|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 24 Juli 2016

Jalan Pintas Menjadi Penghuni Surga

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Saat mengadakan wisata alam menyusuri hutan yang masih asri, Opekiu berniat untuk beristirahat melepaskan lelah sejenak sebelum melanjutkan perjalanan mengejar rombongan wisata di depannya.

Saat ini Opekiu tertinggal sendirian di tengah hutan. Pemandu wisata berani membiarkan Opekiu seorang diri tertinggal dari rombongan karena Opekiu sudah berpengalaman berpuluh-puluh kali keluar masuk hutan ini dan pernah menginap selama sebulan di hutan yang dipenuhi tumbuhan menjulang tinggi ke atas.

Hingga akhirnya, Opekiu berhasil menemukan sebuah gua kecil yang hanya sanggup dimasuki oleh beberapa orang saja.

Saat berada di dalam gua, tiba-tiba terdengar suara batuk yang cukup keras. Opekiu segera mengarahkan senternya ke arah suara.

Ternyata, di atas sebuah batu besar, seorang pemuda kurus tanpa baju sedang duduk bertapa dalam kondisi mata terpejam.

Opekiu menyapa : "Wahai anak muda... Sedang apakah kamu seorang diri di sini...?"

Pemuda tersebut tidak bergeming. Tubuhnya diam kaku tanpa gerakan sedikitpun.

Opekiu menyapa lagi : "Apakah kamu seorang manusia atau jin jadi-jadian yang ingin menguji keimananku...?"

Pemuda itu tetap tidak bergerak. Hanya terdengar sedikit suara helaan nafas yang pelan, diantara suara hembusan angin yang teratur keluar dari kedua lubang hidungnya.

Opekiu semakin penasaran. Dia berjalan mendekati pria yang berambut gondrong dan awut-awutan tersebut. Mencolek lengannya sambil berkata : "Kamu ini pasti seorang manusia. Jangan-jangan kamu sedang mencari wangsit untuk menjadi kaya atau ingin mendapatkan promosi jabatan atau ingin memelet hati seorang wanita...?"

Pertanyaan bertubi-tubi yang dirasa kurang pantas, membuat pria itu perlahan-lahan membuka kelopak matanya. Namun mulutnya masih enggan mengeluarkan suara.

Opekiu bertanya lagi : "Mengapa kamu duduk bertapa atau beryoga atau bermeditasi seorang diri di hutan ini..."

Akhirnya suara yang dinantikan Opekiu keluar juga dari mulut pemuda yang sebenarnya terlihat ganteng dengan kedua bola mata bulat nan indah.

Pemuda : "Perkenalkan... Nama saya Uvewe. Saya baru saja meninggalkan kehidupan duniawi yang penuh kemunafikan. Saya ingin membuang beban nafsu kejahatan yang masih melekat di dalam batinku. Saya berharap dengan mengasingkan diri dari kehidupan manusia, maka saya dapat diterima sebagai penghuni surga...."

Opekiu tertawa terbahak-bahak mendengar kepolosan jawaban Uvewe. Dia tidak menyangka, di masa modern sekarang ini, masih ada manusia yang berpikiran segampang ini.

Lantas Opekiu mengambil sebuah batu persegi dan mulai menggosoknya dengan menggunakan batu lain sehingga menimbulkan suara gaduh.

Uvewe : "Apa yang sedang kamu lakukan...? Mengapa kamu menggosok-gosok batu persegi itu?"

Opekiu : "Saya ingin menggosoknya menjadi sebuah permata..."

Uvewe tertawa mendengar jawaban Opekiu : "Manusia bodoh... Mana mungkin sebuah batu biasa dapat dibuat menjadi batu permata yang indah. Perbuatan tolol ini hanya akan berakhir sia-sia saja..."

Opekiu bertepuk tangan, lalu berkata : "Ternyata kamu adalah manusia cerdas. Sesungguhnya kamu sedang menegur dirimu sendiri. Bahkan kamu juga menjuluki dirimu manusia bodoh dan tolol..."

Uvewe : "Kurang ajar...Coba kamu jelaskan sejelas-jelasnya, maksud perbuatan kamu..."

Opekiu : "Karena batu biasa tidak dapat digosok menjadi permata, bagaimana kamu berharap dengan mengasingkan diri dari kehidupan duniawi dan melakukan tapa atau meditasi, lantas dapat mengubah dirimu menjadi manusia baik dan berharap menjadi salah satu penghuni surga...?"

Jawaban yang jelas, gamblang dan jitu segera menyadarkan Uvewe dari pikirannya yang sesat dan salah.

Uvewe : "Jadi... Apakah yang harus saya lakukan untuk menjadi penghuni surga..?"

Opekiu : "Berbuat baik kepada sesama dengan tulus dan ikhlas tanpa memandang perbedaan. Menjauhi larangan Tuhan. Mendekatkan diri dan berserah kepada Tuhan. Syukuri nikmat yang ada. Bertoleransi dan bertenggang rasa kepada siapapun juga tanpa terkecuali. Dan yang tidak kalah pentingnya, yakin dan percaya dengan kitab suci dan ajaran agama yang kamu anut...."

Uvewe : "Hanya itu saja...?"

Opekiu : "Masih banyak lagi, namun yang saya sampaikan adalah intisarinya. Eits... Ngomong-ngomong, kamu akan membayar berapa atas wejangan yang barusan saya berikan? Sekadar kamu tahu, biaya untuk mendatangkan motivator ulung kayak M.Teguh itu mencapai puluhan juta loh..."

Uvewe : "Tapi kamu bukan M.Teguh... Noh ambil saja 'batu permata' yang tadi kamu gosok... Inilah upah atas nasehat super kamu...."

Opekiu : "Owalah, cuma dapat imbalan sebuah batu. Lumayanlah bisa digunakan untuk mengasah pisau yang tumpul..."

Sobatku yang budiman...

Tidak semua jalan pintas akan membawa kita ke tujuan dengan lebih cepat. Kadang kala, karena tidak mengenal jalan pintas dengan baik, malah akan membuat kita berputar-putar dan kembali ke tempat semula atau bahkan mengarahkan kita ke jalan yang tidak benar.

Tidak jarang sebuah jalan pintas akan berakhir dengan kebuntuan. Kebanyakan jalan pintas yang tersedia justru membawa kita ke jurang kehancuran. Salam kebajikan #‎firmanbossini‬

Tidak ada komentar:
Write komentar