KEBAJIKAN ( De 德 ) - Semua orang pasti pernah merasakan kesal, jengkel, marah dan emosi. Penyebabnya dapat bersumber dari diri sendiri (internal) maupun dari orang lain (eksternal).
Saat kita lalai dan melupakan suatu tugas yang ditujukan kepada kita, maka muncullah rasa kesal karena merasa diri kurang memberikan atensi atau perhatian.
Saat kita tidak sanggup melakukan pekerjaan dan tanggung jawab, maka muncullah rasa jengkel karena merasa diri kita adalah orang bodoh dan tidak berguna.
Saat kita disepelekan dan dianggap sebagai "anak bawang", maka timbullah rasa marah dan emosi karena merasa diri kita bukanlah orang yang lemah, melainkan manusia tangguh.
Saat kita ditinggalkan dan disingkirkan dari komunitas, maka timbullah amarah dan dendam kesumat karena tidak terima dengan perlakuan yang mencederai harkat dan kehormatan kita.
Sesungguhnya kondisi emosi seseorang sering kali menjadi penentu keberhasilan suatu pekerjaan.
Lupakanlah semua perasaan negatif itu. Jauhkan diri dari tindakan kontraproduktif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang sekeliling kita. Buang jauh-jauh perasaan emosi yang "meledak-ledak", yang justru dapat menghambat langkah kita untuk maju.
Jika kita mampu mengontrol kestabilan emosi, maka pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepada kita akan dapat diselesaikan dengan baik.
Sebaliknya, jika kondisi kejiwaan sedang labil dan dipenuhi oleh rasa jengkel, kesal, amarah, emosi dan dendam, maka kita pasti akan merasakan "tambahan beban" dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Sebab fokus pikiran kita tidak lagi terkonsentrasi kepada pekerjaan yang ada di depan mata, melainkan sudah bercabang dan terbagi kepada hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan kita.
Dengan bersungut-sungut dan memasang muka jelek yang mirip "jeruk purut", tanpa disadari, kita telah membentuk image buruk tentang diri kita. Hal ini justru membuat orang lain akan memberi penilaian negatif kepada kita.
Mengapa demikian?
Sebab orang lain pasti enggan untuk mendekati kita, takut kena damprat. Tidak makan nangka tapi kena getahnya.
Padahal mereka berniat untuk membantu, namun karena melihat "muka masam" kita, sehingga mengurungkan niat untuk menawarkan bantuan dan malah menjauh dari kita.
Kita lebih senang berdiam diri, melamun dan duduk termenung. Akibatnya mereka akan menilai pribadi kita sebagai orang yang kurang bertanggungjawab, bekerja asal-asalan, tidak beres, pemalas dan tidak dapat diandalkan. Itulah stigma negatif yang akan muncul ditujukan kepada kita.
Sobatku yang budiman...
Kita harus menyadari bahwa dalam keadaan sedang marah, kesal, emosi, bersungut-sungut dan suka berbantah-bantahan, tidak akan memberikan hasil kinerja yang positif, yang ada justru hasil pekerjaan yang berantakan dan asal jadi.
Untuk menghindari penilaian negatif dan buruk sangka dari orang lain, atasan atau rekan kita, sebaiknya, kita harus tetap bersikap profesional dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepada kita.
Lebih baik bekerja dengan menggunakan hati yang riang gembira daripada membiarkan hati terus menerus dirundung kesal saat menyelesaikan pekerjaan. Toh, ujung-ujungnya pekerjaan itu tetap harus diselesaikan.
Laksanakan setiap pekerjaan dengan sukacita, penuh kegembiraan, penuh semangat dan selalu bersungguh-sungguh, sehingga hasilnya pasti akan memuaskan diri kita dan orang lain.
Sering-seringlah menebar senyum manis dan bernyanyi-nyanyilah kecil, jika hal ini dimungkinkan. Jika tidak, bernyanyi-nyanyilah dalam hati. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar