikutnya yang dilakukan
oleh penyebar atau pembuat ajaran tersebut beserta anggota pengurusnya,
ataupun ajaran untuk membenci dan membunuh sesama manusia dengan alasan
yang seolah-olah perintah dari Tuhan.
Dalam
ramalan kuno atau kitab-kitab suci agama telah tertulis dan tersirat
bahwa pada akhir jaman atau akhir dharma, akan muncul raja terror atau
raja iblis atau dajal yang mengerahkan seluruh pasukannya, untuk merusak
semua umat manusia, dalam berbagai macam bentuk/wujud manusia dan
upayanya, yang bahkan dikatakan mereka akan bersemayam dalam
tempat-tempat ibadah, serta mengatas namakan Tuhan.
Namun begitu di dalam ramalan juga disebutkan akan datangnya penyelamat yang mengajarkan kebaikan sejati kepada manusia agar tidak mengalami kemusnahan akibat bujuk rayu raja iblis/dajal di akhir jaman nanti.
Namun begitu di dalam ramalan juga disebutkan akan datangnya penyelamat yang mengajarkan kebaikan sejati kepada manusia agar tidak mengalami kemusnahan akibat bujuk rayu raja iblis/dajal di akhir jaman nanti.
Dengan
munculnya dua sisi yang bertentangan, antara kebaikan dan kejahatan,
dan dengan segala upaya dari raja iblis yang berusaha menyesatkan
manusia, tentunya menjadi sebuah kesulitan yang baru bagi manusia untuk
membedakan mana yang sesat dan mana yang lurus.
Oleh raja iblis, semua dibuat semu dan rancu, pemahaman yang diajarkanpun seolah-olah benar namun palsu, hanya manusia yang mempunyai mata hati dan kejernihan akal budi yang mampu membedakan ajaran mana yang benar-benar lurus.
Oleh raja iblis, semua dibuat semu dan rancu, pemahaman yang diajarkanpun seolah-olah benar namun palsu, hanya manusia yang mempunyai mata hati dan kejernihan akal budi yang mampu membedakan ajaran mana yang benar-benar lurus.
Tidak ada komentar:
Write komentar